Senin, 03 Oktober 2011

Amour Pour Alyssa et Ashilla _part 17_

            Ify menyapu pandangannya sambil berjalan di koridor utama sekolahnya, ia menghela nafas panjang, selalu saja setiap hari ia terus seperti ini, ia selalu pulang terakhir dengan berbagaimacam alasan, sesungguhnya ia tak ma uterus menerus seperti ini, ia harus lebih banyak beristirahat. Diliriknya jarum panjang jam tangan berwarana biru yang melingkar di tangan kanannya yang menunjukan pukul 3 sore. Langit yang sudah mulai gelap dengan awan yang berwarna hitam pekat, dengan cepat Ify berjalan menuju gerbang sekolahnya, ia takut kalau ia harus pulang dalam keadaan basah kuyub. Tiba-tiba langkahnya terpaksa ia hentika ketika melihat seseorang yang berada tak jauh darinya. Seseorang yang sedang bersender digerbang sekolahnya dengan menggunakan jaket hitam serta tangan yang di lipat semakin menambah kesan ‘keren’ dari cowok tersebut, Rio.

Dengan ragu Ify melangkah mendekati Rio yang sesungguhnya jarak diantara mereka tak begitu jauh, dengan kebingungan yang berlebihan yang mengikuti Ify, lantaran Rio yang biasanya pulang paling awal dari murid-murid sekarang sedang berada di hadapannya dengan masih menggunakan seragam sekolah.

“benar dugaan gue, lo masih ada di sekolah” guman Rio yang hanya melihat Ify sekilas, itu pun hanya dengan ekor matanya.

“maksud lo?” tanya Ify bingung, bukannya menjawab pertanyaan Ify

“jangan ge-er dulu, maksud gue itu tadi gue ada urusan, dan menurut feeling gue lo masoh ada disekolah tercinta ini, jadi karena gue lagi berbaik hati dan tidak sombong, gue mau nganterin lo pulang bareng” jelas Rio dengan nada yang seperti tidak ikhlas

“tumben lo baik” cibir Ify

“yee… mau di tolongin malah bikin kesel, gue tinggal nih” ucap Rio ngambek yang kemudian menaiki motornya, sedangkan Ify hanya cengo melihat kelakuan Rio. Sebenernya bocah yang satu ini niat ga sih nganterin gue, batin Ify. “gue duluan ya” lanjut Rio yang kemudian melajukan motornya meninggalkan Ify yang sedetik kemudian membuat Ify kembali ke dunia nyatanya

“ee… Rio,, lo ngeselin banget sih,, gue ditinggalin sendirian!! Awas lo besok gue bales!!” ucap Ify dengan suara yang terdengar sebuah teriakan.

            Sedangkan Rio melajukan motornya dengan kecepatan sedang dengan sebuah senyuman yang terbentuk di balik helm yang menutupi kepalanya.

----*----*------

            Guyuran hujan dengan derasnya turun ke bumi, Shilla terduduk di teras rumahnya dengan perasaan gelisah, baru saja ia pulang dari tempat dimana ia bekerja, namun adik semata wayangnya yang belum sampai di rumahnya. Hujan yang turun semakin deras dan hawa dingin yang menusuk semakin membuat Shilla khawatir. Berkali-kali ia melihat phonecellnya untuk sekedar mengetahui jam berapa sekarang atau menunggu jawaban dari Ify atau pun kembali mencoba menelfon handphone Ify walaupun hasilnya sama sekali nihil. Shilla menggigit bibir bawahnya mencoba menenangkan dirinya.

            Tiba-tiba seseorang yang berjalan menembus derasnya rinai hujan, melihat orang tersebut, sontak Shilla berdiri. Ify, seseorang yang ada di hadapannya dengan keadaan yang basah kuyub dan tubuh yang mengigil.

“Ify lo dari mana aja?” tanya Shilla sambil mendekati tubuh Ify

“hehehe… tadi gue ada urusan, trus tadi gue nunggu angkot ga ada-ada, trus ujan deh” jelas Ify asal

“lo dari sekolah sampe rumah jalan kaki?” tanya Shilla, sedangkan Ify hanya mengangguk polos

            Mengetahui bahwa Shilla akan lebih lama mengintograsinya dengan beribu pertanyaa, dengan cepat Ify pun masuk ke rumahnya “udah ah, gue mau tidur, capek nih” ucapnya yang langsung meninggalkan Shilla. Sedangkan Shilla hanya diam menatap kepergian adiknya yang sedetik kemudian pandangannya beralih ke butiran-butiran hujan yang menuju ke bumi, nafasnya sedikit tercekat mengingat beberapa hari yang lalu, mengingat sebuah masalah yang sekarang berada di depan matanya.

----*---*----

            Perlahan Ify menggeliat di kasurnya, dengan berat hati ia mencoba membuka matanya perlahan sembari mengumpulkan nyawanya. Dengan lirikan matanya Ify melihat jam dindingnya yang menunjukan pukul 8 malam. Tadi sore sepulang sekolah ia langsung beranjak tidur tanpa memperdulikan apapun, karena badannya yang sudah lelah dan dinginnya hujan yang menusuk membuat suasana untuk tidur semakin mendukung.

            Phone cell yang sedari tadi bergetar membuatnya terpaksa untuk bangun dari alam mimpinya. Dengan cepat Ify meraih phone cellnya tersebut, dengan alis yang bertaut Ify melihat contact yang terpampang dilayar phone cellnya tersebut, ‘Gab_Stev’. Dengan cepat Ify menekan tombol ‘ok’ di handphonenya tersebut.

“halo” ucap Ify dengan suara agak parau karena baru bangun dari tidurnya

“halo Ify?! Aa… akhirnya lo angkat telfon gue juga,, dari kemarin handphone lo itu ga aktif, trus pas tadi gue coba nelfon lo lagi, ternyata nomor hp lo akif, langsung aja gue telfon lo berkali-kali, trus…” ucapan Gabriel yang harus terhenti seketika karena Ify yang memotong ucapannya

“Gabriel Stevent Damanik!! Dengerin gue dulu, kalo ngomong itu satu-satu, bikin gue pusing aja deh” sunggut Ify kesal yang membuat Gabriel tertawa kecil disebrang sana.

“hehehe,, maap Fy,, lagian lo main ngilang aja, bikin gue khawatir,, gue ke sekolah lo katanya lo ga masuk sekolah” ucap Gabriel

hahaha… lo kangen ya sama gue” goda Ify

“emmm… iya apa engga ya? Tapi kayaknya engga deh hahaha”

“aahh… sialan lo Gab, udah ah, gue mau tidur,, ngantuk nih,, lo sih ngangu aja”

“hehehe,, maap ya tuan putri, yaudah tidur gih sana, have a nice dream” mendengar Gabriel yang mengakhiri permbicaraannya, dengan cepat Ify pun menutup telfonnya untuk kemudian melanjutkan tidurnya.

----*----*----

            Shilla yang masih asik membaca novelnya yang ia pinjam dari perpustakaan sekolahnya, tiba-tiba ia merasakan bahwa phone cellnya bergetar tanda sebuah pesan singkat masuk yang sedetik kemudian menyita perhatiannya untuk meraih phonecellnya tersebut

=============

From : _no name_
Bayangan mu selalu hadir di pelupuk mataku…
Mengisi jiwaku dengan mu
Jerat hatimu, ku kira kau selalu bersamanya
Lanjutkan hasrat yang tak pernah sirna tiada
Ingin ku rengkuh kenangan masa lalu..
Sebelum dia hadir di hidup mu

================

            Satu alis Shilla yang terangkat karena ia sama sekali tak mengerti kata-kata dari pesan singkat tersebut. Dengan cepat ia mengetik pesan balasan untuk orang tersebut, tapi.. arhg… sial,, saldo pulsanya yang saat ini tak mencukupi karena ia tadi sore ia lupa untuk mengisi pulsanya.

----*----*------

            Cahaya matahari menyelinap kedalam kamar Ify melalui celah-celah gorden yang memaksa Ify untuk membuka matanya. Sabtu pagi, hari libur yang membuat Ify malas untuk melakukan suatu kegiatan. Ia meletakan punggung tangannya tepat di kening dan lehernya. Panas, pekik Ify dalam hati. Dengan cepat Ify merogoh hand phonenya, dilihatnya di layar phone cell yang ada sebuah pesan singkat-sms- yang masuk.

=======================

From : Mario_stev
Jangan lupa nanti malem ada acara di rumah gue,,
Nanti sore lo siap-siap ke rumah gue,,

==============

            Membaca pesan tersebut membuat dua mata Ify membelalak, ia menepuk keningnya kesal, sungguh, ia benar-benar lupa bahwa ia terikat janji dengan Rio untuk tampil di acara ulang tahun pria tampan tersebut yang jatuh tepat pada hari ini.

“aduh, mati gue harus pake baju apa nih!” ucapnya yang kemudian langsung loncat dari tempat tidurnya dan bersiap-siap untuk mengubek-ubek lemari kamarnya, tetapi beberapa menit kemudian phone cellnya kembali berdering tanda bahwa sebuah sms telah masuk.

==========

From : Mario_Stev
Oh iya,,
Tenang aja ga usah mikirin bajunya,,
Udah disediain sama nyokap gue,,
Jadi lo tinggal bawa diri lo ke rumah gue,,

===========

            Ify bernafas lega setelah membaca pesan singkat tersebut tanpa berminat untuk mengirim balasan sms tersebut. Tiba-tiba pintu kamarnya berdecit, tanda seseorang membuka pintu kamarnya, Shilla.

            Shilla berjalan mendekatinya dengan tatapan aneh dengan keadaan kamar Ify yang seperti kapal pecah “abis ngapain lo Fy? Tauran?”

“oh iya, gue lupa bilangin lo kak. Hari ini ultahnya si Mario Bros, trus nanti malem gue di suruh ngiringin, ya… main piano gitu lah. Lo ikut ya?”

            Shilla mengerutkan keningnya, sambil menyingkirkan beberapa benda yang terdapat di kasur yang kemudian duduk di tepi kasur tersebut “ngapain? Lagian gue juga ga di undang, malu gue disana”

“ya kali-kali gitu lo nemenin gue, ajak aja kak Zahra, nanti Agni dateng juga kok”

“yaudah deh nanti gue pikir-pikir dulu” jawab Shilla cuek yang kemudian membuka majalah yang terdapat di kamar Ify “ngomong-ngomong lo mau nyanyi lagu apa?”

“makannya itu gue lagi mikir dari tadi” jawab Ify sambil mengacak-acak rambutnya “ada usul?”

“emm… apa ya? Kan waktunya mepet, mendingan lo nyanyi lagu yang lo udah bisa aja deh” usul Shilla yang masih sibuk membaca majalahnya, sedangkan Ify terdiam sejenak yang beberapa menit kemudian menyeringai lebar

“makasih banget kak, lo emang kakak gue yang the best deh” ucap Ify sambil mencubir pipi Shilla

            Shilla mendengus kesal “emangnya lo punya kakak berapa? Kan Cuma gue doang kakak lo” ucapan Shilla tersebut yang langsung membuat Ify tertawa

“hahaha… yaudah, sono gih! Gue pengen mandi!” ucap Ify, Shilla pun kemudian berdiri

Tuukkk….

            Majalah yang sedari tadi berada di tangan Shilla pun meluncur tepat di kepala Ify “balesan yang tadi lo nyubit gue :P” ucap Shilla yang langsung ngibrit meninggalkan Ify

“SIALAN LO KAK!!!”

----*----*----

            Tak terasa sekarang matahari telah berada di ufuk barat, langit pun mulai berubah warna yang awalnya berwarna jingga lama-lama berwarna hitam pekat. Malam telah menyapa dengan hawa dinginnya yang menusuk. Ify memantulkan dirinya di depan sebuah kaca besar. Ia yang sedang mencoba memasukan anting berwarna merah hati ke telingnya, warna yang senada dengan gaunnya serta aksesoris yang ia pakai saat ini. Dress merah selutut dengan lengan, gelang, kalung dan bando yang berwarna merah, serta high hills berwana merah yang semakin membuat penampilannya saat ini semakin sempurna.

            Ify sedikit memoleskan blush on di wajah tirusnya. Tiba-tiba ia merasakan sakit di kepalanya, otot-ototnya terasa menegang, keringatnya yang tiba-tiba bercucuran walaupun di rungan tersebut telah di nyalakan AC, ia menggigit bibir bawahnya, tangannya dengan cepat meraba mencari tasnya, di keluarkan sebuah kantung plastic berwarna putih transparan dari tasnya tersebut. Dan kemudian menelan beberapa butih isi dari plastic tersebut, obat!.

Tok..tok..tok…

            Suara ketukan pintu yang berasal dari luar ruangan tersebut, dengan berjalan yang sedikit sempoyongan tersebut, Ify membuka pintu tersebut, di lihatnya Shilla yang berada di hadapannya dengan balutan dress berwarna baby blue tersebut yang membuat kakak semata wayangnya terlihat anggun.

“lo udah siap Fy? Yang lain udah pada nungguin di bawah” ucap Shilla, sedang kan Ify hanya tersenyum tipis dan mengangguk “lo gapapa kan Fy?” lanjut Shilla yang sepertinya mengetahui keanehan dari kondisi adiknya sekarang ini

Mendengar pertanyaan Shilla tersebut, Ify panik dan gelagapan “eh, eng… gue gapapa kok”

“yakin?”

“iya gapapa kok” jawab Ify dengan senyum yang bertujuan agar Shilla tak mencurigainya lebih lanjut

“yaudah, turun yuk!” ajak Shilla yang menggenggam tangan Ify, mencoba menguatkan adiknya ini. Entah mengapa firasat gue malem ini gak enak banget, batin Shilla.

----*----*----

            Ify yang sedang bersama Agni dan Shilla, juga Zahra. Ya, Zahra dan Shilla yang awalnya sempat menolak tetapi dengan paksaan dari Ify dan Agni dan juga jurus memohon dan memasang muka memelas membuat Shilla dan Zahra akhirnya luluh juga untuk menghadiri pesta ini.

            Tiba-tiba Ify yang merasakan psuing di kepalanya sama pada saat ia berada di ruang ganti tadi kembali mendatanginya. Tanpa pikir panjang Ify pun segera beranjak pergi agar tidak menimbulkan kecurigaan diantara Shilla, Zahra dan Agni.

“Ag, kak, ka Ra, gue mau ke toilet dulu sebentar” ucap Ify yang langsung pergi meninggalkan mereka-Shilla, Agni dan Zahra-. Terbesit di fikiran mereka dengan tatapan bingung sambil tetap menatap punggung Ify yang semakin menjauh. Mereka pun saling berpandangan, seperti memikirkan hal yang sama di dalam fikiran mereka masing-masing, yaitu ‘tingkah Ify yang aneh’

“kak, gue mau nyusul Ify dulu” ucap Agni

Shilla dan Zahra pun mengangguk hampir serentak “iya, jangan lama-lama, sekalian bawa Ifynya balik ke sini”

Agni mengancungkan kedua jempolnya “sip deh kak”

----*----*---

            Ify berlari menuju toilet yang tempatnya lumaian jauh dari tempat keberadaannya tadi, sempat beberapa kali ia menabrak orang secara tidak sengaja, tetapi ia hanya mengucapkan kata ‘maaf’ yang kemudian kembali berlari. Sesampainya di toilet, tiba-tiba nafasnya yang terasa terceka.

Uhuk..uhuk..uhuk…

Suara batuk Ify yang menggema karena tempat tersebut sedang sepi, batuk yang baru ia keluarkan tidak lah sebuah batuk yang seperti biasanya, ia mengeluarkan cairan dari mulutnya, cairan kental yang berwarna merah, darah.

Arghh…

Ia sedikit merintih kesakitan sambil memegang kedua kepalanya, sedang sisa-sisa tenaganya, ia pun menyalakan keran air yang tepat berada di wastafel di hadapannya untuk menyiram darah yang baru ia keluarkan.

Tiba-tiba terdengar suara decitan pintu yang tepat tak jauh dari tempat berdirinya sekarang, tanda ada seseorang yang masuk ke ruangan tersebut “IFFFYYYY…!!!” pekik orang tersebut yang langsung mendekati Ify, Agni. “Fy lo gapapa kan?” lanjut Agni yang langsung mencengkram bahu Ify yang membuat Ify yang berada di hadapannya, sedangkan Ify hanya tersenyum lemah.

“gue gapapa kok Ag” ucap Ify lirih

Agni memandangnya dengan satu alis yang terangkat karena merasakan suatu kejanggalan dengan sahabat yang sekarang ada dihadapannya ini “tunggu deh…” ucap Agni yang tiba-tiba tangannya menyentuh ujung bibir Ify, setelah itu Agni memeperhatikan jarinya tadi, sebuah bercak berwarna merah yang sekarang berada di tangannya.

“Fy…. Jujur sama gue” ucap Agni lembut, Ify mengigit bibir bawahnya, mencoba menghapus kegugupannya, ini lah yang selama ini ia tutupi, semua rahasianya yang ia kubur rapat-rapat semua telah terbongkar “jawab Fy…” lanjut Agni dengan suara parau sambil mengguncang-guncang bahu Ify yang masih ada di hadapannya.

“gue beneran gapapa Ag” ucap Ify yang masih mencoba untuk mengilah dari Agni.

Agni tersenyum miring, senyum yang terlihat dingin di mata Ify “jawab yang sebenarnya Fy, jangan buat gue sebagai orang yang paling bodoh di dunia ini karena gue ga tau ada hal penting apa yang terjadi sama sahabat gue sendiri” jelas Agni yang terliat seperti sedang menahan tangisnya.

Ify menghelan nafas panjang, dadanya yang seperti terhimpir dua batu besar “nanti gue bakal jelasin semuanya ke elo, tapi ga sekarang… nanti setelah acara ini selesai” ucap Ify

Senyum lebar yang tiba-tiba merekah di wajah manis Agni “nah, gitu dong dari tadi, jadi gue ga usah capek-capek ngemis-ngemis ke elo, tapi lo bener-bener gapapa kan?”

Ify meninju pelan bahu Agni “siala lo Ag, harus berapa kali gue bilang ke elo kalo gue itu gapapa Agnoyy….”

“nama gue Agni, bukan Agnoy! Dosa lo ngeganti-ganti nama orang”

“hahaha, suka suka dong :p yaudah yuk, nanti kak Shilla sama kak Zahra nyariin” ucap Ify yang kemudian menarik tangan Agni.

----*----*-----

            Ify menghempaskan dirinya di kursi piano, sebuah grand piano berwarna hitam yang ada di hadapannya sekarang ini. Ia membuang nafasnya kasar, sesungguhnya kepalanya masih pusing dan berat sejak tadi, tetapi dengan sekuat tenaga Ify berusaha mencoba membuat dirinya seperti biasanya. Perlahan Ify mulai menekan tults-tults pianonya yang seketika memecahkan keheningan di tempat tersebut.

(dewa – Cinta kan membawamu kembali)

            Suara merdu Ify dan dentingan piano yang menggema ke seluruh ruangan tersebut. Ify mengehela nafasnya memcoba mengembalikan tenaganya, kepalanya yang semakin pusing, iya yakin, mukanya saat ini pasti telah berubah warna menjadi putih pucat. Lo haris kuat Fy! Soraknya dalam hati yang menyemangati dirinya sendiri. Perlahan Ify beranjak dari kursi pianonya untuk kemudian berdiri, Ify berjalan beberapa langkah maju ke depan yang kemudian membungkukkan badannya. Tepuk tangan Rio seketika menggema yang mengganti keheningan. Gue ga tahan lagi….!!! Pekik Ify dalam hatinya

Brrrruuukkk…..

            Seketika pandangan Ify gelap, ia pun sempat merasakan bahwa sebuah aliran kecil yang terpadan di wajah cantiknya, darah!

----*---*---

            Shilla terduduk lemas di ruang tunggu rumah sakit, sedari tadi tak berhenti-henti menjatuhkan air matanya, di sampingnya ada Zahra dan Agni yang masih mencoba menenangkannya, tak jauh dari sana, Rio yang sedang bersandar di tembok yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempat Shilla.

            Ya, memang setelah kejadian tersebut pesta Rio hancur berantakan, Rio yang tetap ngotot untuk mengantarkan Ify ke rumah sakit yang terpaksa Tante Manda membubarkan acara tersebut, sesungguhnya tadi Tante Manda juga ingin pergi ke rumah sakit ini, tetapi niatnya harus ia urungkan karena tubuhnya yang telah sangat lelah.

            Keheningan yang mendominasi pada ruangan ini, hanya terdengan sayur-sayup suara isak tangisan Shilla. Tiba-tiba Rio menegakkan tubuhnya dan perlahan berjalan mendekati Shilla.

Sejenak ia menghela nafasnya “kak, sebenernya Ify sakit apa?” ucap Rio lembut

Shilla mendongakkan kepalanya, menatap kedua manik mata Rio mencoba untuk mencari suatu alasan yang tepat untuk menceritakan sebuah rahasia besar dalam hidupnya juga dalam hidup adiknya, Ify. “mungkin udah saatnya kalian semua tau” ucap Shilla lirih “sirosis, kanker hati”

Mendengar jawaban Shilla, reflek Agni terlonjak kaget dan langsung menatap Shilla, mencari sebuah kebenaran di mata indahnya “lo gak bohong kan kak?”

Shilla menggeleng keras “apa untungnya kalo gue bohong sama kalian”

Rio merasakan lututnya yang tiba-tiba lemas, ia merosot dengan tubuh yang bersender ke tembok yang ada di belakangnya “sejak kapan?”

“gue baru tau sejak kira-kira sebulan yang lalu, tapi gue yakin Ify udah nyembunyiin semua ini sejak 2 tahun yang lalu” jawab Shilla sambil terisak “dan.. apakalian tau? Beberapa hari yang lalu, gue 3 hari menghilang itu gue maksa Ify buat kemo, tapi kondisi Ify malah ngedrop dan koma 2 hari”

            Agni membuang mukanya kasar, mencoba menetralisir kesedihannya dan meredam tangisnya “kenapa kak? Kenapa kalian nyembunyiin semua ini?!”

“semua ini atas permintaan Ify” Shilla kembali menghela nafas, mencoba kembali mengumpulkan kekuatan untuk kembali bercerita “Ify ga mau dia ngerepotin kalian, Ify ga mau nunjukin semua kelemahannya, Ify ga mau semua orang melihat dia dengan tatapan kasihan, dia ga suka di kasihanin”

Rio tiba-tiba menegakkan tubuhnya dan berdiri “gimana biar Ify sembuh total?!”

“satu-satunya cara adalah….” Ucapan Shilla yang menggantung “cangkok hati”

----*----*-----

            Gabriel memacu motornya dengan kecepatan tinggi, hujan yang semakin turun dengan derasnya tak memperdulikan hujan yang semakin semangat menhujani dirinya. Kilatan cahaya dan suara kerasnya petir dilangit yang sangat gelap. Suasana jalanan yang lumaian sepi semakin mendukung aksi kebut-kebutannya.

            Seketika suara tersebut kembali terngiang-ngiang di otaknya ‘Ify masuk rumah sakit, dia koma, cepet ke sini, jangan buang waktu!’ suara parau Shilla  yang tadi menelfonnya ketika ia sedang berada di rumah temannya, Kiki. Ia memang sengaja tak menghadiri pesta adiknya yang sesungguhnya juga pesta ulang tahunnya, walaupun di acara tersebut juga ada seseorang yang paling berharga di hidupnya, Ify. Mengingat kejadian tersebut semakin membuat rasa bersalah di hati Gabriel semakin besar dan ia masih terus-menerus meruntuki dirinya. Mengapa ia selalu tak ada di saat Ify sedang membutuhkannya? Mengapa egonya selalu saja membuat ia mengabaikan seseorang yang ia cinta? Mengapa ia tak mengikuti jalannya pesta tersebut? Kalau disana ada dia pasti dia akan segera menolong Ify.

            Ia kembali mengencangkan gas motornya, membuat motornya yang mungkin sedang melaju dengan kecepatan sangat tinggi, ia tak memperdulikan sama sekali keadaan disekitarnya, yang ada di fikirannya hanya ada ‘Ify, Ify dan Ify’. Ia mengigit bibir bawahnya, tangannya yang sudah menjadi dingin dan badannya yang sudah menggigil terkena guyuran derasnya hujan. Sejenak Gabriel menutup matanya, mencoba mencari kembali seberkas kekuatan di dirinya, tiba-tiba ia merasakan sinar terang yang ia di kelopak matanya, reflek ia membuka matanya, sebuah truk yang melaju dengan kecepatan cepat dan tepat berada di hadapannya.

Brrraaaaaakkkkk…..

            Butiran-butiran hujan yang jatuh ke aspal jalanan tiba-tiba bercampur dengan cairan kental yang membuat air hujan tersebut berwarna merah, darah!.

----*----*------





huuuuaaa....
maaf banget ya jelek..
mm....
mungkin cerbung ini bakalan endingnya segera,,
soalnya....*ngegantung*

hahahah...
mksih banget ya yang udah mau setia baca dari awal,,
maaf kalo ga sesuai keinginan atau apa lah,,

yaudah jangan lupa kalo suka tinggalkan jejak,,
dan maaf kalo yang kecipratan tag,,


_mila saufika otlivio_