Jumat, 26 Agustus 2011

Amour Pour Alyssa et Ashilla _part 13_



**********


“hoam…” Ify merentangkan kedua tangannya, mencoba mengumpulkan nyawanya, Shilla yang sedari tadi sudah mencoba membangunkannya, entah mengapa pagi ini ia sangat lelah, badannya pun juga pegal-pegal, ini bukan dia seperti yang biasanya. Ia pun melakan kakinya menuju kamar mandinya.

    Ify keluar dari kamarnya seperti berlari-lari kecil, diraihnya sepatu hitam dengan sedikit corak merahnya untuk kemudian ia pakai.

“lo ga sarapan Fy?” tanya Shilla yang tiba-tiba sudah berada disampingnya

“nanti aja disekolah, gue telat nih!”

“yaudah, berangkat yuk!” ajak Shilla yang kemudian disertai anggukan Ify.

---*----*-----

    Rintik hujan yang turun dipagi hari membuat hawa dingin yang membuat orang-orang ngantuk dan malas untuk melakukan sesuatu. Mobil Rio menerobos rinai hujan dengan kecepatan sedang, perkataan mamanya masih saja terngiang-ngiang dibenaknya.

“Yo, lusa kan ulang tahun kamu, mama pengen buat big party, sekalian buat ngerayain kembalinya Gabriel di keluarga kita” jelas Tante Manda “dan mama pingin di acara itu ada seseorang sebagai pengisi acara, emmm… apa ya? Gimana kalo pianist, kalo bisa sih sekalian bisa nyanyi, gimana Yo?”

“hah? Terserah mama deh”

“tapi mama minta buat kamu cariin orang yang bisa main piano Yo”

“hah? Kan susah ma cari orang yang kayak gitu!”

“pliiss yo mama mohon”

“iya deh”

Tiiinnn….. tiinnn…..

Suara klakson mobil dibelakang Rio yang membuatnya tersadar dari lamunannya, badannya yang sedikit tersentak yang membuatnya kembali ke alam sadarnya. Digelengkannya kepalanya keras-keras untuk memulihkan nyawanya yang tadi berterbangan entah kemana.

Tanpa ia sadari, mobilnya yang sudah memasuki daerah sekolahnya dan segera memarkirkan mobilnya. Dibukanya pintu mobilnya dengan malas dan sekedar berlari-lari kecil dengan tangan yang menulindungi kepalanya menuku koridor sekolahnya. Rinai hujan yang masih menyerbu bumi tak membuatnya mengurungkan niatnya untuk menuntut ilmu. Dilangkahkan gontai kakinya menuju kelasnya dengan malas.

---*---*---

    Ify meletakkan tasnya diatas meja belajarnya, ditatapnya sebentar Agni dan Ray secara bergantian.

“kenapa?” tanya Agni yang menyadari tatapan aneh dari Ify, Ify pun menggeleng keras

“engga” jawabnya tegas “Rio belom dateng?” tanyanya yang sebenarnya sudah jelas bahwa bangku tempat duduk Rio yang masih kosong dan belum ada tas yang tergeletak disana

“ya lo bisa liat sendiri lah” jawab Ray cuek. Tiba-tiba seorang pemuda tinggi bertubuh tegas yang sudah ada disamping mereka

“awas!” kata pemuda itu dengan nada juteknya yang membuat Ify naik darah

“huh, gue kira lo udah ga jutek lagi Yo, ternyata masih sama aja Mario Bros yang dulu!” cibir Ify dengan nada yang kecil, hampir seperti sebuah bisikan agar tidak terdengar oleh pemuda itu-Rio-, Rio yang samar-samar mendengar perkataan Ify pun menoleh ke arah Ify dan menatapnya tajam

“apa tadi lo bilang?!” tanyanya galak yang lumaian membuat Ify ciut, tapi bukan Ify namanya yang langsung ngalah, gengsi dong.

“engga!” ucapnya yang membuat Rio melengos dari arahhnya dan duduk mencari kenyamanan dibangkunya “untung budek” guman Ify, Rio yang sebenernya mendengar perkataan Ify hanya bisa diam, ia tahu kalau ia bertengkar dengan Ify pasti masalahnya akan panjang alias ga selesai-selesai, yang membuatnya mengacuhkan perkataan Ify.

“kenapa Yo? Lemes banget hari ini!” ucap Ray yang menyadari ada sebuah perubahan dengan sohibnya ini, dilihatnya Rio yang menggeleng lemas

“engga, biasa itu nyokap” jawabnya lemas

“kenapa lagi nyokap lo?”

“tau aneh-aneh aja, mau ngadain party ga jelas lah, mana gue disuruh nyari pengiringnya, nyokap sih maunya yang bisa main piano” jelas Rio panjang lebar, Ray pun manggut-manggut seakan mengerti dengan penjelasan sahabatnya ini

“lo lagi nyari orang yang bisa main piano Yo?” tanya Agni yang tiba-tiba nimbrung yang ternyata sedari tadi menyimak pembicaraan dua RR yang duduk tepat dibelakangnya ini, dilihatnya Rio yang mengangguk antusias “gue tau siapa yang bisa!” lanjutnya bersemangat

“siapa?!” tanya dua RR-Rio dan Ray- yang hampir bersamaan yang membuatnya mereka-Rio dan Ray-yang saling melempar pandangan dengan tatapan bingung, sementara Agni hanya tersenyum misterius yang semakin membuat Rio dan Ray penasaran

“orangnya ada di deket sini kok” ucapnya kembali seakan memberikan sebuah clue, dilihatnya Ray yang menatapnya dengan tatapan yang bisa diartikan –siapa-Ag-?- seakan mengerti dengan tatapan Ray, Agni pun tersenyum dan melirik seseorang yang sedang duduk disampingnya, seakan mengerti dengan lirikan Agni, Ray pun tersenyum lebar memamerkan deretan gigi putihnya yang membuat Rio yang sama sekali tidak mengerti pembicaraan bahasa isyarat antara Agni dan Ray hanya bisa terdiam menunggu jawabannya.

“jadi dia Ag?” tanya Ray antusias, Agni pun mengangguk yakin

“siapa sih?” tanya Rio yang penasaran, sekarang giliran Ray dan Agni yang melemparkan pandangannya sambil tersenyum misterius

“Ify!” pekik mereka-Agni dan Ray- secara bersamaan dengan volume yang cukup keras yang membuat seakan Rio jantungan mendengar nama tersebut, dan membuat Ify yang tadinya sedang sibuk menulis sesuatu dengan cepat menoleh ke belakangnya yang merasa namanya dipanggil.

“apa?” tanya Ify bingung karena sama sekali tak mengerti apa yang teman-temannya bicarakan

“jadi dia orangnya?!” tanya Rio yang shok tanpa mengubris pertanyaan dari Ify, dilihatnya Agni dan Ray yang mengangguk yakin “kalian yakin?” Agni dan Ray pun kembali mengangguk

“ada apa sih?” tanya Ify kembali yang mulai kesal karena merasa dirinya dikacangin

“lo beneran bisa main piano kan?” tanya Rio ragu, dilihatnya Ify yang mengernyitkan dahinya dan menatap Rio bingung

“kenapa?” bukannya menjawab pertanyaan Rio, Ify malah bertanya balik

“gue nanya lo malah balik nanya” cibir Rio

“iya iya, gue bisa sedikit main piano, emangnya kenapa?” tanya Ify yang dengan ekspresi yang ia buat semanis mungkin yang malah terlihat aneh yang membuat Agni dan Ray tertawa tetapi sebisa mungkin mereka tahan melihat sikon yang kurang tepat untuk bercanda

“nyokap gue minta gue untuk nyariin pianist atau orang yang bisa main piano aja deh buat ngebuka acara party nyokap gue!” jawab Rio dengan gaya cueknya tanpa sedikit pun menoleh ke arah Ify

“kapan?”

“tanggal 24 oktober, kalo lo mau wawancara lebih lanjut, mendingan lo nanti pulang bareng gue dan langsung nanya ke nyokap gue!” jelas Rio yang tampaknya sudah bad mood untuk menjelaskan hal ini kepada Ify yang melihat Ray dan Agni yang sedang menahan tawa mereka, melihat sikap Rio yang mebali seperti biasanya, yaitu CUEK yang membuatnya kembali memutar badannya ke arah papan tulis, melihat hal tersebut malah membuat tawa Agni dan Ray meledak.

“hahaha… ciiee…ciiiee… tadi akur-akur aja, sekarang berantem lagi, ga seru nih!” kata Agni disela-sela tawanya

“hahaha… emmmppphh…. Bener banget tuh Ag, tapi nanti neng Ipy mau dibawa ke rumah abang Io loh buat ketemu calon mertua” goda Ray yang berusaha menghentikan tawanya, mendengar perkataan ray tersebut Ify dan Rio pun melirik Ray tajam seperti ingin nelen Ray idup-idup. Ify yang baru mengambil nafasnya untuk berceloteh panjang lebar atau bisa dibilang nagmuk kepada Ray pun terpaksa harus dipending dulu karena bel tanda masuk pelajaran berbunyi.

----*---*----

    Shilla menatap jus jeruknya yang es batu didalamnya sudah mulai mencair, ia mengaduk-aduk jus jeruknya yang sama sekali belum ia sentuh. Zahra yang menyadari ada sebuah perbedaan terhadap sahabatnya ini pun menyikut Shilla dengan tangan kirinya. Shilla yang menyadari itu pun menoleh ke Zahra dan menatap Zahra seakan-akan berbicara-kenapa Ra?-

“lo kenapa? Es di jus lo udah mencari tuh!” ucap Zahra yang mengerti dengan tatapan Shilla “lagi ada masalah?” bukannya menjawab Shilla pun malah terdiam yang kemudian kembali melakukan aktivitasnya sebelumnya, terdengan desahan nafas Zahra yang mencoba menguatkan kesabarannya

“gue denger kemarin lo pulang bareng Cakka!” ucapnya kembali yang mencairkan suasana dan memecahkan keheningan diantara mereka yang sesungguhnya di kantin tersebut suasana sangat ramai, mendengar topic yang dibicarakan Zahra, Shilla pun langsung menoleh ke arah Zahra kaget

“lo tau dari mana?!” tanyanya yang membuka suaranya, dilihatnya Zahra yang menyedikan bahunya sambil tersenyum miring

“entah lah, yang pasti udah menjadi hot gossip, seorang Cakka kawekas nuraga yang sudah memasuki tahap most wanted boy disekolah ini, deket sama seorang cewek pinter yang namanya Ashilla Zahrantiara!” jelas Zahra dengan ekspresi yang menggebu-gebu

“santai aja kali neng” cibir Shilla yang membuat Zahra terkikik “huh, masalah gue nambah lagi nih, bisa-bisa gue mati ditelen fans-fansnya si Cakka, cukup gue dipelototin tiap hari aja sama fans-fansnya Alvin, jangan nambah lagi deh” serunya cuek yang kemudian menyeruput jus jeruknya, benar saja rasa jus jeruk yang tadinya manis menjadi tawar karena es batu yang ada didalamnya sudah mencair.

“lo punya masalah lagi?” Shilla pun mengangguk ragu-ragu “apa?!”

Shilla mengarik nafasnya dalam-dalam untuk mengumpulkan kekuatannya untuk bercerita kepada sahabatnya ini “gue ada masalah tentang Ify!”

“Ify kenapa?”

“gue rasa dia berubah, dia bukan seperti Ify yang kayak dulu, dia jadi lebih tertutup sama gue…”

“bukannya dari dulu dia udah tertutup ya?” sela Zahra, Shilla pun mengangguk perlahan

“tapi ini beda Ra, gue rasa ada yang disembunyiin di dalam dirinya” Zahra pun manggut-manggut seakan mengerti dengan masalah sahabatnya ini walaupun hanya sedikit saja

“coba positive thingking dulu aja, mungkin ada alasan Ify melakukan semuanya” jawab Zahra, Shilla pun tersenyum kepada sahabatnya ini, salah satu alasan mereka suda bersahabat kurang lebih 3 tahun ini adalah, sikap Zahra yang dewasa dan bijak sana yang membuat siapa pun yang ada disekelilingnya merasa nyaman.

*----*----*

    Ify memasukan bukunya ke dalam tasnya secara asal, Rio yang sudah berdiri diambang pintu kelasnya sambil mencak-cak dirinya, ia pun tak mengubris celotehan Rio. ‘cepetan apa Fy, lelet banget lo tuh jadi orang, siput atau manusia sih lo!’ seperti itu lah ocehan Rio yang sedang gaya otoriternya dalam waktu kurang lebih 10 menit.

“ayo berangkat sekarang!” ajak Ify dengan wajah yang seper duper innocentnya yang membuat Rio semakin naik darah “tadi marah-marah, giliran gue udah selesai dia diem aja!” ucap Ify yang masih mempertahankan wajah innocentnya sambil berkacak pinggang, Rio yang sedang bad mood untuk bertengkat dengan Ify pun langsung berjalan meninggalkan Ify. Ify yang sempat bingung mengapa Rio tiba-tiba meninggalkannya hanya menatap punggung yang mulai menjauh yang kemudian kembali ke alam nyatanya dan berlari mengejar Rio sambil sesekali berteriak memanggil nama pemuda itu untuk memperlambat langkahnya.

--*---*---

    Suasana hening menyelimuti mobil ini, Ify yang manatap jendela luar yang melihat pohon-pohon yang seakan-akan berjalan, sedangkan Rio yang masih berkonsentrasi untuk menyetir mobilnya.

“Yo..” panggil Ify untuk memecahkan keheningan

“mm…” jawab Rio malas

Merasa tak puas dengan jawaban Rio, Ify pun kembali memanggil Rio kembali “Rio..”

“emmm….”

“MARIO BROS!!!” pekik Ify yang terdengar seperti sebuah teriakan yang tepat ditelinga kiri Rio

“apaan sih! Ga usah pake teriak-teriakan segala kali, lo pikir gue budek!!!!” balas Rio

“lagi salah siapa dipanggil ga nyahut-nyahut!” jawab Ify santai “lo punya kaset atau apa gitu yang bisa dinyalain?” tanya Ify yang ternyata bosen dengan suasana jalanan yang bisa dibilang macet ini

“GA!!!” jawab Rio tegas

“ih, santai aja kali” pandangan Ify pun beralih ke sebuah Radio yang terdapat di dalam mobil tersebut, dengat cepat ia pun memecet tombol play tanpa meminta izin terhadap Rio.


“iya, kembali lagi disalurah radio kesayangan anda 23,7 FM. Setelah lagu dari    yang berjudul ‘Fair Wave’ tersebut diputar, gimana bagus kan? Pastinya dong. Kayaknya sekarang saatnya kita berpisah deh, besok kita pasti balik lagi, tetep tongkrongin 23,7 FM ya. Bye bye…”  cuap-cuap sanga penyiar radio yang memecahkan kehengingan didalam mobil tersebut.

“kayaknya gue pernah denger suara itu” ucap Rio yang membuka suaranya “dia kakak lo?”

“iya, kak Shilla” jawab Ify sambil tersenyum tipis membanyangkan wajah Shilla dihadapannya.

    Tanpa terasa mobil Rio memasuki pekarangan rumah Rio. Ia pun memarkirkan mobilnya dan keluar dari mobilnya yang diikuti langkah Ify. Entah mengapa saat keluar dari mobilnya Rio dan menatap pintu masuk rumah Rio, kakinya terasa terpaku ditempat, tak bisa jalan kemana-mana, ada sesuatu  yang mengganjal dihatinya, sebuah firasat yang tidak enak.

“kenapa lo diem aja disitu?” tanya Rio ketus yang melihat Ify hanya diam dengan tatapan kosong dan membuat Ify tersentak kaget

“eh, engg… gapapa” jawab Ify gelagapan, mendengar jawaban Ify, Rio pun memutar balikan badannya dan memasuki rumahnya, melihat punggung Rio yang mulai menjauh, Ify pun langsung tersadar dan berlari kecil untuk menyusul Rio.

    Rumah yang terbilang mewah tersebut tampak sepi, beberapa pigura foto yang terdapat di dinding-dinding rumah tersebut dan warna cet putih yang semakin mencerminkan ke indahan rumah yang bergaya klasik tersebut. Hanya suara ketukan langkah dilantai lah yang terdengar.

“Ma, Rio pulang..!!!” teriak Rio secara tiba-tiba yang memecahkan keheningan. Bukanlah seorang wanita cantik nan anggun yang keluar, tetapi seorang pria tinggi yang telihat sedang menuruni tangga dari lantai 2 rumah Rio.

“Gabriel?!” pekikIfy kaget ketika melihat orang tersebut

“Ify!” ucap Gabriel yang tak kalah kaget ketika melihat seorang gadis bersama adik kandungnya “lo ngapain disini?”

Bukannya menjawab pertanyaan Gabriel, Ify pun menyikut Rio “Yo, lo kok ga bilang kalo Gabriel ada disini?” tanya Ify yang seperti bisikan kepada Rio yang ada disampingnya

“kan lo tempo hari lo yang minta buat Gabriel balik ke sini!” jawab Rio dinging seperti tak ingin membicarakan masalah Gabriel, Ify pun kembali menatap Gabriel dengan senyum manis yang merekah diwajahnya

“lo udah tinggal disini kan Yel?” tanya Ify antusias, Gabriel pun tersenyum manis kepada Ify yang bisa membuat kaum hawa terpana dan mengangguk

“sesuai permintaan anda, princess” ucap Gabriel yang kembali meneruskan menuruni tangganya, mendekati Rio dan Ify, lebih tepatnya Ify. Sebuah kata yang terakhir diucapkan Gabriel pada kalimatnya yang membuat Rio dan Ify melongo kaget, Rio yang hampir jantungan, sementara Ify yang merasa mukanya memanas mendengar tersebut hanya bisa menunduk mencoba menyembunyikan merah mukanya. Tenang Yo, lo ga boleh cemburu, lo ga boleh suka sama Ify apalagi sampe cinta sama Ify, batin Rio menyemangati dirinya. “lo sebenernya mau ngapain ke sini Fy?” tanya Gabriel yang memecahkan keheningan sambil mengambil posisi duduk di sofa

“lo berdua ngobrol dulu aja deh, gue mau ganti baju dulu” sela Rio yang langsung menaiki tangga menuju kemarnya, tanpa dipersilahkan duduk, Ify pun duduk di sofa mengikuti Gabriel

“gue mau ketemu tante Manda” jawabnya yang menjawab pertanyaan Gabriel tadi yang sempat disela oleh Rio

“ngapain?”

“ga tau tuh Rio, males gue jelasinnya, mendingan nanti lo tanya sama Rio deh”

“nyoka lagi ga ada di rumah, lagi pergike super market”

“yaudah, gue tunggu aja deh”

“gue rasa gue sama Rio ga bakal akur walaupun kita sama-sama tau kalo kita itu sedarah” ucap Gabriel yang mengganti topic diantara mereka yang membuat Ify langsung menoleh ke arahnya

“maksud lo?”

“iya, seperti yang lo liat tadi, Rio selalu aja diem kalo didepan gue, kayaknya dia benci sama gue”

“apa alasan lo bilang kalo Rio itu benci sama lo?”

“karena…..” ucapan Gabriel yang menggantung dan tiba-tiba terhenti Karena ia tak mungkin member tahukan alasannya kepada gadis ini

“kerena apa?” tanya Ify, tetapi Gabriel hanya diam “lo ga bisa jawabkan? Makannya lo jangan nuduh orang dulu tanpa sebab!”

“tapi Fy, lo ga ngerti semuanya”

“makannya biar gue ngerti kasih tau ke gue apa alasannya, biar gue bisa ngebantu permasalahan diantara kalian” tetapi Gabriel kembali terdiam, ingin rasanya ia menjawab ‘gue sama Rio sama-sama suka sama lo Fy’ tapi… mulutnya hanya bisa terkatup, lidahnya kelu. Keheningan pun kembali menyelimuti diantara mereka berdua, ingin rasanya Gabriel membuka mulutnya untuk mengeluarkan suaranya, namun ia tak bisa. Ify menghela nafas pasrah, sekarang ia menemukan kesamaan diantara saudara kembar ini. Ya, mereka sama-sama KERAS KEPALA!!!. Huh, cukup Rio aja deh yang bikin gue naik darah tiap hari, jangan nambah jadi Gabriel deh, runtuknya dalam hati.

“gimana kabar lo?” sebuah pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Gabriel yang jelas-jelas keadaan Ify sehat wal afiat yang ada dihadapannya.

“baik” jawab Ify “lo sekarang udah ga ngamen lagi kan?”

“gue ga dibolehin sama nyokap gue”

“yaiyalah, masa lo udah tinggal di rumah sebagus ini masih aja mau ngamen, malu-maluin tau!” canda Ify yang membuat Gabriel tertawa, inilah sebuah kelebihan gadis yang berada disampingnya ini, bisamembuat orang-orang disekitarnya merasa senang dan bahagia.

    Saking asiknya mengobrol, mereka sampai tak menyadari bahwa ada seseorang yang memasuki rumah tersebut.

“eh, tante Manda” pekik Ify kaget ketika melihat tante Manda yang sedang berjalan memasuki rumah tersebut.

“eh Ify, tumben main ke sini” ucap Tante Manda ramah “Rionya mana?”

“eng… Ify kesini emang ada perlu sama tante, Rionya lagi diatas ganti baju” jawab Ify sopan

“Yo… Rio…” panggil tante Manda yang kemudian disusul dengan turunnya Rio dari kamarnya

“apa ma?” tanya Rio dengan wajah innocentnya

“kamu ini, bawa temen ke sini malah ditinggalin, untung ada Gabriel yang nemenin Ify!” ucap Tante Manda sambil berkacak pinggang. Huh, Gabriel lagi Gabriel lagi, gue itu ga suka dibanding-bandingin sama orang, apalagi sama Gabriel, walaupun dia kakak gue, tapi gue kesel sama dia! Batin Rio

“orang tau Rio ganti baju sih ma” bantah Rio “itu ma, Ify bersedia main piano buat acara party mama itu” ucap Rio yang mengalihkan pembicaraan yang langsung mendapat pelototan dari Ify

“baru mau tanya-tanya dulu tante, belum tentu jadi, soalnya takut akunya ga bisa” ucap Ify sambil melirik Rio tajam

“sok sibuk” cibir Rio pelan tetapi masih tetapi bisa didengar oleh Ify. Kalau saja tak ada Tante Manda dan Gabriel ditempat itu, ingin rasanya Ify menghardik Rio karena merasa sangat kesal.

“yaudah ngobrolnya dibelakang aja yuk Fy” ajak tante Manda yang kemudian menuju halaman belakang rumahnya yang kemudian disusul oleh Ify.

    Tinggalah ditempat itu hanya ada Rio dan Gabriel yang sama-sama terlarut dalam lamunan mereka masing-masing.

“sebenernya apa sih maksud lo bawa Ify kesini?” tanya Gabriel yang memecahkan keheningan diantara mereka

“gue kan Cuma pengen memenuhi permintaan nyokap” jawab Rio santai yang kemudian langsung kembali memasuki kamarnya dan meninggalkan Gabriel sendirian.

---*---*---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar