Jumat, 26 Agustus 2011

Amour Pour Alyssa et Ashilla _part 12_


&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
                Ify melangkahkan kaki yang menuju kelasnya, kakaknya yang sudah terlebih dahulu meninggalkannya untuk menuju kelasnya. Langkahnya terhenti ketika mendengar seseorang berteriak, berteriak memanggil namanya.

“IFY..!!!” panggil orang tersebut yang ternyata adalah..Cakka. ngapain kak Cakka manggil gue? Tumben banget, batin Ify.  Cakka yang langsung menghampiri Ify semakin membuat Ify gelagapan

“engg… kenapa kak?” tanya Ify

“gapapa, lo lagi ada waktu sekarang?” tanya Cakka

“mau ngapain? 15 menit lagi bel” tanya Ify yang melirik jam tangannya yang melingkat indah ditangannya

“gue Cuma mau ngomong sama lo, sebentar doang” Ify pun hanya mengangguk

“tanya apa kak?”

“lo adiknya Shilla?”

“iya! Kenapa?”

“gue mau cerita sama lo!”

“cerita aja!”

“gue suka sama Shilla!” pekik Cakka yang membuat Ify kaget setengah mati. WHAT??!!! Kak Cakka suma sama kak Shilla, kak Alvin….. batin Ify yang menggantung

“maksudnya?” tanya Ify yang memastikan bahwa pendengarannya tak salah

“iya, gue suka sama kakak lo” jawab Cakka tegas, yang membuat Ify semakin cengo “lo mau kan bantuin gue?”

“bantuin ngapain kak?”

“bantuin biar gue deket sama Shilla” jawab Cakka

“hah? Bukannya kakak dari dulu udah deket sama kak Shilla ya?”

“iya, tapi kan….”

“tapi apanya kak?”

“susah dijelasinnya deh, pokoknya bantuin gue ya ya ya biar jadian sama Shilla!” pinta Cakka yang sempat membuat Ify tersentak kaget. Kak Alvin minta bantuin, kak Cakka juga, gimana dong? Batin Ify. “gimana Fy?”

“eh, iya, tapi nanti liat sikon dulu ya”

“oke, thanks ya Fy, gue duluan ke kelas, udah mau bel” kata Cakka yang kemudian langsung meninggalakan Ify. Ternyata ditempat tersebut tak hanya ada Ify dan Cakka yang berada disana, ada kehadiran seseorang yang kehadirannya tak mereka-Ify dan Cakka-sadari.

----------

                Ify melempar tasnya ke atas mejanya dengan keras yang membuat dua RR-Ray dan Rio-yang tadinya sedang sibuk tiba-tiba terlonjak kaget. Ray yang sudah siap menyemprot Ify, sedang kan Rio hanya cuek bebek dan kembali dengan aktivitas melamunnya

“selon neng, pagi-pagi udah bikin spot jantung aja!” cibir Ray, tetapi Ify tak mengubrisnya, ia menghempaskan dirinya secara kasar ke bangku tempat duduknya yang padahal sama sakali tidak empuk alias keras “kenapa sih lo Fy, muka lo BT banget?”

“huft… itu gue…..” belum sempat Ify menjawab, tiba-tiba Agni sudah ada disamping Ify dengan tatapan kosong dan muka yang tak bisa digambarkan. Tanpa memperdulikan tatapan aneh dari teman-temannya ia langsung mengambil posisi duduk dibangku yang sebelumnya sudah ada disamping Ify.

“kenapa Ag?” tanya Ify lirih nyaris tersamarkan dengan suara ribut anak-anak yang berada dikelas, mendengar pertanyaan Ify, Agni pun melirik Ify tajam, tatapan yang sangat jarang dikeluarkan oleh Agni

“apa urusan lo?!” tanya Agni balik dengan nada jutek dan dingin. Nada yang sangat tidak bersahabat yang dikeluarkan oleh Agni, yang membuat Ify dan Ray semakin bingung dengan sikap Agni. Hei! Kemarin dia biasa-biasa aja, kenapa dia kayak gin?! Sorak Ify dalam hati.

“Ag, lo kenapa? Kok ga biasa-biasanya lo kayak gini?!” tanya Ray yang angkat bicara,Agni pun mengalihkan pandangannya kepada Ray. Menatap Ray dengan tatapan dingin.

“lo ga perlu tau!” tegas Agni, ingin rasanya Ray dan Ify kembali menanyakan banyak pertanyaan kepada Agni, tapi apa daya, bel tanda pelajaran pertama sudah berbunyi, jadi mau tak mau mereka harus mengurungkan niat mereka, sedangkan Rio? Hanya menonton telenovela didepannya dengan banyak pernyataan muncul dibenaknya.

--------

                Shilla memasukan buku pelajarannya yang baru ia pelajari ke dalam tasnya. Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

“mau ke kantin Shill?” tanya Zahra yang memecahkan keheningan diantara mereka, ia menyadari bahwa sikap sahabatnya ini akhir-akhir ini berbeda dari biasanya. Terkadang bersikap aneh, diam dan kadang juga kembali menjadi cerewet,ingin rasanya ia bertanya ada apa yang terjadi dengan sahabatnya, tapi menurutnya sekarang bukan waktu yang tepat.

“kayaknya engga dulu deh Ra, gue udah kenyang” tolak Shilla, ya sebuah penolakan secara halus agar tak menyakiti hati sahabatnya ini

“yaudah,gue duluan ya” kata Zahra, Shilla pun tersenyum tipis tanda ia meng-iya-kan perkataan sahabatnya.

                Shilla mengeluarkan sebuah buku catatannya, ya sebuah buku untuk sekedar iseng-iseng mencoret-coret nama, atau pun menggambar atau juga menulis untaian kata-kata yang terlintas dibenaknya. Tanpa ia sadari seseorang yang sudah diduduk disampingnya, lebih tepatnya dibangku Zahra, ditatapnya orang tersebut dengan tatapan bingung.

“kenapa?” tanya shilla yang menyadari bahwa dikelas ini sepi, hanya ada dia dan orang tersebut

“gapapa, lagi ga ada kerjaan aja” jawab orang tersebut dengan gaya cueknya “kalo lo?”

“ga liat gue lagi ngapain!” jawab Shilla yang tak kalah cueknya “ga ke kantin?”

“males, diet gue hehehe” jawab orang tersebut dengan nada bercanda

“sarap lo Vin, masa cowok diet, ga tau apa badan udah kutilang-kurus tinggal tulang-gitu!” kata Shilla sambil mendorong pelan pundak orang itu-Alvin-, Alvin pun terkikik

“lagi ngapain sih?” tanya Alvin yang langsung menarik buku yang tadi dipegang Shilla. Dilihatnya isi selembar dibuku tersebut yang ternyata adalah seorang wanita, sketsa seorang wanita cantik dengan rambut yang terurai panjang, hidung yang mancung dengan dagu tirusnya.

“mirip Ify” kata Alvin yang memecahkan keheningan diantara mereka

“itu bukan Ify” jawab Shilla “dia nyokap gue”

“cantik” komentar Alvin yang masih mengamati gambar tersebut

“iya, dia cantik banget, tapi dia udah tenang dialam sana” ucap Shilla lirih, ia tertunduk dalam-dalam, matanya terpejam mencoba menutupin kesedihanya

“nyokap lo udah…”

“iya, nyokap gue udah pergi, pergi jauh untuk selama-lamanya”

“maaf…”

“gapapa kok, lo ga salah, emang ini kenyataannya” ucap Shilla dengan senyum tipis yang terlihat sangat indah. Terlihat seseorang yang sudah berada diambang pintu kelas mereka, orang tersebut sedari tai mengamati dan mendengarkan dengan seksama percakapan anatar Alvin dan Shilla tanpa diketaui diantara mereka-Alvin dan Shilla-, apa mungkin Alvin juga punya perasaan yang sama dengan gue ke Shilla, batin orang tersebut. Dia adalah…. Cakka.

--------

                Ify melirik ke arah orang yang berada disampingnya, Agni. Menurutnya dari tadi pagi sikap Agni yang sangat aneh. Ia memejamkan kedua matanya, mencoba memutar memori otaknya, apa ada yang salah dengan sikapnya atau perkataannya yang membuat Agni marah dan sakit hati kepadanya. Ia gigit bibir bawahnya, tak ada memori yang ia berhasil tangkap, yang ia ingat hanya kejadiannya tadi pagi bersama Cakka, dimana Cakka yang bertanya-tanya yang menurutnya tentang hal-hal yang sangat tidak penting. Dihelanya nafas panjang, yang berat, mencoba menghilangkan semua bebannya, tetapi itu semua percuma, sangat percuma.

“Fy, lo gapapa kan?” tanya Ray yang berusaha memastikan kondisi Ify, Ify pun menoleh  ke arah Ray dan tersenyum tipis

“gue gapapa kok Ray” jawab Ify agak lirih, hari ini ia seperti tak punya semangat untuk  melakukan sesuatu. Ditatapnya Rio yang sedari tadi sudah berada disamping Ray, Rio yang sangat acuh, seperti tak ada yang terjadi apa-apa didepannya, ia masih sibuk dengan komik yang ia baca, ia pun kembali memutar tubuhnya dan mengahap ke papan tulis. Aneh, batin Rio yang ternyata tadi menyadari bahwa Ify sempat menoleh ke arahnya.

--------

                Shilla menuruni tangga sekolahnya dengar berlari kecil, diliriknya jam tangan yang berwarna soft pink yang melingkar indah ditangan kanannya yang jarum panjangnya menunjukan ke angka 2. Gue harap belom telat! Pekiknya dalam hati, kalau saja bu Vira tidak memperpanjang mata pelajaran terakhirnya didalam kelas, ia tidak bakalan seperti ini, dasar gue ga mau korupsi waktu! Mungkin kalau ia punya motor, ia pasti tidak kayak begini, terlebih angkutan umum yang sering nge-tem dan jalanan Jakarta yang super duper macet.

“Shilla!!!” panggil seseorang yang terpaksa membuat Shilla menghentikan langkahnya, ia pun mendengus sebal dan memutar arah badannya

“ada apa sih Kka?!” tanya Shilla dengan nada malas

“lo mau kemana? Kok buru-buru banget?!”

“gue pengen ke tempat kerja gue, dan sekarang gue udah telat, sekian!” ucap Shilla tegas yang kemudian kembali membalikan badannya untuk segera pergi meninggalkan Cakka, tetapi langkahnya tertahan ketika sebuah genggaman kokoh yang menglingkar erat ditangannya yang menahannya agar tidak pergi dari tempat tersebut “apa lagi sih?!” tanya Shilla dengan nada yang dibuat-buat,, sungguh saat ini dia sama sekali tidak ada  mood untuk mengobrol dengan seseorang

“gue anter lo!” tegas Cakka yang sempat membuat Shilla terlonjak kaget, memang tidak jarang Cakka menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, tapi hal ini berbeda, ia sedang terburu-buru dan ia juga sempat membentak Cakka tadi “udah, kok malah bengong, nanti lo tambah telat” ucap Cakka yang langsung menarik tangan Shilla yang sedari tadi masih ia genggam.

---------

                Alvin memperhatikan kejadian itu dengan seksama, memang jaraknya dengan tempat kejadian yang ia amati lumaian jauh, sehingga apa yang orang itu bicarakan tak dapat terdengar olehnya. Nafasnya tersenggal-senggal menahan emosi, mukanya yang agak memerah. Tapi ia mencoba menahan semua itu, menahan semua emosinya. Ia tak boleh cemburu dengan sepupunya sendiri, toh ia juga mengetahui bahwa sepupunya juga mencinta orang yang sama dengannya. Ingin sekali ia pergi dari dunia ini untuk meninggalkan semua beban masalahnya sekarang ini, ia memang pengecut, ia tak berani mengungkapkan semuanya kepada seorang gadis yang ia cintai. Ia hanya memendam perasaannya, mungkinkan waktu akan mengikis semua perasaannya? Meninggalkan semua kenangan yang ia rekam semua tentang gadis yang ia cintai? Toh, biarlah waktu yang menjawabnya, ia hanya bisa pasrah dengan keadaannya sekarang. Mungkin ini nasib gue, toh kalo dia jodoh sama gue, pasti dia akan balik sama gue, hiburnya dalam hati.

                Ternyata tak hanya Alvin yang menyaksikan kejadian tersebut, ada seorang gadis dengan stile simplenya dengan rambut yang dikuncir ekor kuda, tangannya yang meremas-remas ujung roknya, ia memejamkan matanya dan mencoba menghirup udara untuk memenuhi rongga dadanya. Cemburu? Ya, iya sangat cemburu dengan kejadian tersebut. Ingin sekali ia menjadi seorang gadis yang tadi sedang berbicara dengan seorang pria tampan yang sudah lama menjadi pemegang tahta tertinggi dihatinya. Ia benci terhadap pemuda tersebut, bahkan sangat benci! Tapi dari awal rasa bencinya tersebut timbul benih-benih cinta. Memang cinta dan benci itu tipis kan! Ia mengerang keras. Rasa kesalnya memuncak kepada lelaki tersebut, mengapa pemuda tersebut tak pernah peka terhadap perasaannya, perasaan yang telah lama ia pendam walaupun ia tak berani mengungkapkannya. Ia pun memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut dan beranjak untuk pulang ke rumahnya

-----------

                Dimasukan buku-bukunya ke dalam tasnya, menurutnya kesal sudah sepi, hanya ada dia sendiri. Sebuah lembaran kertas terjatuh dari buku matematikanya, ia pun meraihnya dan melihat sebuah gambar. Sebuah gambar yang didalamnya tergambar 2 orang gadis cantik yang tersenyum lebar, dengan rambut panjang yang terurai indah. Dipojok bawah gambar tersebut terdapat sebuah tulisan ‘Alyssa and Ashilla’, bibirnya tak dapat tertahan untuk membuat seulas senyuman indah, gambar tersebut sangat indah, gambar buatan kakak semata wayangnya. Tiba-tiba ia terlonjak kaget, tepat ditengah-tengah gambar tersebut ada sebuah tetesan merah yang tiba-tiba muncul, awalnya ia sempat bingung, tetapi saat ia meraba hidungnya ternyata sebuah aliran sungai kecil berwarna merah telah tercipta. Oh no!!! jangan sampai ada orang yang tau, pekiknya dalam hati yang kemudian mencari-cari tissue yang ada ditasnya. Tetapi sepertinya dewi fortuna tak berpihak dengannya, tissue yang ia cari tak dapat ia temuka ditasnya, dengan cepat ia berlari menuju toilet sekolahnya.

---------

                Rio  menatap gadia yang sedari tadi duduk didepannya, menurutnya gadis ini tak menyadari kehadirannya. Ia tersentak melihat alirah cairan berwarna merah yang terjatuh dari hidung gadis tersebut, dilihatnya gadis tersebut yang Nampak kebingung mencari sesuatu dan tiba-tiba berlari meninggalkannya. Ingin sekali ia berlari mengejar gadis tersebut, tetapi apalah daya, tiba-tiba phonecellnya berdering tanda bahwa ada seseorang yang menghubunginya saat ini.

“halo… iya.. apa?.... tapi sekarang gue lagi sibuk, lagi ada urusan penting!.... oke, bentar lagi gue kesana..” katanya yang berbicara menggunakan phonecellnya. Argh… kenapa sih gue ga selalu tepat! Batinnya yang Nampak frustasi yang lemudian melangkah gontai menuju parkiran motornya.

-----------

                Ify membasuh wajahnya dengan air keran yang mengalir, dia tatap pantulan wajahnya dari sebuah kaca, untung saja mimisannya tidak terlalu parah seperti biasanya. Ia menghela nafas panjang, sejenak ia memejamkan matanya.

“argh....!!!” erangnya keras, ia Nampak sedikit frustasi. Sampai kapan ia dapat mengendalikan keadaannya yang semakin lama semakin memburuk, sampat kapan ia bisa bertahan dengan semua kebohongan ini! Ingin rasanya ia berdoa agar tuhan cepat-cepat mengambil nyawanya, membiarkan ia tenang dialam sana dengan kedua orangnya, tapi ada seseorang yang membuatnya berat meninggalkan dunia ini, Shilla. Satu-satunya keluarganya yang masih selalu ada disampingnya, selalu mendukungnya, selalu menyayanginya, seseorang yang membuatnya sangat sangat sangat berat meninggalkan dunia ini. Ia pun memutuskan untuk pulang yang sebelumnya menuju kelasnya terlebih dahulu untuk mengambil tasnya.

----------

                Rio melajukan motornya dengan kecepatan sedang, ia yang tampak sangat terpaksa untuk pulang ke rumahnya, satu-satu alasan kuat untuk menyuruhnya pulang adalah, mamanya memintanya agar segera pulang untuk membicarakan sesuatu hal. Sesungguhnya banyak sekali pertanyaan yang bermunculan dibenak Rio, yang sementara hatrus disimpan karena ia belum sampai dirumahnya.

                Diparkirkan motornya digarasi rumahnya, sebuah rumah yang terbilang mewah, derap langkahnya terdengar memasuki rumahnya, suasana rumah yang begitu sepi membuatnya semakin bingung. Mana mama? Pikirnya. Ia pun berjalan ke halaman belakang rumahnya berharap sesosok yang ia cari sedang berada disana, ternyata benar pikirannya, mamanya yang sedang duduk santai, mamanya tak sendirian, ada Gabriel yang sedang duduk disamping mamanya.

“mau ngomong apa sih ma?” tanya Rio yang to the point langsung menghampiri mamanya

“gini Rio, mama mau ngasih tau, kan kamu terlalu sibuk dengan urusan sekolah kamu, jadi mama mengusulkan bahwa kafe Z-Addict kita biar Gabriel yang mengurus semuanya. Tapi karena Gabriel belum begitu mengerti, bisa kan kamu membantu Gabriel untuk mengajarinya?” jelas tante Manda yang sempat membuat Rio tercengan. Semudah itu kah mamanya member jabatan anak bungsunya yang telah lama mengurus kafe tersebut kepada anak sulungnya yang baru beberapa hari kembali ke kehidupan mereka. Sesungguhnya ingin sekali Rio berontak kepada mamanya, tetapi toh mamanya juga ada benarnya, sekarang ia terlalu sibuk dengan urusan SMAnya yang membuat kafenya terabaikan. Mau tak mau Rio pun mensetujui argument dari mamanya

“itu doang kan ma?” tanya Rio yang masih dengan cueknya, tante Manda pun mengangguk sambil tersenyu tipis, sempat ia melirik Gabriel yang sedang tersenyum sinis kepadanya, tapi toh ia tak megubrisnya “kalo tau gini aku ga usah cepet-cepet pulang” guman Rio yang kemudian meninggalkan mamanya dan kakaknya untuk menuju ke kamarnya

---------

                Ify  berjalan disebuah pekarangan rumah yang sudah tak asing lagi baginya tetapi sangat jarang ia lewati. Diketuknya pintu rumah tersebut sambil mengucapkan salam dengan sopan.

“permisi” kata Ify sopan, perlahan pintu rumah tersebut pun terbuka, terlihat seorang anak kecil yang membuka pintu rumahnya

“eh kak Ify, tumben main ke sini” kata anak tersebut

“hehehe, lagi pengen ngobrol sama Agni, Agninya ada Zy?” tanya Ify manis kepada orang tersebut-Ozy-, ozy pun mengangguk dan kemudian mempersilahkan Ify untuk masuk ke dalam rumahnya.

                Ify melangkahkan kakinya sambil menatap isi rumah tersebu. Masih sama kayak yang dulu, pikirnya, dilihatnya Ozy yang masih belum tinggi-tinggi juga padahal usianya yang memasuki 13 tahun.

“tunggu disini dulu aja ya kak, gue manggil kak Agni dulu” katanya yang kemudian meninggalkan Ify disebuah ruang tamu, Ify menatap pigura-pigura foto yang banyak terdapat disekelilingnya. Ada foto Agni bersama Ozy dengan kedua orang tua mereka, sungguh keluarga yang sempurna, sesungguhnya Ify merasa iri dengan Agni yang masih bisa diberi kesempatan untuk lebih lama menikmata hidup dengan kedua orangtuanya, tapi toh ini semua sudah menjadi jalan takdirnya, ia hanya bisa menjalankannya dengan ikhlas

“kenapa Fy?” tanya Agni yang tiba-tiba datang yang membuyarkan lamunan Ify untuk kembali ke dunia nyata, nada bicara Agni masih seperti sama dengan tadi pagi, masih terkesan dingin.

“eng…eng…” ucapan Ify yang menggantung tanda ia masih kaget dengan kedatangan Agni yang sangat tiba-tiba “gue mau minta maaf” jawab Ify lirih, rumah Agni yang sepi dan besar yang membuat suara Ify menggema

“lo ga salah” jawab Agni tanpa sedikit pun melihat ke Ify

“lo kenapa sih Ag? Kalo gue punya salah silahkan bilang ke gue, gue ga suka dijauhin lo kayak gini, gue udah kenal lo sejak lama, ga biasanya sikap lo ke gue kayak gini” bentak Ify yang sudah tak bisa menahan emosinya, Agni pun hanya diam, ia tak bisa menjawab pernyataan Ify yang sangat benar, ia memang tiba-tiba menjauhi Ify tanpa alasan, entah mengapa setiap ia melihat Ify ia terbayang-bayang wajah Shilla, kakak semata wayang Ify. Memang bisa dibilang ia egois, Ify tak punya salah apa-apa, bahkan Ify juga tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan masalahnya sekarang ini “pliss Ag, jangan giniin gue” pinta Ify dengan nada melemah, ia meraha ada seseorang yang menubruk tubuhnya, ia pun mendongak dan melihat Agni yang sedang memeluknya, memelukanya erat

“maafin gue Fy, gue yang terlalu childis menghadapi suatu masalah” jawab Agni yang membuat Ify tersenyum

“gue selalu ada disini Ag, gue selalu ada dimana lo suka dan duka, karena gue sahabat lo, gue siap jadi pelampiasan emosi lu dan tong sampah untuk semua curhatan lo” kata Ify sambil melepaskan pelukan Agni “jadi apa masalah lo?”

-----------

                Rintik hujan jatuh membasahi bumi, malam itu suasan yang sunyi dan senyap ditambah hujan yang membuat suasan yang menjadi dingin. Rio menekuk lututnya diatas kasurnya, ditatapnya kosong pandangannya yang menerawang. Difikirannya masih terekam jelas dimana seorang gadis yang akhir-akhir ini selalu ada didekatnya,  seorang gadis yang ceria dan cerewet tiba-tiba mengeluarkan cairan darah dari hidung mancungnya dengan derasnya, ingin saat itu ia menghampiri gadis itu dan bertanya bagaimana keadaannya, tetapi saat itu ia kurang beruntung. Kalau saja Tante Manda tak menelfonnya tadi siang dan membicarakan suatu hal yang menurutnya tidak penting, ia pasti tak menjadi penasaran seperti sekarang ini. Batinnya dihujami banyak pertanyaan yang semakin membuatnya bingung sendiri. Diraih phonecellnya yang tergeletak diatas meja tepat disamping kasurnya, ditekan-tekan tomboh phonecellnya tersebut untuk mencari sebuah nomor telefon yang sudah ia simpan dibuku telefan phonecellnya. ‘Ify Alyssa’ itulah sebuah nomor kontak yang ia cari, ingin rasanya ia memencet tombol OK untuk menelfon nomor tersebut, tapi jarinya terasa kaku, jantungnya berdetak cepat, akhirnya ia memutuskan untuk mengurungkan niatnya, dan kembali menaruh phonecellnya kembali ditempat semula dengan banyak pertanyaan yang masih terngiang-ngiang difikirannya.

-------

                Ify menutup buku birunya, mala mini ia kembali berhasil menulis sebuah untaian kata yang menurut hanyanya hanya kata-kata puitis yang sangat tidak penting, ia pun mengeluarkan selembar kertas dari tasnya, sebuah gambar yang sempat ia amati pada saat disekolah tadi. Masih terlihat jelas sebuah bercak darah ditengah-tengah gambar dua orang perempuan tersebut, sejenak ia memejamkan matanya, mencoba melupakan semua masalahnya, tapi apakah itu mungkin? Tidak semudah itu keluar dari sebuah masala yang sangat rumit!

                Ify memutar badannya menuju kasurnya dan menghempaskan dirinya dikasurnya, hari ini ia sangat lelah sekali, setelah kejadian pada saat pulang sekolah tadi ditambah ia sepulang sekolah tak langsung bergegas untuk ke rumahnya, tetapi ia menyempatkan dirinya untuk mampir dirumah Agni, satu masalah dalam banyak masalah dalam hidupnya telah selesai. Tak butuh waktu lama, tak lebih dari waktu sehari Agni dan dia telah berbaikan. Benar dugaannya Agni hanya salah paham dan CEMBURU!!! Ternyata pada saat sebelum  masuk ke kelasnya, Agni sempat melihat dan mendengar percakapannya dengan kak Cakka. Hanya satu jalan keluar dari masalahnya, seorang sahabat harus terbuka dengan suatu masalah, tak ada namanya menutupi masalah dan menjauhi tanpa alasan yang jelas.

                Sebuah senyum tipis tercipta diwajah tirus Ify, menurutnya lucu sekali Agni yang telah lama ia kenal dan terkenal dengan Gerakan Anti Cowoknya itu bisa merasakan juga sebuah virus cinta dan pasalnya Agni juga merasakan sebuah virus cemburu. Sungguh lucu sekali yang tak jarang membuat Ify tersenyu sendiri. Ia kemudian menghela nafas berat, perjuanganganya tak sampai disini, masih banyak masalah yang masih belum terselesaikan olehnya dan masih banyak masalah juga yang masih menunggunya. Ify pun kemudian menutup matanya untuk bergegas menuju alam mimpinya sejenak melupakan semua masalahnya.
-------

_ade nurmyla fauziati_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar