Jumat, 26 Agustus 2011

Music??? Like it or hate it???

    Aku menarik nafasku dalam-dalam, mataku mulai ku pejamkan, sedetik kemudian ku buka mataku, pandangan ku menyapu ke seluruh bagian kamarku. Berantakan, hancur, banyak kertas bersobekan dimana-mana, dan banyak kepingan cd yang hancur karena terbanting. Memori otakku seakan memutar kembali kejadian beberapa menit yang lalu, perkataan itu masih terngiang-ngiang ditelingaku, ‘jangan pernah lagi berhubungan dengan yang namanya music!’. sebuah kalimat yang sangat menohok hati ku, sebuah kalimat yang diucapkan seorang kakak semata wayang ku. Dimana beberapa menit yang lalu kakak ku baru sampai dirumah ku setelah menghabiskan masa kuliahnya dibandung,awalnya aku sangat senang sekali dengan kedatangannya, tetapi semuanya berubah, saat dia memasuki kamarku, melihat banya poster-poster band-band ternama yang ditempel di dinding kamarku, dan sebuah rak yang berisi banyak sekali cd yang sengaja aku koleksi. Terlihat dari perubahan wajahnya, ku lihat wajahnya yang mulai memanas, tangannya yang mengepal seakan menahan semua emosinya, ku lihat dia yang memejamkan matanya yang semakin membuat ku bingung. Tiba-tiba emosinya memuncak, seperti orang kesetanan ia merobek semua poster-poster ku dan menghancurkan cd album yang aku koleksi, setelah menjalankan semua penghancurannya dikamarku ia langsung pergi meninggalkanku tanpa sepatah kata pun, membuat banyak pertanyaan dipikiranku, membuat ku emosi kepadanya, membuat air mataku terjatuh. Mengapa dia begitu? Dia bukanlah kakak ku yang kenal dulu! Dia telah berubah sekarang! Aku benci padanya! Batinku.
    Aku menghapus air mataku dari pipiku yang berjatuhan, aku mulai membereskan kamarku yang porak-poranda kan oleh kakakku, ku masukan semuanya ke dalam sebuah kotak, aku tak membuangnya, aku ingin menyimpannya, semuanya menyimpan banyak kenangan untukku. Ingin rasanya ku berteriak didepan muka kakakku, mengeluarkan semuanya unek-unek yang aku rasa kan kepadanya, kira-kira baru 1 jam aku bertemu dengannya, ia telah membuat ku kesal, membuatku benci kepadanya, membuat amarah ku memuncak karenanya.
    Setelah menurutku kamarku sedikit lebih dari rapih dari sebelumnya, aku menghempaskan diriku ke kasur, mencoba menghilangkan semua amarahku dan mencoba untuk terlelap dalam tidur ku.
* * *
    Ku pantulkan pantulan badan ku dikaca besar yang terdapat dikamarku, akhirnya mata panda ku tak begitu terlihat kembali akbar semalaman ku menangis, aku tersenyum tipis. Perfect, batin ku. Sejenak ku pejamkan kedua mataku dan menghirup nafasku untuk memenuhi rongga dadaku. Ku kumpulkan keberanian untuk turun ke bawah yang pastinya akan bertemu kakak ku yang menurutku super duper nyebelin itu. Huh, kalau saja kau tak pulang, pasti aku masih bisa mendengarkan lagu-lagu yang dengan susah payah ku kumpulkan, runtukku dalam hati. Ku putar kenop pintu kamarku dengan perlahan dan dengan berlaru kecil aku menuruni tangga. Benar kan dia sudah menunggu ku dimeja makan,batin ku ketika melihat kakak ku telah duduk dengan santainya sambil memakan nasi goreng. Selera makan ku langsung hilang ketika melihat wajah polosnya yang menurutku pura-pura tak mengetahui keberadaan ku. Tanpa pikir panjang aku langsung bergegas meninggalkannya, tetapi langkahku terhenti ketika dia memanggilku.
“Fy…Fy..Fy…” panggilnya, dengan malas aku membalikan badanku untuk menghadapnya
“apa?” tanya ku datar
“lo ga sarapan?”
“males” sahut ku cuek, dan kemudian bergegas untuk meninggalkannya
“tunggu Fy” cegahnya kembali. Ih, ngeselin banget sih! Runtuk ku dalam hati
“apa lagi sih kak Alvin?!” tanya ku dengan nada yang sama sekali tak iklas
“gue anterin lo!” ucapnya yang langsung menyamber kunci mobilnya yang berada didekatnya dan langsung menarik tanganku. Ingin sekali aku melepakan tarikan tangannya ditangan ku, tetapi tenaganya lebih besar dari ku. Ini lah sikapnya yang paling aku benci, dia suka seenaknya sendiri! Aku masuk ke mobilnya dengan setengah hati dan dengan paksaan darinya.
* * *
    Suasana didalam mobil masih dalam keheningan, tak ada dari kami yang membuka suara, aku hanya menatap kosong keluar jendela melihat pohon-pohon yang seakan-akan berjalan. Ingin rasanya aku menyalakan radio tape yang terdapat didalam mobil atau memutar cd album koleksi ku tapi pastinya kak Alvin pasti akan lebih marah kepadaku, aku pun hanya bisa pasrah.
“Fy…” panggilnya untuk memecahkan keheningan
“mm…” sahutku malas
“Ify…” panggilnya kembali
“mm….”
“IFY..!!!”
“APA…!!!” sahutku yang kesal kepadanya
“lo masih marah sama gue?!” tanyanya,aku pun melengos
“menurut lo?!”sahut ku dengan nada meninggi, ku dengar desahan nafasnya yang terlihat pasrah. Saat aku menyadari sekarang mobilnya telah sampai didepan gerbang sekolah ku, segera ku buka pintu dan menutupnya dengan keras dan kencang-membanting- dan segera ku berlari meninggalkannya.
* * *
    Aku berjalan gontai menuju kelas ku, aku melihat kerumunan orang yang ada didepan madding. Rasa penasaran pun menghampiri ku, segera aku mendekati madding untuk mengetahui berita apa yang sedang ada disana. Karena badan ky yang bisa terbilang langsing-kurus-aku pun langsung menyelinap tepat didepan madding tersebut, terlihat sebuah pengumuman yang dengan seksama aku baca. Hei, ini lomba nyanyi, yes, aku pasti ikut, tapi…tunggu..tunggu…tunggu… harus dengan persaratan bisa bermain music, batin ku. Awalnya aku sangat antusias sekali mengikuti lomba tersebut, tapi… harus kah aku kembali bertengkar dengan kak Alvin hanya karena masalah MUSIK…!!!. Aku memang sangat sayang kepada kak Alvin, sangat sayang, hanya dia seseorang yang ku punya didunia ini, hanya dia kakak semata wayangku yang bisa menemaniku. Aku mencintai dia tapi aku juga mencintai music. aku bingung, sangat bingung. Mungkin nanti kak Alvin akan mengizinkan ku, atau aku tak usah memberitahukannya saja, hiburku dalam hati. Sedang asik-asiknya aku melamun tentang lomba ini, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak
“RIIOO… GAABBRRIIEELLL…. CAAKKKAAA…” teriak siswi-siswi histeris, aku pun membalikan tubuhku mencari sumber suara, ku lihat Rio, Gabriel dan Cakka yang sedang berjalan ke arah ku. OMG, Rio keren banget, sorak ku dalam hati. Yap, aku adalah salah satu dari sekian banyak siswi yang mengagumi seorang Rio, seorang Mario Stevano Adytia Haling, seorang ketua osis diSMA 7-sekolahku-aku memang sudah lama mengaguminya, aku yang masuk dikelas 12-1 sedangkan dia dikelas 12-2, aku memang jatuh cinta kepadanya pada pandangan pertama, love at first sigh gitu looh… dan dua orang dibelakangnya adalah Cakka dan Gabriel, sahabat setianya Rio dari kelas 10, berbeda dengan sikap Rio yang dingin dan jutek, sikap Gabriel ramah, bahkan sangat ramah, Gabriel memang cukup dekat dengan ku, tapi dengan Rio? Ngobrol saja ga pernah. Kalo Cakka dia adalah PLAYBOY, ingat itu PI-EL-EI-WAI-BI-OU-WAI, hahaha untung saja aku tak pernah jatuh cinta kepada dirinya, dihatiku hanya ada Mario seorang,ciiieelah. Mm… yang aku tahu selama sekolah disini mantan Cakka itu Oik, Aren, Dea, Rahmi, Osa, Irva, Zevana, Angel, dll, ga selesai-selesai kalau nyebutin satu-satu, tapi yang aku tahu dia lagi ngejar-ngejar cewek tomboy kelas 11, namanya… A..Ag…Aga…Anggi…Agnu…Ag..ni, ya, Agni. Kalau Gabriel sekarang dia lagi pacaran sama yang namanya Zahra, teman sebangku aku yang TOP BE GE TE deh pokoknya. Kalau Rio? Mm… denger-denger sih dia ga punya pacar, tapi ada tuh temen sekelasnya yang namanya Dea, dia ngejar-ngejar Rio terus, yaaa.. kalau Rionya sih cuek aja, namanya juga MR.Es-panggilan-khusus-buat-dia-. Saat Rio lewat didepan gue dia sama sekali gak nengok ke aku, ngelirik aja engga, kecewa sih, tapi udah biasa sih dia, udah kebal aku sama sikapnya dia hihihi. Kalau Gabriel sih sempet senyum ke aku, tapi… ya dia mah udah biasa.
Tteeettt…..teeetttt….teeettttt…
Bunyi bel panjang tanda pelajaran pertama sudah dimulai, aku pun bergegas masuk ke dalam kelas ku.
* * *
    Ku tutup buku matematika yang baru saja aku pelajari, pelajaran matematika yang baru selesai, aku menghela nafas lega dan tersenyum puas, memang, aku tak jago dalam bidang ini.
“seneng banget buu..” kata Zahra sambil mending bahuku pelan, aku pun menyeringai lebar
“baik anak-anak, selamat siang, Ify tolong bantu ibu untuk membawakan buku-buku ini” perintah bu Uchie, aku pun hanya mengangguk pasrah dan berjalan mengikuti bu Uchie menuju ruang guru.
* * *
    Aku melangkah menuju kelasku. Huh, nasib deh absen nomor 1, selalu aja disuruh-suruh guru, runtukku dalam hati. Langkahku terhenti ketika melewati ruang kepala sekolah, aku mendengar percakapan seseorang dengan seorang yang tak asing lagi bagiku.
“Rio, sebagai ketua osis, kamu harus mengikuti lomba tersebut, atau kamu bisa membuka acara tersebut” perintah kepala sekolah
“tapi pak, saya ga bisa bermain music!” bantah Rio, memang tidak sopan sekali Rio ini, batin ku. Tetapi aku suka, tambahku
“saya tau dari mamamu kalau kamu jago bermain gitar dan suara mu sangat indah, jadi tidak ada alasan lagi untuk menolak!” tegas kepada sekolah, aku bisa rasakan bahwa disaat itu ekspresi Rio sangat pasrah “dan, kamu akan duet dengan seseorang yang memenangkan perlombaan tersebut” tampak kepala sekolah. Huuaaa…. Aku bisa ngeliat Rio nyanyi, mana yang menang akan duet sama Rio lagi, aku pasti ikut lomba tersebut!!! Sorakku gembira dalam hati, saking senangnya, aku sampai tak menyadari bahwa pembicaraan Rio dan kepala sekolah sudah selesai dan akhirnya Rio mengetahui bahwa aku sedari tadi ada didepan pintu ruang kepala sekolah
“ngapain lo disini?!” tanyanya ketus. What??!! Rio berbicara padaku, setelah 3 tahun akhirnya ia beratatap muka dengan ku, batinku histeris. “hello… lo masih hidup kan?” tanyanya sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke arah pandangan ku yang sedari tadi aku hanya tercengang, dan langsung kaget dengan apa yang ia lakukan
“eh, gapapa, gue duluan ya” jawabku gelagapan, salting! Ya aku salting sekali dihadapannya, mungkin tadi ekspresi muka ku sangat lu
“dasar cewek anek!” gumannya yang samar-samar terdengar ditelingaku, tetapi aku sama sekali tak mengubrisnya
* * *
    Bel surga-bel-pulang-sekolah- telah bunyi sekitar 15 menit yang lalu, aku yang masih berada dilingkungan sekolah, tadi bu Winda sempat memanggilku untuk menolongnya, akhirnya sekolah telah sepi sedangkan aku baru pulang. Langkahku terhenti ketika menatap ke arah lapangan, ku lihat pangeranku yang sedang serius sekali bermain bola basket ditenggaah lapann. Hei, apakah kau tak mengetahui bahwa langit sudah mendung?! Pekikku dalam hati. Ya, benar sekali dugaan ku, perlahan serbuan air jatuh ke bumi, hujan sedang turun, tetapi Rio sama sekali tak mengubrisnya, dia tetapi asik dengan permainan basketnya, ingin sekali aku pada saat itu menariknya ke pinggir lapangan atau sekedar memayunginya, tapi aku tak bisa, aku hanya bisa memperhatikannya dari jauh, dari sini lah tempatnya. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku, yang membuyarkan lamunanku yang membuatku kaget setengah mati, aku pun segera menoleh, ku lihat kak Alvin yang sedang menatapku, menatapku datar. Huh, kak Alvin ga pernah bisa ngeliat orang seneng deh, selalu aja ngeganggu, runtukku dalam hati. Aku pun melongos dan kembali menatap ke arah Rio yang masih asik dengan permainan basketnya.
“lo suka sama dia?” tanya kak Alvin tiba-tiba yang membuat ku tersentak kaget, sangat kaget. Aku pun hanya bisa diam “lo jatuh cinta sama dia kan?!” kata kak Alvin yang mengulang pembicaraannya
“siapa?” tanyaku pura-pura tak mengerti
“cowok itu, cowok yang lagi main basket, cowok yang sedari tadi lo liatin” ucap kak Alvin sambil menunjuk ke arah Rio. Gleekk.. aku menelan ludahku, semudah itu orang mengetahui tentang perasaan ku ke Rio
“engga!” bantahku cepat, ku lihat sekilah kak Alvin hanya tersenyum miring, lebih tepatnya tersenyum meremehkan, ingin sekali rasanya aku menonjok mukanya pada saat itu, tapi aku tak bisa bela diri.
“ngaku aja lo, gue tau lo sifat sama sikap lo” kata kak Alvin dengan nada mengejek
“kalo iya kenapa?! Iya gue suka sama Rio seperti gue suka sama music!” kata ku keceposan, emosiku telah menaik karena kak Alvin, aku pun menutup kedua mulutku dengan tangan kananku
“lo ga boleh suka sama cowok itu! dan lo jangan pernah sekali-kali suka yang namanya MUSIK!!!” perintahnya dengan nada membentak
“kalo gue suka music kenapa? Kalo gue suka sama cowok itu kenapa?! Lo ga berhak kan ngatur-ngatur gue!”
“gue kakak lo.. ingat itu, gue hanya satu-satunya keluarga lo didunia ini!”
“kenapa? Kenapa gue ga boleh suka musik?!”
“karena…karena…. Gue benci musik!” aku hanya menghela nafas dalam-dalam
“kenapa lo benci musik?!”
“….”
“kenapa kak? Kenapa!” tanyaku yang seperti menekan kak Alvin
“karena lo ga tau semuanya dan suatu hari nanti lo pasti akan tau” jawab kak Alvin sok misterius yang semakin membuat ku bingung dengan sikapnya. Menurutku kak Alvin adalah orang teraneh yang aku kenal, dia bisa berubah jadi baik, ramah, perhatian, cerewet atau 180 derajat kebalikannya seperti jutek, dingin, suka ngatur-ngatur. Maka dari sifatnya itu aku jadi tak dekat dengannya atau bisa dibilang selalu bermusuhan. Tapi aku sangat sayang dengannya dan aku tak mau kehilangan dia. Aku puna berjalan cepat meninggalkan kak Alvin, aku sedang malas sekali untuk berbicara dengannya
“lo pulang bareng gue Fy!” tegas Alvin sambil mencoba menyamakan langkahku, aku pun tak menghiraukannya dan terus melangkah meninggalkannya “tunggu gue lah Fy”  katanya sambil menahan tanganku dengan terpaksa aku menghentikan langkah ku
“apaan lagi sih kak?! Lo juga ngapain kesini? Kerajinan banget sih!” ucap ku yang terlanjur sangat kesal karenanya
“gue disini kan mau jemput adek gue yang tersayang” jawab kak Alvin santai yang semakin membuatku kesal kepadanya, tanpa menunggu jawaban ku selanjutnya, ia langsung menariku menuju mobilnya
------
    Aku berjalan disebuah bagian dalam rumahku, tadi kak Alvin baru saja pamit kepadaku, kalau tidak salah ia ingin pergi ke rumah temannya, entah lah aku juga toh tidak perduli, dia pergi kemana pun itu bukan urusanku. Ku putar kenop pintu ruangan tersebut, terdengar suara berdecit yang ditimbulkan pintu tersebut, mungkin karena sudah lama tak ada yang membukanya. Suasana yang gelap dan penuh dengan debu, aku nyalakan steker lampu yang membuat ruangan tersebut menjadi terang. Senyum ku pun mereka ketika melihat benda-benda yang ada didalamnya. Sebuah grand piano berwarna hitam dan sebuah gitar akustik yang ada didalam ruangan tersebut, walaupun tak ada yang pernah memainkannya, gitar dan piano tersebut tampak terawat mungkin hanya sedikit berdebu. Aku pejamkan mataku mencoba mengingat kembali masa lalu ku, aku ingat dahulu aku sering bermain piano dan kak Alvin yang bermain gitar, aku ingat sekali semua itu, tapi mengapa sekarang ia berubah? Mengapa harus berubah secepat itu?
    Aku mendekati grand piano tersebut, ku usap debu-debu yang melekat untuk sekedar membersihkannya. Aku membuka piano tersebut dan mulai menekan tults-tultsnya perlahan, sedetik kemudian aku mulai terlarut dan bernyanyi.

    Alunan piano dengan lagu ‘through the years’ yang dipadukan menurutku sangat sempurna, entah mengapa hanya lagu ini yang terlintas difikiranku. Tiba-tiba lamunanku buyar ketika aku menyadari kehadiran seseorang yang berdiri didepan pintu. Kak Alvin?! Pekikku dalam hati, bertapa kagetnya aku ketika melihat kakakku yang sedang menatapku dengan tatapan tajam
“ka..kakak… sejak kapan disini?” tanya ku gugup, aku hanya bisa menunduk dalam-dalam, mencoba menghilangkan rasa takutku, rasa takutku ketika kak Alvin marah padaku. Aku takut.. aku takut sekali kalau sampai dia membenciku. Tiba-tiba aku merasakan sebuah tubrukan tubuh seseorang, seseorang yang memelukku, ku angkat kepala ku secara perlahan, ku lihat kak Alvin yang sedang memelukku erat, aku bisa merasakan sebuah cairan hangat yang terjatuh dibahuku. Hah? Kak Alvin memelukku? Apa kak Alvin juga menangis?! Batinku. Aku pun melepaskan pelukan kak Alvin ditubuhku, ku lihat dia yang dengan cepat menghapus air matanya, aku mengerutkan dahiku, menatapnya bingung, sangat bingung. Susasana hening sesaat, tidak ada diantara dari kami yang mengucapkan sesuatu, mengucapkan untuk membuka pembicaraan, aku dan kak Alvin masih terlarut dalam pikiran masing-masing.
“lo kenapa sih kak? Lo aneh tau! Lo gak kayak kak Alvin yang gue kenal dulu!” ucapku lirih untuk memecahakan keheningan dianatara kami, aku tak menatap wajahnya, aku hanya tertunduk
“lo mau tau semuanya kan?” tanya kak Alvin, aku pun hanya mengangguk pasrah “oke, ikut gue sekarang” katanya yang langsung menarik tanganku, aku pun hanya pasrah, pasrah tangannya menarik tanganku, entah aku mau dibawa kemana olehnya, atau pun entah dia mengajakku kemana, aku tak perduli semua itu.
* * *
    Aku dan kak Alvin sampai disebuah pemakaman, pemakaman yang sudah beberapa kali aku kunjungi. Yap, ini adalah pemakaman kedua orangtua ku, ku lihat kak Alvin yang berjongkok diantara dua makam, dia tampak mengelum-elus nisan kedua orangtua kami. Sesungguhnya aku juga ingin melakukan hal yang sama seperti kak Alvin, tapi biarlah, pastinya sudah lama ia tak mengunjungi makam ini selama ia tinggal di Bandung. Aku tersenyum tipis melihat kelakuannya, wajahnya, semua yang ada pada dirinya. Ini lah kakak ku! Seru ku dalam hati. Aku pun berjongkok disampingnya, mengikuti apa yang ia lakukan sekarang.
“ma.. pa.. Ify kangen…” kataku lirih, ku rasakan kak Alvin yang sedang menatap ku “kak Alvin sekarang berubah, dia jahat sama Ify, Ify benci sama dia!” seru ku menggebu-gebu, ku lihat kak Alvin yang terkekeh mendengar ucapan ku
“Fy, lo mau kenapa gue benci musik?” tanyanya, awalnya aku sempat terlonjak kaget denganbtopik pembicaraannya, aku pun hanya mengangguk kecil, sebenarnya aku ingin berontak. Mengapa ia bicarakan ditempat ini? Mengapa harus didepan orang tua ku? Apakah ia ingin melihat orangtua ku sedih karena melihat kami bertengkat dihadapan mereka?! Seru ku dalam hati.
“kenapa harus disini kak? Dirumah aja bicarainnya” kata ku lirih, ku lihat kak Alvin yang tersenyum miring, kebiasaan sekali dia selalu meremehkan suatu hal
“ini berhubungan dengan mama, papa” jawabnya, aku mengerutkan keningku dan menatapnya heran, sedangkan dia? Hanya cuek saja yang membuatku sangat sangat sangat kesal kepadanya
“kenapa?”
“lo tau penyebab kepergian mama papa?” tanya kak Alvin yang sempat membuatku sangat kaget
“karena kecelakaan bukan?” tnya ku balik, ku lihat kak Alvin yang menggeleng perlahan “apa?”
“ya, mama papa meninggal karena kecelakaan, tapi bukan hanya itu. Dulu gue pernah ikut lomba gitar dan nyanyi, tapi saat hari itu juga mereka ada kerjaan. Gue minta mereka buat dateng dan mereka mencoba, yang gue tau saat diperjalanan papa ngebut dan tanpa mereka tau ada truk yang datang dari arah mereka, daann….” Jelas kak Alvin yang menggantung, air mata yang tertahan dipelupuk mataku, aku mencoba menahan air mataku “..mereka pergi untuk selamanya” lanjut kak Alvin, aku merangkul pundaknya, mencoba menguatkannya, yang sesungguhnya terlihat sekali aku lebih rapun darinya
“jangan pernah benci musik, karena musik ga salah apa-apa, semua itu hanya masa lalu, jangan pernah tengok ke belakang, jadikan masa lalu sebagai pelajaran buat kita” jelas ku. Entah dari mana asalnya kata-kata itu bisa terucap oleh ku, aku saja heran mengapa aku bisa mengucapkan kata-kata sebijak itu. Ku lihat kak Alvin yang tersenyum tipis ke arah ku dan langsung memelukku
“kita pulang yuk kak” ajakku, ia pun hanya mengangguk, kalau suasana tak seperti ini, aku pasti sudah tertawa karena melihat ekspresi wajahnya yang menurutku sangat lucu
“sebenernya alasan gue benci musik bukan Cuma ini” katanya yang semakin membuatku bingung, ingin sekali aku kembali bertanya kepadanya, tetapi menurutku suasananya sedang tidak tepat, aku pun hanya menyimpan banyak pertanyaan diotakku
* * *
    Aku kembali menatap pantulan tubuhku dikaca kamarku, inilah kebiasaan ku sebelum berangkat ke sekolah. Hari ini aku tak seperti biasa mengunakan seragam sma 7, hari ini aku menggunakan baju bebas, aku menggunakan sebuah kaos berwarna merah dengan cardigan berwarna putin, sepatu kets merah dan sebuah jeans, cukup simple bukan? Ya, ini lah aku, aku yang selalu mencoba menjadi diri sendiri. Hari ini aku sangat bahagia, kenapa? Aku telah berdamai dengan kak Alvin, daaannn…. Hari ini dimana diadakannya lomba nyanyi, semalam aku berusaha membujuk kak Alvin untuk melihat ku, dengan jurus muka melas dan sedikit air mata, akhirnya kak Alvin luluh kepada ku, dan bersedia melihat penampilan ku hari ini, dan hari ini, aku bisa melihat penampilan Rio yang bisa dibilang limited edition, hihihi. Ku menuruni tangga dengan semangat, ku lihat kak Alvin yang sudah siap dan sedang menonton televise, tepatnya acara spongebob, hahaha. aku segera menghampirinya
“ayo kak, nanti telat” ajak ku
“semangat banget neng” ejek kak Alvin yang mulai berdiri mengambil kunci mobilnya
“iya dong” jawabku yang langsung menarik tangan kak Alvin.
* * *
    Mobil yang aku dan kak Alvin tumpangi memasuki halaman sma 7, ku lihat banyak siswa yang sudah berkerumun, karena hari ini free mereka menjadi semangat, apabila untuk para siswi bisa mendengarkan suara malaikat alias suara emas dari ketua osis Mario Stevano Adytia Haling. dengan semangat aku keluar dari mobil kak Alvin
“gue duluan kak, nanti lo cari aja dimana tempatnya, kalo kesasar bisa telfon gue aja” kataku bersemangat yang kemudian menutup pintu mobil kakakku, aku berjalan sambil celingak-celingukan mencari seseorang, siapa lagi kalau bukan Zahra. Ku lihat dia yang sedang mengobrol dengan Gabriel, tanpa pikir panjang, aku pun langsung menghampirinya
“Zahra!” panggil ku yang berupa teriakan, dia pun menoleh ke arah ku dang melambai-lambaikan tangannya sambil berjinjit
“pacaran mulu lo!” ucapku yang berupa godaan terhadap Gabriel dan Zahra ini, mereka pun tersenyum lebar.
“udah siap buat hari ini Fy?” tanya Gabriel, aku pun mengangguk mantap “good luck ya” lanjutnya sambil menepuk-nepuk bahuku, aku pun kembali celingukan mencari seseorang
“nyari siapa lo Fy?” tanya Zahra
“mau tau aja lo” jawab ku sambil menjulurkan lidah ku
“jangan bilang Rio” tebak Gabriel yang pasti 100% benar, aku pun menatapnya heran
“kok lu bisa tau?” tanya ku, ku lihat Gabriel yang memamerkan deretan gigi putihnya “jangan bilang lo ya Ra, ngasih tau ke curut ini?” selidik ku
“piss love Fy” katanya sambil menunjukan jari telunjuk dan jari tengahnya menjadi bentuk huruf V
“udah yuk, acara udah mau dimulai” ajak Gabriel agar kami pergi ke depan panggung, aku pun hanya mengekorinya dari belakang
* * *
    Aku lihat ia duduk dibangku yang terdapat diatas panggung, ia memetik gitarnya dengan tenangnya, ia seperti tak menganggap banyak sekali orang yang sedang menontonnya.

    Lagu dari padi yang berjudul ‘Harmoni’ tersebut dengan sempurna ia nyanyikan, tak sedikit siswi yang histeris karena penampilannya, aku hanya bisa menyaksikannya dari jauh, hanya sebagai penonton. Pembukaan lomba yang sangat bagus, ku lihat dia yang sedikit membungkuk dan memberi salam, pandanganku tak teralih dari matanya, matanya yang indah, aku tersenyum tipis, hanya dapat tersenyum tipis, ingin rasanya aku menghampirinya dan memberikan selamat pada, menjabat tangannya, tapi aku rasa semua itu hanya mimpi.
    Sekarang waktunya penampilanku, penampilan ku untuk memenangkan lomba ini, ambisi ku sangat besar, aku ingin sekali berduet dengan pangerang ku, aku menaiki panggung dengan perlahan, aku mulai mendekati piano yang ada disudut panggung. Perlahan aku tekan tults-tults piano yang membuat sebuah alunan nada yang indah.

    Lagu ‘over the rainbow’ aku nyanyikan sangat sempurna, tiba-tiba suasana hening, menurutku mereka semua terlarut dalam permainan ku, aku lirik kak Alvin dengan ekor mataku, ku lihat dia juga sedang menatapku dengan mata berkaca-kaca. Tepuk tangan riuh terdengar ketika aku selesai menyanyikan lagu tersebut. Aku menuruni panggung dengan perlahan, senyum puas mereka diwajah ku. Aku berhasil, yap aka bisa menyanyikan lagu ini! Sorak ku dalam hati. Segera aku hampiri Zahra dan Gabriel yang sedang duduk berdampingan
“keren Fy!” kata Gabriel, aku pun hanya tersenyum
“kak Alvin mana?” tanya ku sambil celingak-celingukan, tadi aku melihatnya tapi sekarang dia menghilang entah kemana
“tumben nyariin kakak lo itu, biasanya nyariin Rio” goda Zahra sambil menaik turunkan alisnya, aku merasakan pipiku yang besemu merah
“udah ya, gue nyari kak Alvin dulu” kata ku yang berusaha menutupi kesaltingan ku dan langsung berlarimeninggalkan Zahra dan Gabriel
* * *
    Aku berjalan dilingkungan sekolah ku, aku masih penasaran untuk mencari dimana keberadaan kak Alvin, langkahku terhenti ketika aku sampai diruang musik yang terdapat disekolahku. Aku mendengar percakapan antara dua orang lelaki yang menurutku suaranya tak asing bagiku. Rasa penasaranku pun kembali muncul, aku mendekatkan diriku ke pintu untuk mendengar percakapan tersebut.
“mau lo apa?” tanya seorang lelaki dari dalam
“Rio..Rio..Rio, masih sama lo kayak yang dulu, masih jutek” kata cowok yang satunya lagi. Hei, aku kenal dengan suara ini, ya ini suara kak Alvin, jadi… kak Alvin lagi ngomong sama Rio, apa kak Alvin udah kenal sama Rio dari dulu?! Batin ku yang bertanya-tanya
“dan menurut lo gue kayak gini gara-gara apa? Lo tau kan pacar lo yang terhormat itu yang buat gue kayak gini!” kata Rio yang penuh penekanan
“heh? Bukannya itu pacar lo juga ya..”
“ya ya ya, lebih tepatnya mantan okey!”
“apa lo masih benci musik gara-gara Shilla lo yang tersayang itu?!”
“jangan sebut nama dia!”
“tapi kenyataan kan Mario?!”
“kalo iya kenapa?! Asal lo tau gue sangat benci sama dia karena dia udah milih lo dari pad ague! Dan pada saat itu gue benci sama musik Karen gue tau Shilla suka banget namanya musik!” aku dapat mendengar desahan nafas Rio, dan dapat ku kira-kira bahwa kak Alvin yang sedang tersenyum miring “sekarang to the point aja deh, mau apa lo ngajak gue kesini?!”
“gue mau lo jauhin Ify!” pekik kak Alvin dengan nada meninggi, suasana yang sepi membuat suaranya menggema, awalnya aku tersentak kaget, mau apa kak Alvin menyuruh Rio menjauhi ku yang jelas-jelas dia tau aku menyukainya
“terserah gue dong, lo bukan siapa-siapa gue lo ga berhak ngatur-ngatur hidup gue!”
“jangan jadiin Ify jadi balas dendam elo ke gue!”
“so? Kalau itu yang gue mau apa?” tanya Rio balik yang membuatku sangat kaget, aku tak menyangka pageran yang ku puja selama 3 tahun ini mempunyai niat yang licik kepadaku, emosi ku memuncak, air mataku tertahan dipelupuk mataku, tanganku mengepal keras, ingin rasanya pada saat itu aku menampar Rio dengan keras, tapi aku tak bisa. Aku berlari meninggalakn tempat itu.
* * *
    Aku berlari tak menentu arah, air mataku yang sedari tadi aku tahan akhirnya berjatuhan juga, aku menangis sambil belari, aku tak perduli dengan orang-orang yang menatapku aneh. Tiba-tiba rinai hujan turun seperti turut sedih dengan keadaanku. Ku lihat sebuah halte disebrang jalan, aku berjalan untuk meneduh disana. Aku menyebrang jalan tanpa melihat ke kiri dan kanan jalan, tanpa ku ketahui sebuah mobil yang sedang melaju kearah ku dengan kecepatan tinggi.  Aku merasakan tubuhku terhantam keras oleh mobil dan terlempat dijalan. Samar-samar ku merasakan cairan merah yang mengalir dari hidungku. Badan ku lemas dan jantungku berhenti berdetak
* * *

    Rio menatap nisan didepannya miris, ia berkali-kali menghena nafas panjang, sudah beberapa hari setelah kepergian gadis ini ia rutin mendatangi makam ini.
“ini… buku yang gue temuin dikamarnya..” kata Alvin sambil menyodorkan sebuah buku catatan yang berwarna merah, seperti buku diary tapi bukan. Rio membuka lembaran-lembaran buku yang baru saja Alvin sodorkan kepadanya.

5 alasan mengapa gue suka musik:
Musik bikin gue tenang
Hanya musik yang bisa nemenin gue saat gue sedih
Hanya musik yang ada disaat gue butuh
Gue punya berjuta kenangan tentang musik
Dan yang terpenting, mama, papa dan kak Alvin suka musik. Walaupun menurut gue sekarang kak Alvin udah benci musik.

5 alasan gue suka sama Rio :
Gue udah love at first sigh sama dia
Gue suka sama dia sejak 3 tahun yang lalu
Gue tau dia baik walaupun sikapnya yang Mr.Es banget
Dia ganteng… hihihi
Dan yang terpenting, gue tau dia dulu suka yang namanya MUSIK!!!

5 impian dalam hidup gue
Bisa akrab lagi sama kak Alvin kayak dulu
Bisa deket sama Rio, pacaran? Mau dong pastinya
Bisa ngebahagiain ortu gue yang udah tenang dialam sana
Bisa menjadi orang yang terbaik untuk semuanya
Dan….. bisa meraih cita-cita gue sebagai pianist yang terkenal  \m/

Rio  menghela nafas panjang, mencoba menetralisir emosinya, mencoba menahan air matanya. Menyesal? Itu lah hal yang iya rasakan sekarang. Ia benci kepada dirinya sendiri, segitu kurang pekanya ia terhadap perasaan gadis ini, 3 tahun gadis ini menunggunya, tapi apa balasannya? Ucapannya lah yang membuat gadis ini meninggalkannya untuk selamanya, meninggalkannya menuju keabadian, meninggalkannya menghadap tuhan. Sekarang ia benar-benar mencintai gadis ini, tapi nasi sudah menjadi bubur, ingin rasanya ia putar waktu untuk selalu bersama gadis ini.
“kok Ify mau ya ninggalin cowok-cowok keren kayak kita” kata Alvin yang berupa candaan yang membuat Rio terkekeh

_tamat_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar