Senin, 05 September 2011

Amour Pour Alyssa et Ashilla _part 15_

            Shilla berjalan dilorong sekolahnya yang sudah dalam keadaan sepi, Zahra yang baru saja meninggalkannya karena sedang ada urusan. ngenes banget deh gue punya temen yang super sibuk, runtuknya dalam hati. Langkahnya yang tiba-tiba harus ia hentikan karena ada seseorang yang memanggil namanya

“Shilla!” panggil orang tersebut, dengan setengah hati ia pun membalikan badannya dan dilihatnya Cakka yang sedang berlari kearahnya

“kenapa?” tanya Shilla dengan salah alisnya yang terangkat

“gue boleh minta nomor hape lo?”

“buat apa?”

“ya… buat nanya kalo ada pr gitu” jawab Cakka kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal

“mana hape lo?” tanya Shilla, dengan cepat Cakka pun menyodorkan phone cellnya ke Shilla “nih!” ucap Shilla ketika selesai mengetik nomor hapenya diponsel Cakka

“gue duluan ya Kka!” lanjut Shilla yang kemudian berjalan meninggalkan Cakka, Cakka pun hanya diam menatap punggung Shilla yang lama-lama menjauh

“serius juga lo mau ngedeketin Kak Shilla” ucap seseorang  yang tiba-tiba sudah berada disamping Cakka yang membuat Cakka reflek menoleh ke orang tersebut yang posisinya sudah sejajar dengan dirinya

“gue ga main-main sama dia, Ag” jawab Cakka kepada orang yang dipanggilnya ‘Ag’ tersebut, Agni.

“ternyata playboy kayak lo itu bisa serius juga ya” ucap Agni dingin, malah bisa dibilang nadanya terdengar sinis ditelinga Cakka yang kemudian berjalan meninggalkan Cakka

“gue udah berubah Ag, gue serius sama dia!” pekik Cakka tiba-tiba yang membuat langkah Agni terhentikan, sejenak ia menoleh ke Cakka dan kemudian pandangannya terarah seperti semula

“will we see…” itulah sebuah kata yang dikatakan Agni yang kemudian berjalan meninggalkan Cakka sendirian.

---*---*----

            Ify yang tampak berlari-lari kecil untuk menyamai langkah Rio yang melangkah dengan cepat.

“tungguin gue dong Yo” ucap Ify yang sedikit ngos-ngosan

“lagi lo ngapain sih pake ngikutin gue!” kata Rio yang masih berjalan tanpa mengubris Ify yang sudah mulai kecapean

“eng…eng…. Gue ga ada temen pulang, jadi kebetulan ada lo, ya boleh dong gue pulang bareng sama lo walaupun hanya sampe depan gerbang sekolahan heheh” jawab Ify

“aneh!” pekik Rio lirih agar tidak terdengar oleh Ify, tetapi kali ini Ify mendengarnya

“apa maksud lo?!” tanya Ify galak yang sudah mulai mau bertengkar kembali dengan Rio, tetapi Rio tak mengubrisnya malahan langkahnya yang tiba-tiba terhenti yang sempat membuat Ify hampir menabraknya “lo ngapain sih kok tiba-tiba mendadak berhenti?! Gue pengen jatoh tau!” tanya Ify, tetapi Rio lagi-lagi tak mengubrisnya, pandangannya lurus ke depan, karena penasaran, Ify pun mengikuti arah pandangannya Rio, dan apa yang dilihatnya? Seseorang yang tak asing lagi baginya sedang berdiri didepan gerbang sekolahnya sambil tersenyum ramah ke arahnya

“Gabriel?!” pekiknya kaget ketika melihat orang tersebut, sedangkan Rio hanya bisa diam terpaku menatap Gabriel tajam “lo ngapain disini Gab?”

“gue mau jemput lo” jawab Gabriel yang super duper santai. Lama-lama Gabriel ketularan virus cueknya Rio nih, batin Ify yang menatap penampilan Gabriel dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sebuah t-shirt polo berwarna putih polos dengan celana jeans dan sebuah sepatu kets putih, kedua tangan Gabriel yang dimasukan ke kantung celananya yang semakin membuat Gabriel terlihat sangat cool.

“eng… gue gue…” ucapan Ify yang menggantung serta Rio yang tiba-tiba memotong perkataan Ify

“Ify pulang sama gue” sela Rio dengan ekpesi datar, tetapi yang terdengar di telinga Gabriel pekataan Rio tersebut terdengan tajam, apalagi dengan Rio yang sam sekali tak meliriknya “ayo lo pulang bareng sama gue!udah mau hujan nih!” ucap Rio otoriter yang dengan seenaknya menarik tangan Ify pergi menuju ke parkiran motornya. Gabriel yang menatap kepergian Rio dan Ify yang lama-lama tak terlihat, sedangkan Ify hanya pasrah dirinya ditarik oleh Rio sambil menetralisir detak jantungnya karena genggaman kokoh tangan Rio yang menarik tangannya.

----*----*----

            Seorang pemuda menjalankan mototrnya dengan kecepatan sedang, entah perasaan apa yang sedang ia rasakan sekarang. Marah, kesal dan cemburu bercampur jadi satu dihatinya.

Tess…

Tetesan air yang menyentuh kulitnya, awalnya ia menyangka tetesan air tersebut dari bekas-bekas embun pohon.

Tess….

            Tetesan air tersebut kembali menyentuh kulitnya, lama kelamaan air tersebut turun semakin banyak, hujan. Karena menurutnya hujan yang turun semakin deras yang memaksanya untuk berhenti disebuah kafe, ‘Blue and Red CafĂ©’. Dengan sedikit berlari-lari kecil dengan kedua telapak tangannya yang menutupi kepalanya, pemuda tersebut masuk ke dalam kafe tersebut.

            Suasana kafe yang hangat dengan secangkir cappuccino panas yang ada dihadapannya. Pandangannya yang kosong ke arah luar jendela, menatap hujan yang masih turun dengan derasnya. Sialan, lama banget nih berhenti hujannya, runtuk pemuda tersebut dalam hati.

“mm… maaf boleh gabung?” ucap seseorang yang sempat mengagetkan pemuda tersebut, memaksa pemuda tersebut mengalihkan pandangannya dari objek pandangannya yang sebelumnya. Pemuda tersebut mengangkat kepalanya dan menatap aneh gadis yang ada dihadapannya. Menyadari tatapan aneh dari pemuda yang ada dihadapannya ini, gadis itu pun dengan cepat berkata “ini.. meja disini semuanya penuh, dan gue lihat Cuma ada bangku yang kosong disini”

“oh, yaudah duduk aja” jawab pemuda tersebut

“mm… kenalin gue Zahra” ucap Zahra-gadis yang tadi-sambil mengulurkan tangannya

“gue Gabriel” jawab Gabriel-pemuda tersebut- sambil membalas uluran tangan Zahra dan tersenyum manis. Ganteng! Pekik Zahra dalam hati, ingin sekali ia mengucapkan semua yang ada di hatinya, tetapi ia tahu bahwa ia baru mengenal Gabriel tak lebih dari beberapa menit yang lalu. “lo kenapa?” tanya Gabriel bingung yang melihat Zahra yang tampak bengong, sedetik kemudian ekspresi Zahra yang  berubah menjadi salting

“eh, gapapa kok” jawab Zahra yang masih mencoba seperti biasa “emm… kayaknya gue pernah ngeliat lo deh, tapi dimana ya?” ucap Zahra yang tampak berfikir, mengulang semua memori diotaknya. “oh iya, gue pernah liat lo di sma gue!” kata Zahra yang tampak bersemangat

“sma lo?” tanya Gabriel bingung sambil mengernyitkan dahinya

“iya sma gue, sma Samsonia” jawab Zahra yakin

“mm… oh iya, itu sma temen gue, gue sering ke sana buat jemput dia”

“pantesan gue kadang-kadang ngeliat lo didepan pintu gerbang, gue kira ada satpam baru” ucap Zahra yang berupa candaan

“sialan lo!” kata Gabriel sambil mendorong pelan bahu Zahra

---*---*----

Rinai hujan yang masih turun ke bumi dengan derasnya. Sebuah motor menembus hujan tersebut yang kemudian berhenti di depan rumah sederhana yang bercet putih. Dengan cepat Ify turun dari motor Rio

“thanks banget Yo” kata Ify setelah turun dari motor Rio, sedangkan Rio hanya menanggapinya dengan sebuah anggukan kecil “mau mampir dulu? Nanti kalo lo ujan-ujanan malah sakit lagi”

“ga usah, gue buru-buru mau ada urusan” jawab Rio”gue duluan ya” lanjut Rio yang kemudian kembali menjalankan mototrnya meninggalkan Ify.

            Ify memasuki kamarnya yang bernuansa biru, akhir-akhir ini ia memang lebih sering menyendiri di kamarnya ketimbang berada di ruang tengah, mungkin juga factor kesehatannya yang akhir-akhir ini menurun yang mengharuskannnya untuk lebih banyak beristirahat.

            Dihempaskannya tubuh mungilnya dikasur miliknya, sejenak ia pejamkan matanya dan tangan kanannya yang memijat-pijat keningnya. Entah mengapa hari ini ia terasa kepalanya agak sedikit berat dari pada biasanya.

            Tiba-tiba ia terbangun dan berdiri yang kemudian melangkahkan kakinya. Langkahnya yang tiba-tiba ia hentikan didepan sebuah rak yang berukuran sedang dan tangannya yang meraih sebuah buku, lebih tepatnya sebuah album foto. Saat album tersebut sudah berada ditangan kanannya ia pun kembali ke kasurnya untuk duduk dipinggiran kasurnya. Diusapnya lembut cover album tersebut yang sedikit berdebu, mungkin karena sudah lama tak ada yang menyentuh album tersebut. Lembaran pertama ia buka, terlihat seorang wanita, seorang lelaki dan 2 orang anak perempuan. Wajah mereka yang tersenyum lepas, Ify ingat foto tersebut diambil ketika ia bersama keluarganya yang sedang liburan ke jogja. Ia pun membuka lembaran-lembaran foto berikutnya, ada sebuah foto yang terkesan dihidupnya. Di foto tersebut, terlihat dimana Shilla dengan pipi yang digelembungkan sedangkan Ify dengan bibirnya yang mengerucut. Bibir mungil Ify yang tak bisa ditahan lagi untuk membuat sebuah senyuman,tapi entah mengapa hatinya yang terasa sesak dan nafasnya yang tercekat, ia rindu dengan masa lalunya, ia rindu dengan orang tuanya dan suasana keluarga yang harmonis. Dengan cepat ia menutup album foto tersebut, dan langsung menghempaskan dirinya ke kasur untuk masuk ke alam mimpinya

---*----*---

            Ify perlahan-lahan membuka kedua matanya, dilihatnya samar-samar jam dindingnya yang menunjukan angka 20.00. kebo banget gue! Pekiknya dalam hati. Perhalan ia merasakan hidungnya mengeluarkan sebuah cairan, dengan cepat ia mengusap hidungnya, cairan berwarna merah kental yang terdapat ditangannya.  Ia pun segera masuk ke dalam kamar mandinya yang ada didalam kamarnya. Huh, untung aja, batinnya lega. Namun dewi fortuna sekarang sedang tidak berpihak di Ify, ternyata darah yang tadi dikeluarkan dari hidungnya yang berceceran dilantai kamarnya, dengan cepat Ify mencari sesuatu yang bisa menghapus tetesan darahnya tersebut.

“Fy, elo….” Ucap Shilla yang tiba-tiba membuka kamar Ify dan ucapannya terhenti ketika melihat tetesan darah tersebut dilantai kamar Ify, dilihatnya Ify yang mematung, mungkin karena shok terhadap kehadirannya yang mengagetkan adiknya “Fy, elo kenapa?” tanya Shilla kembali dengan nada bergetar sambil berjalan mendekati Ify “please jawab Fy, gue ini kakak lo! Cerita sama gue kalo lo punya suatu masalah, anggep gue ada disini, disini untuk lo!” ucap Shilla dengan nada yang meninggi tetapi diakhir kalimatnya, suaranya nyaris seperti bisikan

“mungkin udah saatnya lo tau semuanya kak” jawab Ify yang akhirnya mengeluarkan suaranya, walaupun ia mengucapkannya dengan lirih, suaranya terdengar seperti sebuah keputusasaan.

---*---*----

            Sinar mentari memasuki kamar Ify dengan celah-celah dari gorden yang ada dikamarnya. Dengan malas Ify perlahan-lahan membuka matanya, kepalanya yang terasa sangat berat, mungkin karena efek semalam ia tidur jam 2 malam. Diliriknya jam dindingnya yang menunjukan pukul 7 pagi. Oh, masih jam 7, batinnya yang kemudian kembali memejamkan matanya mencoba kembali untuk tidur. Sedetik kemudian Ify membuka matanya lebar-lebar, ia baru tersadar pagi ini ia telat ke sekolah, malahan bisa dibilang sangat telat. Bel disekolahnya sudah berbunyi sekitar 30 menit yang lalu.

“GUE TELAT!!” teriaknya yang reflek loncat dari kasurnya menuju kamar mandinya, namun kegiatannya tersebut seketika ia hentikan ketika melihat seseorang yang membuka pintu kamarnya, Shilla.

“kak lo kok ga bangunin gue sih? Gue kan mau ke sekolah! Trus lo juga ngapain masih disini? Lo ga sekolah? Jangan bilang lo telat bangun juga kayak gue!” cerocos Ify yang kemudian membuat Shilla terkekeh “ditanya bukannya jawab malah cekikikan kayak mbak kunti” cibir Ify

“hahaha… pelan-pelan Fy kalo ngomong, jangan 1 tarikan nafas kayak gitu. Gue itu emang sengaja ga bangunin lo buat kita pergi ke suatu tempat” jawab Shilla enteng

“heh? Lo ngajakin gue bolos gitu?”

“mm… bisa dibilang iya, tapi engga juga sih” jawab Shilla plin plan “pokoknya gue pengen ngajak lo pergi, no coment! Sekarang mendingan lo mandi dulu gih!” kata Shilla yang mendorong Ify untuk masuk ke kamar mandi. Gue lakuin semua ini karena ini menurut gue yang terbaik buat lo Fy, batin Shilla.

---*---*---

            Rio menatap bangku kosong yang ada didepannya, tak ada seseorang yang menempati bangku tersebut, seseorang yang biasanya bertengkar dengannya, seseorang yang biasanya ia cuekin, seseorang yang ia sangat senang apabila melihat ekspresi wajah marah pada orang tersebut, dll. Tak ada kabar, tak ada surat pemberitahuan, tak ada sms yang masuk untuk member tahu alasan mengapa orang tersebut tak masuk hari ini.

“jangan ngelamunin Ify terus Yo!” ucap Ray tiba-tiba sambil menepuk pundak Rio, yang membuat Rio tersadar dari lamunannya dan kembali ke dunia nyata “ckckck… makannya kalau ada orangnya jangan nyari ribut mulu bro, giliran orangnya ga masuk kangen kan?” tuduh Ray sambil menaik turunkan alisnya dan memasang wajah innocentnya. Rio pun melengos, malas menanggapi ucapan sohibnya ini, moodnya saati ini sedang buruk. Walaupun ia kesal dengan perkataan Ray, namun ia benarkan dalam hati bahwa perkataannya Ray tersebut tepat, sangat tepat.

“Ag, Ify kenapa ga masuk?” tanya Rio refleks yang membuat Agni langsung menoleh ke arahnya dan manatapnya aneh. Tumben Rio nanyain Ify, bukannya mereka rival ya? Batin Agni heran “ga usah ngeliatin kayak gitu juga kali Ag, gue Cuma mau nanya kenapa Ify ga masuk doang, jangan berfikiran aneh-aneh”

“gue juga ga tau Yo” jawab Agni sambil menangkat bahunya. Jangan-jangan Ify sakit gara-gara kehujanan kemarin ya, batin Rio. “nanti gue nanya ke kak Shilla sekalian nanti siang  gue mau ke rumah Ify, lo mau ikut ga?” tanya Agni, sedangkan Rio hanya mengangguk, takut ia berkomentar lagi dan akhirnya Ray yang nge-cak-kin dia.

---*----*---

            Cakka yang menghampiri Zahra yang sedang asik membaca novel kesukaannya, sesungguhnya ia sedikit ragu-ragu untuk bertanya kepada Zahra, tapi rasa penasaran yang mendorongnya untuk bertanya kepada gadis yang ada dihadapannya sekarang ini.

“mm… Ra?” panggilnya ragu-ragu, dengan cepat Zahra pun menoleh ke arah Cakka dan melihat pemuda tampan dihadapannya ini dengan tatapan aneh. Tumben banget Cakka nyamperin gue, ngajak ngobrol lagi, batinnya.

“ada apa?”

“mm…. lo tau si Shilla kemana?” tanya Cakka. Pasti deh nanyain Shilla, batin Zahra.

“gue ga tau, dia ga ada kabarnya” jawab Zahra yang mencoba bersikap seperti biasanya.

            Tak jauh dari tempat kejadian, seorang perempuan berdiri diambang pintu kelas sambil menatap Zahra dan Cakka. Entah mengapa hatinya sangat ragu untuk berjalan menghampiri mereka-Zahra dan Cakka- dan kedua kakinya seperti terpaku untuk diam ditempat.

            Menyadari ada seseorang yang memperhatikan Zahra dan Cakka, dengan cepat Zahra pun menoleh ke arah pintu kelasnya. “Agni!!!” panggilnya ketika melihat Agni-perempuan tadi- yang sedang berdiri didepan pintu kelasnya dan menatapnya.

“eng…eng…” kikuk! Itulah yang Agni rasakan sekarang, lidahnya kelu ketika ingin menjawab pertanyaan dari Zahra. Ia tertangkap basah sedang memerhatikan seseorang, walaupun sesengguhnya Zahra tak mempermasalahkan hal itu, Zahra hanya bingung mengapa Agni tumben sekali berkunjung ke kelas tercintanya pada jam istirahat seperti ini. Entah keberanian dari mana yang tiba-tiba Agni dapat untuk berjalan menghampiri Zahra yang notabenya sedang ada disebelah Cakka.

“kamu ngapain disini Ag?” tanya Zahra ramah

“eng…. Itu kak, aku mau nanyain kabarnya Ify, hari ini dia ga masuk” jawab Agni “kak Shillanya ada?”

“Shillanya juga ga masuk tuh, Ag” jawab Zahra

“mm… yaudah deh kak, aku mau buru-buru ke kelas dulu, mau ada urusan” kata Agni yang sebenernya ingin kembali ke kelasnya karena ingin menghindari Cakka yang sedari hanya diam

“oh iya, nanti kalau kamu mau ke rumahnya Ify, titip salam ya” ucap Zahra disertai senyum manisnya, sedangkan Agni hanya mengangguk yang sedetik kemudian berlari menuju ke kelasnya. Mungkin semudah itu lo lupain gue, dan ga nyadarin kehadiran gue disini, batin seseorang, Cakka.

---*----*---

            Gabriel masih melaksanakan rutinitas hariannya, ia kembali menunggu didepan gerbang sma Samsonia, lebih tepatnya menunggu Ify yang tak kunjung datang. Satu persatu murid sma Samsonia berhamburan keluar sekolahnya, tetapi Gabriel tak menangkap sosok Ify disana.

“Gabriel!” panggil seseorang yang reflek langsung membuat Gabriel menoleh ke arah orang tersebut. Bukan Ify, batinnya ketika melihat orang tersebut, Zahra. Dilihatnya Zahra yang sedang berjalan semangat ke arahnya. “ternyata bener lo berganti profesi jadi tukang ojek anter jemput” cibir Zahra yang sebagai candaan

“sialan lo, ganteng-ganteng gini gue dibilang tukang ojek” balas Gabriel sambil mendorong pelan bahu Zahra yang semakin membuat Zahra cekikikan

“lo ngapain disini?” tanya Zahra “gue tebak lo pasti lagi mau jemput temen lo itu kan?”

“tau aja lo Ra” ucap Gabriel “tapi kok orangnya ga nongol-nongol dari tadi ya?”

“emang siapa namanya?” tanya Zahra penasaran

“Ify” jawab Gabriel. Hah? Ify? Ternyata dunia ini sempit ya, batin Zahra

“dia hari ini ga masuk” jawab Zahra yang sebisa mungkin menutupi kekecewaan diwajahnya

“heh? Lo kenal Ify? Lo temen sekelasnya?”

“bukan, Ify adiknya temen gue, ya gue lumaian deket lah sama dia”

“dia hari ini kenapa ga masuk?”

“gue juga ga tau, kakaknya hari ini juga ga masuk tanpa kabar”

“oh, kalau gitu gimana kalau gue anterin lo pulang?” tanya Gabriel. GUE MAU!!! Batin Zahra histeris

“ga usah nanti malah ngerepotin lo lagi” tolaknya halus, ia sediri meruntuki kebodohannya atas ucapannya barusan yang pastinya berbeda dengah hatinya

“engga kok, ya itung-itung sebagai tanda terima kasih gue soalnya lo udah mau ngasih tau gue, kalo ga ada lo ga tau pasti gue udah lumutan, jamuran, karatan nunggu disini”jelas Gabriel, yang kemudian disambut dengan anggukan dari Zahra

----*----*-----

            Agni dan duo RR-Rio dan Ray- memasuki pekarangan rumah Ify yang sepi, malah dibilang sangat sepi. Pintu yang tertutup rapat. Berkali-kali Agni mengetuk pintu tetapi tak ada yang menjawab. Berkali-kali juga Agni yang mencoba mengubungi phonecell Ify tetapi tak ada yang mengangkat panggilannya, ia pun juga sudah mencoba menghubungi nomor telefon kakaknya Ify, Shilla, tetapi apa yang diterimanya sama, phone cell Shilla tidak aktif.

“mm… ada apa ya dek?” tanya seorang ibu-ibu yang mengagetkan mereka-Agni, Rio dan Ray- yang langsung reflek menoleh ke arah belakang.

“itu, Ifynya ada ga bu?” ucap Agni yang walaupun terdengar kikuk karena kehadiran ibu tersebut yang mengangetkan

“oh, mm… kayaknya tadi pagi Ify sama Shilla pergi deh, tapi mereka ga pake baju seragam sekolah” jawab ibu tersebut

“ibu tetangganya?”

“iya, ibu tinggal disebelah” jawab ibu tersebut “sebaiknya kalian pulang dulu deh, kayaknya Ify sama Shilla bakalan lama”

“oh yaudah kalo gitu kita pulang dulu ya bu” jawab Agni sopan yang langsung menarik tangan Rio dan Ray secara paksa yang sebenernya tak mengerti apa yang dibicarain antara Agni dengan ibu tersebut

“apaan sih Ag, main narik-narik tangan orang!” sunggut Rio kesal sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan Agni

“emangnya lo ngomong apa sih Ag?” tanya Ray yang bersikap dewasa-tumben-

“itu katanya Ify sama kak Shilla bakalan lama perginya” jawab Agni

“emangnya mereka pergi ke mana?” tanya Ray

“gue juga ga tau”

“yaudah balik yuk, gue buru-buru nih!” kata Rio yang kemudian disertai anggukan setuju oleh Agni dan Ray.

-----*---*----




_mila saufika haling_