Jumat, 26 Agustus 2011

Amour Pour Alyssa et Ashilla _part 14_

            Shilla melangkah memasuki pekarangan rumahnya yang terlihat sangat sepi, walaupun memang ruman tersebut sehari-harinya sudah sepi, namun kali ini Nampak seperti rumah ini kosong, atau mungkin Ify yang belum sampai dirumah.

            Diputarnya kenop pintu tersebut dan kemudian ia tutup kembali, ia pun melangkah memasuki rumahnya, ketukan kakinya dengan lantai terdengar jelas karena memang pada saat itu suasana sangat sepi. Dihempaskan tubuhnya ke sofa diruang tengahnya. Ditatapnya televise yang ada dihadapannya, walaupun sebenarnya televise itu tidak menyala.

            Pandangannya yang lurus dengan fikirannya yang terbang kemana, ia teringat sebuah kisah dimasa lalunya. Dimana ia tinggal dengan adiknya dan kedua orang tuanya yang membuat sebuah keluarga bahagia. Dimana mereka tidak tinggal dirumah ini, mereka tinggal disebuah rumah yang terbilang mewah, tapi… semua itu hanya masa lalu. Sesungguhnya ia membenci dirinya apabila ia kembali menengok ke masa lalunya. Ia benci semua kenangan tersebut.

            Dialihkan pandangannya ke dinding rumahnya, terdapat beberapa pigura foto yang menyimpan banyak kenangan manis untuknya. Dan dimana sebuah fotonya bersama Ify yang sedang tersenyum lepas. Tapi, sekali lagi, semua itu hanya kenangan, ia saja tak tahu apa yang terjadi pada adiknya, ia tahu bahwa adik semata wayangnya tersebut adalah seseorang yang tertutup.

            Dipejamkan sejenak matanya, mencoba melemaskan otot-ototnya, hingga akhirnya ia pun terlelap menuju alam mimpi.

---*----*----

            Ify menyeruput es jeruk pemberian Tante Manda, diliriknya sejenak sesosok wanita paruh baya ini yang tepat duduk disampingnya.

“jadi gini tante, maksud tujuan saya datang ke sini adalah, tadi Rio bilang ke saya bahwa tante lagi butuh orang yang bisa main piano untuk mengiringi pesta yang tante buat, apa benar itu tante?” ucap Ify sopan yang membuka topic pembicaraan

“iya, tante emang lagi nyari orang, memangnya kamu bisa main piano?” tanya Tante Manda

“saya sih bisa dikir-dikit tante, ga begitu jago, tapi…”

“yaudah, kalo gitu kamu aja yang main piano, nanti tenang aja, tante kasih kamu uang buat jajan kok”

“memang acaranya tanggal berapa tante?”

“tanggal 24 oktober”

“yaudah kalo gitu tante, nanti saya pikir-pikir dulu, sekalian saya tanya ke kakak saya dulu, saya pimit dulu ya” kata Ify sopan yang kemudian mencium punggung tangan Tante Manda

“kamu pulang naik apa Fy?”

“emm… paling nanti nyari angkutan umum”

“udah biar Rio aja yang nganterin”

“tapi…”

“udah biar Gabriel aja yang nganterin!” sela Gabriel yang tiba-tiba muncul yang langsung menyela perkataan Ify yang membuat Ify cengo

“emangnya lo bisa bawa motor Gab?” ucap Ify polos yang membuat Gabriel merenggut kesal

“lo ngeremehin gue?”

“ya, ga juga sih, tapi ga yakin aja heheh” jawab Ify terkekeh

“kamu beneran bisa bawa motor?” tanya Tante Manda yang ikut memastikan

“ya bisa lah Ma, gini-gini dulu aku juga belajar motor” sunggu Gabriel

“yaudah, kamu anterin Ify gih, udah sore nih!” suruh Tante Manda yang kemudian Gabriel pergi menuju dengan rumahnya yang disusul dengan Ify

Ternyata ditempat tersebut ada seseorang yang menyaksikan kejadian tersebut dari jauh, tepatnya dari dapur rumah itu. Argh, gue telat lagi, sial!!! Batin orang tersebut yang tak lain adalah…. Rio

---*----*---

            Sebuah motor berhenti tepat disebuah rumah sederhana, Ify turun dari motor tersebut dengan perlahan.

“thanks Gab” ucap Ify “mau mampir dulu?”

“ga usah deh, nanti nyokap gue nyariin” jawab Gabriel yang kemudian kembali men-stater motornya “gue duluan ya”

            Ify memasuki rumahnya, langkahnya terhenti ketika melihat ruang tengah rumahnya. Dilihatnya kakak semata wayangnya yang sedang tertidur pulas disofa rumahnya. Raut mukanya yang terlihat sangat lelah, keringat peluh membasahi wajah cantik kakaknya. Lamunan Ify seketika pecah ketika mendengan suara bunyi phone cell kakaknya yang terletak diatas meja. Rasa penasaran seketika terlintas diotak Ify, diliriknya layar phone cell tersebut yang tertulis ‘no name’. aneh, pikir Ify ketika melihat nama orang tersebut. Rasa penasaran semakin menyelimuti Ify, entah dorongan setan dari mana, ia pun mengambil phone cell tersebut dan membuka pesan singkat tersebut. Sesungguhnya Ify bukan lah orang yang suka ikut campur dengan kehidupan orang lain, tetapi entah mengapa sekarang ia melakukan hal yang bertolak belakangan dengan prinsipnya.

=================
Bayangan mu, selalu hadir dipelupuk mataku
Mengisi jiwaku dengan mu
Jerat hatimu, kukira kau selalu bersamanya
Lanjutkan hasrat yang tak pernah sirna tiada
============

            Ify tercengang membaca barisan-barisan kata yang menurutnya sangat puitis dan sangat sulit untuk dicerna otaknya. Satu kalimat yang tiba-tiba terlintas dibenaknya ketika melihat barisan kata ini yang pasti dugaannya bahwa orang ini mencintai kakak semata wayangnya. Ia pun terkekeh membayangkan wajang orang tersebut, mungkin kah orang ini mempunyai wajah yang jelek sehingga tak berani mengungkapkan perasaannya langsung. Dilihatnya badan Shilla yang sedikit bergerak, Ify pun dengan cepat kembali meletakkan phone cell Shilla ketempat semula dan berlari menuju kamarnya.

----*----*---

            Alvin menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih, memang tak ada yang istimewa dari hal yang ia pandangi, tapi entah mengapa ia sedang sangat tidak ingin melakukan sesuatu. Pandangannya yang menerawang jauh dengan pikirannya yang telah berterbangan kemana-mana. Hembusan nafasnya terdengan jelas, suatu hembusan nafas yang menandakan suatu keputusasaan. Lamunannya seketika buyar yang membuatnya terpaksa kembali ke dunia nyata karena mendengar suara pintu kamarnya yang terbuka secara tiba-tiba.

“lo bisa ketuk pintu dulu ga sih kalo mau masuk!” sunggut Alvin kesal ketika melihat orang tersebut. Siapa lagi kalau bukan sepupunya tercinta yang langsung mengeluarkan cengiran khasnya ketika melihat ekspresi dari Alvin.

“heheh, maap bro!” ucap Cakka sambil membentuk jari telunjuk dan jari tengahnya menuju huruf V dan masih dengan muka innocentnya langsung duduk dikasur, tepat disamping Alvin

“lo mau ngapain disini? Gue lagi bad mood nih!” sunggut Alvin yang masih kesal kepada Cakka yang mengusik lamunannya

“santai bang, gue lagi nanya nih”

“nanya apa?”

“lo tau nomor hapenya Shilla ga?” sebuah pertanyaan yang dilontarkan Cakka yang sempat membuat Alvin tersentak kaget, ditatapnya Cakka lekat-lekat, haruskah ia memberika nomor handphone orang yang ia cintai kepada saudaranya yang notabenya saingannya ini?

“gue ga punya nomor hapenya dia” jawab Alvin yang pastinya ia berbohong, sesungguhnya ia sangat benci sebuah kebohongan, tapi…. Toh sudahlah, kebohongan ini sudah terlanjur ia ucapkan

“yah, beneran Vin? Masa udah 3 tahun lo temenan sama dia lo ga punya nomornya?” ucap Cakka dengan nada merengek

“kalo lo mau, minta aja sama dia” jawab Alvin yang super duper dingin “udah sana, gue pengen tidur” kata Alvin yang seperti biasanya, mengusir Cakka dari kamar tercintanya. Sedangkan Cakka hanya bisa pasrah keluar dari kamar Alvin sambil menggerutu men-cak Alvin. Sorry Kka, batin Alvin ketika pintu kemarnya sudah ditutup oleh Cakka

----*---*----

            Ify menutup buku geografi yang baru ia baca, jam yang baru menunjukan pukul 10 malam, matanya yang masih belum bisa diajak untuk tidur, entah mengapa ia rasa bahwa tubuhnya terasa lelah, tetapi matanya masih berontak apabila ini memejamkannya. Entah mengapa, pikirannya tiba-tiba melayang ke kejadian tadi sore, ia teringat dengan penawaran Tante Manda. Mungkin lebih baik gue setujuin, lumaian uangnya buat beli obat gue, batin Ify.

            Ia pun memasukan buku-bukunya ke tasnya untuk pelajaran esok hari, dan kemudian pandangannya beralih ke sebuah buku yang tergeletak diatas kasurnya. Entah seperti tertarik magnet dari mana yang memaksakan ia untuk meraih buku tersebut dan menulisnya

----*----*-----

            Ify mengoles rotinya dengan selai coklat, segelas cangkir susu coklat yang baru ia buat pun terdapat disampingnya.

“Fy..” panggil Shilla tiba-tiba yang sesungguhnya sempat membuat Ify kaget, reflek Ify pun langsung menoleh ke kakaknya tersebut dan menatap gadis tersebut dengan pandangan yang seakan-akan berkata-ada-apa-?- Shilla yang mengerti dengan tatapan adik semata wayangnya itu pun hanya tersenyum tipis

“pagi Fy” sapa Shilla, mendengar ucapan Shilla tersebut, Ify pun tak mengubris dan kembali melanjutkan pekerjaanya “gue pengen nanya”

“nanya apa?”

“lo kemarin sore buka sms dihp gue ya?” sebuah pertanyaan yang membuat Ify tersentak kaget, sangat kaget. Shilla yang menatap mata Ify, seolah mencari sebuah kebenaran dimata adiknya ini.

“eng…. Iya” jawab Ify ragu-ragu sambil menunduk “sorry kak”

“sekarang lo udah tau semuanya tanpa gue harus cerita sama lo” ucap Shilla yang langsung membuat Ify mengangkat kepalanya dan menatap Shilla bingung

“maksud lo kak?”

“iya, sebenernya gue pengen cerita sama lo, berhubung lo udah tau, jadi gue ga usah capek-capek cerita sama lo” jawab Shilla enteng yang kemudian merain tasnya, sedangkan Ify yang masih tercengang dengan apa yang dikatakan kakaknya. Hei, kak Shilla sama sekali ga marah sama gue? Batinnya “lo mau sampai kapan kayak gitu? Ayo, nanti kita telat” Ify pun tersadar dari lamunannya dan langsung meraih sepatu talinya.

---*----*----

            Ify menutup buku catatan sejarahnya. Direntangkan kedua tangannya, dan sedikit ia memijat-pijat jari tangannya. Baru saja ia menyelesaikan catatan sejarah yang sepapan tulis, sesungguhnya itu memang tak terlalu banyak, tapi…. Kali ini ia jega menulis dipapan tulis tersebut. Kalau saja bukan Bu Ratna yang menyuruhnya menulis dipapan tulis juga menulis dibuku catatannya, ia pasti tak mau menulis double seperti ini.

“sekian dari ibu, kita lanjutkan pelajaran ini minggu depan, selamat siang!” ucap Bu Ratna yang kemudian berjalan meninggalkan kelas. Entah apa yang tiba-tiba terlintas difikiran Ify yang memaksanya mengatakan sesuatu kepada Rio

“Yo, gue terima tawaran lo yang kemarin” ucap Ify tiba-tiba, dilihatnya Rio yang masih cuek-cuek aja walaupun sebentar melirik Ify dan menganggukan kepalanya, tanda ia mengerti dengan perkataan Ify. Melihat respon Rio yang seperti itu membuat Ify melengos, ia tau bahwa Rio sekarang sedang membaca komik kesukaannya, dan yang ia ketahui bahwa Rio paling tak suka diganggu apabila sedang menjalankan hobbynya, yap salah satunya membaca komik.

“tawaran lo yang mana Yo? Atau jangan-jangan….” Ucap Ray yang tiba-tiba nimbrung dengan ucapannya yang menggantung

“jangan-jangan apa?” ucap Ify galak

“jangan-jangan…. Rio ngelamar lo ya?!” tuduh Ray sambil menaik-turunkan alisnya, Rio yang mendengar perkataan Ray tersebut, dengan sigap Rio langsung memukul kepala Ray dengan komik yang tadi ia baca dan menatap ray dengan mata melotot

“hehehe, piss,, bercanda bro” ucap Ray dengan cengiran khasnya yang membuat Rio melengos dan kembali melakukan aktifitasnya sebelumnya

“hahaha…” Ify tertawa puas dengan wajah Ray yang menurutnya lucu tersebut, sedangkan Ray hanya bisa mengerucutkan bibirnya yang semakin membuat tawa Ify membesar “hah..hmmmppp…. makannya lo jangan macem-macem sama gue, kena karma kan lo!” lanjut Ify sambil berusaha menghentikan tawanya sambil menepuk-tepuk pundak Ray

---*----*---

            Shilla berkali-kali membongkar isi tasnya, raut wajahnya yang menggambarkan sebuah kecemasan. Keringat peluh membasahi wajahnya dengan tangannya yang sudah ia rasakan menjadi dingin sedingin es batu.

“lo kenapa sih Shill?” tanya Zahra yang melihat sebuah hal yang aneh pada sahabatnya ini

“gawat Ra, gawat!!!” seru Shilla

“hah? Gawat apaan Shill?”

“gue lupa bawa buku cetak bahasa inggris!”

“what?! Gila lo Shill!”

“iya Ra, seinget gue semalem gue belajar terus….” Ucapan Shilla yang menggantung, ia seperti memikirkan sesuatu “iya, semalem gue taro di atas kasur dan gue lupa masukinnya heheh”

“wah, parah lo Shill, mendingan mumpung lagi istirahat lo cari pinjeman itu buku ke kelas lain atau engga ke perpus deh, mau lo mati dimakan miss Lina” jelas Zahra yang kemudian pergelangan tangannya yang ditarik Shilla untuk menuju keluar kelasnya.

---*----*----

            Shilla melangkah gontai menuju kelasnya, ia merasa kaki-kakinya yang sangat berat untuk masuk ke dalam kelasnya, disampingnya ada Zahra yang berjalan beriringan dengannya. Bel yang baru berdering beberapa menit yang lalu yang memaksakan ia untuk kembali ke dalam kelasnya. Ia kembali ke kelasnya dengan tangan kosong, tak ada sebuah buku bahasa inggris yang berhasil ia bawa. Semua kelas 12 yang sudah ia datangi, tak ada satu pun dari teman-temannya yang membawa buku cetak bahasa inggris dengan alasan mereka tak ada pelajarannya hari ini dan tidak ada buku bahasa inggris yang tersisa di perpustakaan. saat ini ia hanya pasrah menunggu hukuman dari miss Lina yang terkenal dengan ke kilerannya. Memang gurunya yang satu ini mewajibkan seluruh muridnya membawa buku cetak setiap mata pelajarannya karena meningat banyak juga siswa yang tidak membawa buku cetak dengan alasan ‘berat-beratin tas aja’ dan hal itu juga yang membuat Bu Lina memberikan sebuah hukuman kepada setiap siswa yang melanggar peraturannya yang satu ini. Memang salah Shilla juga yang teledor meletakan buku itu sembarangan.

            Shilla menjatuhkan tubuhnya dibangku tempat duduknya dan menyenderkan punggungnya. Tunggu, ia melihat sebuah benda yang terdapat dikolong mejanya, dengan cepat ia pun meraih buku tersebut. Sebuah buku cetak bahasa inggris yang ia pegang ditangan kanannya.

“buku lo Shill?” tanya Zahra, Shilla menggeleng keras “trus punya siapa?”

“gue juga ga tau Ra” jawabnya sambil membolak-balikan buku tersebut

“tanya aja sama anak-anak” ucap Zahra, Shilla pun mengangguk seakan mengerti perintah Zahra

“buku siapa ni?” tanya Shilla keras yang bisa dibilang sebuah teriakan, ia mengangkat buku tersebut tinggi-tinggi, sejenak ia menjadi perhatian seisi kelas, tetapi tak ada seorang pun yang menjawab pertanyaan Shilla ini yang kemudian membuat dia menghela nafas keras

“siapa Shill?” tanya Zahra kembali, Shilla pun hanya mengangkat bahunya tanda ia juga tak tahu pemilik buku tersebut. Sejenak kemudian pembicaraan mereka terpaksa harus dihentikan ketika Bu Lina yang sudah memasuki kelas tersebut.

“good afternoon” sapa miss Lina

“good afternoon”

“now we open the English book, page 23!” perintah miss Linda, yang membuat Shilla mau tak mau menggunakan buku tersebut “Alvin! Where is your book?” tanya miss Lina ketika melihat Alvin yang duduk tanpa sebuah buku dihadapannya, ia pun tak pula meminjam buku Cakka untuk memakainya berdua

“ga bawa miss” jawab Alvin enteng, malahan sangat terlihat santai

“berapa kali saya sudah bilang, bahwa setiap dimata pelajaran saya harus diwajibkan membawa buku, anda ingat semua Alvin Jonathan?!” kata miss Lina dengan nada yang meninggi ,sedangkan Alvin? Masih dengan muka innocentnya yang parahnya lagi ia sama sekali tak melihat wajahnya miss Lina

“kau tau hukuman yang anda harus lakukan saat ini Alvin Jonathan?!”

“saya tau miss, saya harus lari dilapangan 20x kan?” tanya Alvin yang masih dengan ekspresi sebelumnya, tanpa  fikir panjang, Alvin pun langsung berjalan meninggalkan kelasnya dengan santainya tanpa mengubris tatapan aneh dari teman-temannya.

            Shilla yang menatap punggung Alvin yang lama-lama tak terlihat pun mau tak mau harus membuka buku bahasa inggris dihadapannya walaupun ia sama sekali tak mengetahui pemilik buku tersebut. Lembar demi lempar ia buka, aktivitasnya yang tiba-tiba ia hentikan ketika melihat sebuah nama yang terdapat dibuku tersebut, ‘Alvin Jo’.

----*----*----

            Shilla berjalan dengan tergesa-gesa, dikelasnya yang sedang tak ada guru karena guru tersebut sedang sakit yang memungkinkannya untuk berjalan keluar kelasnya. Tangan kanannya yang memegang sebotol air mineral dan tangan kirinya yang membawa sebuah buku cetak bahasa inggris. Langkahnya terhenti tiba-tiba ketika melihat seseorang yang sedari tadi ia cari sedang duduk dipinggir lapangan dengan posisinya yang dibawah pohon untuk menutupi sinar teriknya matahari pada saat itu. Tanpa pikir panjang, Shilla pun langsung menghampiri orang tersebut.

“ekhhmm…” dehamnya keras ketika sudah berada disamping orang tersebut, tetapi posisinya masih dalam keadaan berdiri. Melihat tak ada respon dari orang tersebut, Shilla pun langsung duduk disamping orang tersebut “boleh gue duduk disini?”

“tanpa lo izin sama gue pun lo udah duduk duluan” jawab orang itu cuek tanpa menoleh sedikit pun ke Shilla. Tenang Shill, dia udah berjasa banget buat lo, lo harus sabar ngadepin sifat dia yang kayak gini, batin Shilla

“nih!” ucap Shilla sambil menyodorkan sebuah botol air mineral yang sengaja ia bawa, orang yang disampingnya pun hanya menatap Shilla bingung dengan satu alis yang terangkat “eng… ini gue kasih ini takut-takut lo dehidrasi gitu” jawab Shilla gugup, entah mengapa disetiap ia bersama orang ini, jantungnya terasa seperti sedang marathon “ambil aja lagi” ucapnya kembali sambil kembali menyodorkan air tersebut, ragu-ragu orang tersebut mengambil dan kemudian menengguknya sampai habis yang membuat senyum diwajah Shilla merekah lebai

“thanks” ucap orang tersebut

“harusnya gue lagi yang berterima kasih sama lo, Vin” ucap Shilla kepada orang tersebut yang ia panggil ‘Vin’ tadi, yap siapa lagi kalau bukan Alvin, Alvin Jonathan.

“buat?” tanya Alvin sambil memainkan botol minuman yang airnya sudah habis tersebut

“ya, kalo ga ada lo gue ga tau harus  gimana lagi deh” terlihat sebuah senyum tipis yang dibuat oleh Alvin, walaupun tak terlihat jelas tetapi Shilla melihatnya “ini buku lo! Sekali lagi thanks ya” lanjut Shilla sambil menyodorkan buku bahasa inggris yang tadi ia bawa, Alvin pun langsung menerima buku tersebut

“Vin…” panggil Shilla “kenapa sih lo mau nolongin gue?” tanya Shilla yang membuat Alvin gelagapan untuk menjawab pertanyaan ini. Mati, gue harus jawab apa ini! Pekik Alvin dalam hati

“yaa… karena lo temen gue, ya temen gue. Lagian gue juga lagimales masuk kelas miss Lina” jawab Alvin yang sesungguhnya sebuah kebohongan besarlah yang sudah ia ucapkan.

“oh, Cuma temen ya” ujar Shilla lirih, nyaris terdengan seperti sebuah bisikan, tetapi Alvin mendengar perkataan Shilla tersebut

“maksud lo?”

“eh, engga kok, yaudah gue duluan ke kelas ya” jawab Shilla gelagapan yang kemudian berlari menuju ke kelasnya. Sorry Shill, batin Alvin yang melihat kepergian Shilla.

---*----*----


_mila saufika haling_

Amour Pour Alyssa et Ashilla _part 13_



**********


“hoam…” Ify merentangkan kedua tangannya, mencoba mengumpulkan nyawanya, Shilla yang sedari tadi sudah mencoba membangunkannya, entah mengapa pagi ini ia sangat lelah, badannya pun juga pegal-pegal, ini bukan dia seperti yang biasanya. Ia pun melakan kakinya menuju kamar mandinya.

    Ify keluar dari kamarnya seperti berlari-lari kecil, diraihnya sepatu hitam dengan sedikit corak merahnya untuk kemudian ia pakai.

“lo ga sarapan Fy?” tanya Shilla yang tiba-tiba sudah berada disampingnya

“nanti aja disekolah, gue telat nih!”

“yaudah, berangkat yuk!” ajak Shilla yang kemudian disertai anggukan Ify.

---*----*-----

    Rintik hujan yang turun dipagi hari membuat hawa dingin yang membuat orang-orang ngantuk dan malas untuk melakukan sesuatu. Mobil Rio menerobos rinai hujan dengan kecepatan sedang, perkataan mamanya masih saja terngiang-ngiang dibenaknya.

“Yo, lusa kan ulang tahun kamu, mama pengen buat big party, sekalian buat ngerayain kembalinya Gabriel di keluarga kita” jelas Tante Manda “dan mama pingin di acara itu ada seseorang sebagai pengisi acara, emmm… apa ya? Gimana kalo pianist, kalo bisa sih sekalian bisa nyanyi, gimana Yo?”

“hah? Terserah mama deh”

“tapi mama minta buat kamu cariin orang yang bisa main piano Yo”

“hah? Kan susah ma cari orang yang kayak gitu!”

“pliiss yo mama mohon”

“iya deh”

Tiiinnn….. tiinnn…..

Suara klakson mobil dibelakang Rio yang membuatnya tersadar dari lamunannya, badannya yang sedikit tersentak yang membuatnya kembali ke alam sadarnya. Digelengkannya kepalanya keras-keras untuk memulihkan nyawanya yang tadi berterbangan entah kemana.

Tanpa ia sadari, mobilnya yang sudah memasuki daerah sekolahnya dan segera memarkirkan mobilnya. Dibukanya pintu mobilnya dengan malas dan sekedar berlari-lari kecil dengan tangan yang menulindungi kepalanya menuku koridor sekolahnya. Rinai hujan yang masih menyerbu bumi tak membuatnya mengurungkan niatnya untuk menuntut ilmu. Dilangkahkan gontai kakinya menuju kelasnya dengan malas.

---*---*---

    Ify meletakkan tasnya diatas meja belajarnya, ditatapnya sebentar Agni dan Ray secara bergantian.

“kenapa?” tanya Agni yang menyadari tatapan aneh dari Ify, Ify pun menggeleng keras

“engga” jawabnya tegas “Rio belom dateng?” tanyanya yang sebenarnya sudah jelas bahwa bangku tempat duduk Rio yang masih kosong dan belum ada tas yang tergeletak disana

“ya lo bisa liat sendiri lah” jawab Ray cuek. Tiba-tiba seorang pemuda tinggi bertubuh tegas yang sudah ada disamping mereka

“awas!” kata pemuda itu dengan nada juteknya yang membuat Ify naik darah

“huh, gue kira lo udah ga jutek lagi Yo, ternyata masih sama aja Mario Bros yang dulu!” cibir Ify dengan nada yang kecil, hampir seperti sebuah bisikan agar tidak terdengar oleh pemuda itu-Rio-, Rio yang samar-samar mendengar perkataan Ify pun menoleh ke arah Ify dan menatapnya tajam

“apa tadi lo bilang?!” tanyanya galak yang lumaian membuat Ify ciut, tapi bukan Ify namanya yang langsung ngalah, gengsi dong.

“engga!” ucapnya yang membuat Rio melengos dari arahhnya dan duduk mencari kenyamanan dibangkunya “untung budek” guman Ify, Rio yang sebenernya mendengar perkataan Ify hanya bisa diam, ia tahu kalau ia bertengkar dengan Ify pasti masalahnya akan panjang alias ga selesai-selesai, yang membuatnya mengacuhkan perkataan Ify.

“kenapa Yo? Lemes banget hari ini!” ucap Ray yang menyadari ada sebuah perubahan dengan sohibnya ini, dilihatnya Rio yang menggeleng lemas

“engga, biasa itu nyokap” jawabnya lemas

“kenapa lagi nyokap lo?”

“tau aneh-aneh aja, mau ngadain party ga jelas lah, mana gue disuruh nyari pengiringnya, nyokap sih maunya yang bisa main piano” jelas Rio panjang lebar, Ray pun manggut-manggut seakan mengerti dengan penjelasan sahabatnya ini

“lo lagi nyari orang yang bisa main piano Yo?” tanya Agni yang tiba-tiba nimbrung yang ternyata sedari tadi menyimak pembicaraan dua RR yang duduk tepat dibelakangnya ini, dilihatnya Rio yang mengangguk antusias “gue tau siapa yang bisa!” lanjutnya bersemangat

“siapa?!” tanya dua RR-Rio dan Ray- yang hampir bersamaan yang membuatnya mereka-Rio dan Ray-yang saling melempar pandangan dengan tatapan bingung, sementara Agni hanya tersenyum misterius yang semakin membuat Rio dan Ray penasaran

“orangnya ada di deket sini kok” ucapnya kembali seakan memberikan sebuah clue, dilihatnya Ray yang menatapnya dengan tatapan yang bisa diartikan –siapa-Ag-?- seakan mengerti dengan tatapan Ray, Agni pun tersenyum dan melirik seseorang yang sedang duduk disampingnya, seakan mengerti dengan lirikan Agni, Ray pun tersenyum lebar memamerkan deretan gigi putihnya yang membuat Rio yang sama sekali tidak mengerti pembicaraan bahasa isyarat antara Agni dan Ray hanya bisa terdiam menunggu jawabannya.

“jadi dia Ag?” tanya Ray antusias, Agni pun mengangguk yakin

“siapa sih?” tanya Rio yang penasaran, sekarang giliran Ray dan Agni yang melemparkan pandangannya sambil tersenyum misterius

“Ify!” pekik mereka-Agni dan Ray- secara bersamaan dengan volume yang cukup keras yang membuat seakan Rio jantungan mendengar nama tersebut, dan membuat Ify yang tadinya sedang sibuk menulis sesuatu dengan cepat menoleh ke belakangnya yang merasa namanya dipanggil.

“apa?” tanya Ify bingung karena sama sekali tak mengerti apa yang teman-temannya bicarakan

“jadi dia orangnya?!” tanya Rio yang shok tanpa mengubris pertanyaan dari Ify, dilihatnya Agni dan Ray yang mengangguk yakin “kalian yakin?” Agni dan Ray pun kembali mengangguk

“ada apa sih?” tanya Ify kembali yang mulai kesal karena merasa dirinya dikacangin

“lo beneran bisa main piano kan?” tanya Rio ragu, dilihatnya Ify yang mengernyitkan dahinya dan menatap Rio bingung

“kenapa?” bukannya menjawab pertanyaan Rio, Ify malah bertanya balik

“gue nanya lo malah balik nanya” cibir Rio

“iya iya, gue bisa sedikit main piano, emangnya kenapa?” tanya Ify yang dengan ekspresi yang ia buat semanis mungkin yang malah terlihat aneh yang membuat Agni dan Ray tertawa tetapi sebisa mungkin mereka tahan melihat sikon yang kurang tepat untuk bercanda

“nyokap gue minta gue untuk nyariin pianist atau orang yang bisa main piano aja deh buat ngebuka acara party nyokap gue!” jawab Rio dengan gaya cueknya tanpa sedikit pun menoleh ke arah Ify

“kapan?”

“tanggal 24 oktober, kalo lo mau wawancara lebih lanjut, mendingan lo nanti pulang bareng gue dan langsung nanya ke nyokap gue!” jelas Rio yang tampaknya sudah bad mood untuk menjelaskan hal ini kepada Ify yang melihat Ray dan Agni yang sedang menahan tawa mereka, melihat sikap Rio yang mebali seperti biasanya, yaitu CUEK yang membuatnya kembali memutar badannya ke arah papan tulis, melihat hal tersebut malah membuat tawa Agni dan Ray meledak.

“hahaha… ciiee…ciiiee… tadi akur-akur aja, sekarang berantem lagi, ga seru nih!” kata Agni disela-sela tawanya

“hahaha… emmmppphh…. Bener banget tuh Ag, tapi nanti neng Ipy mau dibawa ke rumah abang Io loh buat ketemu calon mertua” goda Ray yang berusaha menghentikan tawanya, mendengar perkataan ray tersebut Ify dan Rio pun melirik Ray tajam seperti ingin nelen Ray idup-idup. Ify yang baru mengambil nafasnya untuk berceloteh panjang lebar atau bisa dibilang nagmuk kepada Ray pun terpaksa harus dipending dulu karena bel tanda masuk pelajaran berbunyi.

----*---*----

    Shilla menatap jus jeruknya yang es batu didalamnya sudah mulai mencair, ia mengaduk-aduk jus jeruknya yang sama sekali belum ia sentuh. Zahra yang menyadari ada sebuah perbedaan terhadap sahabatnya ini pun menyikut Shilla dengan tangan kirinya. Shilla yang menyadari itu pun menoleh ke Zahra dan menatap Zahra seakan-akan berbicara-kenapa Ra?-

“lo kenapa? Es di jus lo udah mencari tuh!” ucap Zahra yang mengerti dengan tatapan Shilla “lagi ada masalah?” bukannya menjawab Shilla pun malah terdiam yang kemudian kembali melakukan aktivitasnya sebelumnya, terdengan desahan nafas Zahra yang mencoba menguatkan kesabarannya

“gue denger kemarin lo pulang bareng Cakka!” ucapnya kembali yang mencairkan suasana dan memecahkan keheningan diantara mereka yang sesungguhnya di kantin tersebut suasana sangat ramai, mendengar topic yang dibicarakan Zahra, Shilla pun langsung menoleh ke arah Zahra kaget

“lo tau dari mana?!” tanyanya yang membuka suaranya, dilihatnya Zahra yang menyedikan bahunya sambil tersenyum miring

“entah lah, yang pasti udah menjadi hot gossip, seorang Cakka kawekas nuraga yang sudah memasuki tahap most wanted boy disekolah ini, deket sama seorang cewek pinter yang namanya Ashilla Zahrantiara!” jelas Zahra dengan ekspresi yang menggebu-gebu

“santai aja kali neng” cibir Shilla yang membuat Zahra terkikik “huh, masalah gue nambah lagi nih, bisa-bisa gue mati ditelen fans-fansnya si Cakka, cukup gue dipelototin tiap hari aja sama fans-fansnya Alvin, jangan nambah lagi deh” serunya cuek yang kemudian menyeruput jus jeruknya, benar saja rasa jus jeruk yang tadinya manis menjadi tawar karena es batu yang ada didalamnya sudah mencair.

“lo punya masalah lagi?” Shilla pun mengangguk ragu-ragu “apa?!”

Shilla mengarik nafasnya dalam-dalam untuk mengumpulkan kekuatannya untuk bercerita kepada sahabatnya ini “gue ada masalah tentang Ify!”

“Ify kenapa?”

“gue rasa dia berubah, dia bukan seperti Ify yang kayak dulu, dia jadi lebih tertutup sama gue…”

“bukannya dari dulu dia udah tertutup ya?” sela Zahra, Shilla pun mengangguk perlahan

“tapi ini beda Ra, gue rasa ada yang disembunyiin di dalam dirinya” Zahra pun manggut-manggut seakan mengerti dengan masalah sahabatnya ini walaupun hanya sedikit saja

“coba positive thingking dulu aja, mungkin ada alasan Ify melakukan semuanya” jawab Zahra, Shilla pun tersenyum kepada sahabatnya ini, salah satu alasan mereka suda bersahabat kurang lebih 3 tahun ini adalah, sikap Zahra yang dewasa dan bijak sana yang membuat siapa pun yang ada disekelilingnya merasa nyaman.

*----*----*

    Ify memasukan bukunya ke dalam tasnya secara asal, Rio yang sudah berdiri diambang pintu kelasnya sambil mencak-cak dirinya, ia pun tak mengubris celotehan Rio. ‘cepetan apa Fy, lelet banget lo tuh jadi orang, siput atau manusia sih lo!’ seperti itu lah ocehan Rio yang sedang gaya otoriternya dalam waktu kurang lebih 10 menit.

“ayo berangkat sekarang!” ajak Ify dengan wajah yang seper duper innocentnya yang membuat Rio semakin naik darah “tadi marah-marah, giliran gue udah selesai dia diem aja!” ucap Ify yang masih mempertahankan wajah innocentnya sambil berkacak pinggang, Rio yang sedang bad mood untuk bertengkat dengan Ify pun langsung berjalan meninggalkan Ify. Ify yang sempat bingung mengapa Rio tiba-tiba meninggalkannya hanya menatap punggung yang mulai menjauh yang kemudian kembali ke alam nyatanya dan berlari mengejar Rio sambil sesekali berteriak memanggil nama pemuda itu untuk memperlambat langkahnya.

--*---*---

    Suasana hening menyelimuti mobil ini, Ify yang manatap jendela luar yang melihat pohon-pohon yang seakan-akan berjalan, sedangkan Rio yang masih berkonsentrasi untuk menyetir mobilnya.

“Yo..” panggil Ify untuk memecahkan keheningan

“mm…” jawab Rio malas

Merasa tak puas dengan jawaban Rio, Ify pun kembali memanggil Rio kembali “Rio..”

“emmm….”

“MARIO BROS!!!” pekik Ify yang terdengar seperti sebuah teriakan yang tepat ditelinga kiri Rio

“apaan sih! Ga usah pake teriak-teriakan segala kali, lo pikir gue budek!!!!” balas Rio

“lagi salah siapa dipanggil ga nyahut-nyahut!” jawab Ify santai “lo punya kaset atau apa gitu yang bisa dinyalain?” tanya Ify yang ternyata bosen dengan suasana jalanan yang bisa dibilang macet ini

“GA!!!” jawab Rio tegas

“ih, santai aja kali” pandangan Ify pun beralih ke sebuah Radio yang terdapat di dalam mobil tersebut, dengat cepat ia pun memecet tombol play tanpa meminta izin terhadap Rio.


“iya, kembali lagi disalurah radio kesayangan anda 23,7 FM. Setelah lagu dari    yang berjudul ‘Fair Wave’ tersebut diputar, gimana bagus kan? Pastinya dong. Kayaknya sekarang saatnya kita berpisah deh, besok kita pasti balik lagi, tetep tongkrongin 23,7 FM ya. Bye bye…”  cuap-cuap sanga penyiar radio yang memecahkan kehengingan didalam mobil tersebut.

“kayaknya gue pernah denger suara itu” ucap Rio yang membuka suaranya “dia kakak lo?”

“iya, kak Shilla” jawab Ify sambil tersenyum tipis membanyangkan wajah Shilla dihadapannya.

    Tanpa terasa mobil Rio memasuki pekarangan rumah Rio. Ia pun memarkirkan mobilnya dan keluar dari mobilnya yang diikuti langkah Ify. Entah mengapa saat keluar dari mobilnya Rio dan menatap pintu masuk rumah Rio, kakinya terasa terpaku ditempat, tak bisa jalan kemana-mana, ada sesuatu  yang mengganjal dihatinya, sebuah firasat yang tidak enak.

“kenapa lo diem aja disitu?” tanya Rio ketus yang melihat Ify hanya diam dengan tatapan kosong dan membuat Ify tersentak kaget

“eh, engg… gapapa” jawab Ify gelagapan, mendengar jawaban Ify, Rio pun memutar balikan badannya dan memasuki rumahnya, melihat punggung Rio yang mulai menjauh, Ify pun langsung tersadar dan berlari kecil untuk menyusul Rio.

    Rumah yang terbilang mewah tersebut tampak sepi, beberapa pigura foto yang terdapat di dinding-dinding rumah tersebut dan warna cet putih yang semakin mencerminkan ke indahan rumah yang bergaya klasik tersebut. Hanya suara ketukan langkah dilantai lah yang terdengar.

“Ma, Rio pulang..!!!” teriak Rio secara tiba-tiba yang memecahkan keheningan. Bukanlah seorang wanita cantik nan anggun yang keluar, tetapi seorang pria tinggi yang telihat sedang menuruni tangga dari lantai 2 rumah Rio.

“Gabriel?!” pekikIfy kaget ketika melihat orang tersebut

“Ify!” ucap Gabriel yang tak kalah kaget ketika melihat seorang gadis bersama adik kandungnya “lo ngapain disini?”

Bukannya menjawab pertanyaan Gabriel, Ify pun menyikut Rio “Yo, lo kok ga bilang kalo Gabriel ada disini?” tanya Ify yang seperti bisikan kepada Rio yang ada disampingnya

“kan lo tempo hari lo yang minta buat Gabriel balik ke sini!” jawab Rio dinging seperti tak ingin membicarakan masalah Gabriel, Ify pun kembali menatap Gabriel dengan senyum manis yang merekah diwajahnya

“lo udah tinggal disini kan Yel?” tanya Ify antusias, Gabriel pun tersenyum manis kepada Ify yang bisa membuat kaum hawa terpana dan mengangguk

“sesuai permintaan anda, princess” ucap Gabriel yang kembali meneruskan menuruni tangganya, mendekati Rio dan Ify, lebih tepatnya Ify. Sebuah kata yang terakhir diucapkan Gabriel pada kalimatnya yang membuat Rio dan Ify melongo kaget, Rio yang hampir jantungan, sementara Ify yang merasa mukanya memanas mendengar tersebut hanya bisa menunduk mencoba menyembunyikan merah mukanya. Tenang Yo, lo ga boleh cemburu, lo ga boleh suka sama Ify apalagi sampe cinta sama Ify, batin Rio menyemangati dirinya. “lo sebenernya mau ngapain ke sini Fy?” tanya Gabriel yang memecahkan keheningan sambil mengambil posisi duduk di sofa

“lo berdua ngobrol dulu aja deh, gue mau ganti baju dulu” sela Rio yang langsung menaiki tangga menuju kemarnya, tanpa dipersilahkan duduk, Ify pun duduk di sofa mengikuti Gabriel

“gue mau ketemu tante Manda” jawabnya yang menjawab pertanyaan Gabriel tadi yang sempat disela oleh Rio

“ngapain?”

“ga tau tuh Rio, males gue jelasinnya, mendingan nanti lo tanya sama Rio deh”

“nyoka lagi ga ada di rumah, lagi pergike super market”

“yaudah, gue tunggu aja deh”

“gue rasa gue sama Rio ga bakal akur walaupun kita sama-sama tau kalo kita itu sedarah” ucap Gabriel yang mengganti topic diantara mereka yang membuat Ify langsung menoleh ke arahnya

“maksud lo?”

“iya, seperti yang lo liat tadi, Rio selalu aja diem kalo didepan gue, kayaknya dia benci sama gue”

“apa alasan lo bilang kalo Rio itu benci sama lo?”

“karena…..” ucapan Gabriel yang menggantung dan tiba-tiba terhenti Karena ia tak mungkin member tahukan alasannya kepada gadis ini

“kerena apa?” tanya Ify, tetapi Gabriel hanya diam “lo ga bisa jawabkan? Makannya lo jangan nuduh orang dulu tanpa sebab!”

“tapi Fy, lo ga ngerti semuanya”

“makannya biar gue ngerti kasih tau ke gue apa alasannya, biar gue bisa ngebantu permasalahan diantara kalian” tetapi Gabriel kembali terdiam, ingin rasanya ia menjawab ‘gue sama Rio sama-sama suka sama lo Fy’ tapi… mulutnya hanya bisa terkatup, lidahnya kelu. Keheningan pun kembali menyelimuti diantara mereka berdua, ingin rasanya Gabriel membuka mulutnya untuk mengeluarkan suaranya, namun ia tak bisa. Ify menghela nafas pasrah, sekarang ia menemukan kesamaan diantara saudara kembar ini. Ya, mereka sama-sama KERAS KEPALA!!!. Huh, cukup Rio aja deh yang bikin gue naik darah tiap hari, jangan nambah jadi Gabriel deh, runtuknya dalam hati.

“gimana kabar lo?” sebuah pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Gabriel yang jelas-jelas keadaan Ify sehat wal afiat yang ada dihadapannya.

“baik” jawab Ify “lo sekarang udah ga ngamen lagi kan?”

“gue ga dibolehin sama nyokap gue”

“yaiyalah, masa lo udah tinggal di rumah sebagus ini masih aja mau ngamen, malu-maluin tau!” canda Ify yang membuat Gabriel tertawa, inilah sebuah kelebihan gadis yang berada disampingnya ini, bisamembuat orang-orang disekitarnya merasa senang dan bahagia.

    Saking asiknya mengobrol, mereka sampai tak menyadari bahwa ada seseorang yang memasuki rumah tersebut.

“eh, tante Manda” pekik Ify kaget ketika melihat tante Manda yang sedang berjalan memasuki rumah tersebut.

“eh Ify, tumben main ke sini” ucap Tante Manda ramah “Rionya mana?”

“eng… Ify kesini emang ada perlu sama tante, Rionya lagi diatas ganti baju” jawab Ify sopan

“Yo… Rio…” panggil tante Manda yang kemudian disusul dengan turunnya Rio dari kamarnya

“apa ma?” tanya Rio dengan wajah innocentnya

“kamu ini, bawa temen ke sini malah ditinggalin, untung ada Gabriel yang nemenin Ify!” ucap Tante Manda sambil berkacak pinggang. Huh, Gabriel lagi Gabriel lagi, gue itu ga suka dibanding-bandingin sama orang, apalagi sama Gabriel, walaupun dia kakak gue, tapi gue kesel sama dia! Batin Rio

“orang tau Rio ganti baju sih ma” bantah Rio “itu ma, Ify bersedia main piano buat acara party mama itu” ucap Rio yang mengalihkan pembicaraan yang langsung mendapat pelototan dari Ify

“baru mau tanya-tanya dulu tante, belum tentu jadi, soalnya takut akunya ga bisa” ucap Ify sambil melirik Rio tajam

“sok sibuk” cibir Rio pelan tetapi masih tetapi bisa didengar oleh Ify. Kalau saja tak ada Tante Manda dan Gabriel ditempat itu, ingin rasanya Ify menghardik Rio karena merasa sangat kesal.

“yaudah ngobrolnya dibelakang aja yuk Fy” ajak tante Manda yang kemudian menuju halaman belakang rumahnya yang kemudian disusul oleh Ify.

    Tinggalah ditempat itu hanya ada Rio dan Gabriel yang sama-sama terlarut dalam lamunan mereka masing-masing.

“sebenernya apa sih maksud lo bawa Ify kesini?” tanya Gabriel yang memecahkan keheningan diantara mereka

“gue kan Cuma pengen memenuhi permintaan nyokap” jawab Rio santai yang kemudian langsung kembali memasuki kamarnya dan meninggalkan Gabriel sendirian.

---*---*---

Amour Pour Alyssa et Ashilla _part 12_


&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
                Ify melangkahkan kaki yang menuju kelasnya, kakaknya yang sudah terlebih dahulu meninggalkannya untuk menuju kelasnya. Langkahnya terhenti ketika mendengar seseorang berteriak, berteriak memanggil namanya.

“IFY..!!!” panggil orang tersebut yang ternyata adalah..Cakka. ngapain kak Cakka manggil gue? Tumben banget, batin Ify.  Cakka yang langsung menghampiri Ify semakin membuat Ify gelagapan

“engg… kenapa kak?” tanya Ify

“gapapa, lo lagi ada waktu sekarang?” tanya Cakka

“mau ngapain? 15 menit lagi bel” tanya Ify yang melirik jam tangannya yang melingkat indah ditangannya

“gue Cuma mau ngomong sama lo, sebentar doang” Ify pun hanya mengangguk

“tanya apa kak?”

“lo adiknya Shilla?”

“iya! Kenapa?”

“gue mau cerita sama lo!”

“cerita aja!”

“gue suka sama Shilla!” pekik Cakka yang membuat Ify kaget setengah mati. WHAT??!!! Kak Cakka suma sama kak Shilla, kak Alvin….. batin Ify yang menggantung

“maksudnya?” tanya Ify yang memastikan bahwa pendengarannya tak salah

“iya, gue suka sama kakak lo” jawab Cakka tegas, yang membuat Ify semakin cengo “lo mau kan bantuin gue?”

“bantuin ngapain kak?”

“bantuin biar gue deket sama Shilla” jawab Cakka

“hah? Bukannya kakak dari dulu udah deket sama kak Shilla ya?”

“iya, tapi kan….”

“tapi apanya kak?”

“susah dijelasinnya deh, pokoknya bantuin gue ya ya ya biar jadian sama Shilla!” pinta Cakka yang sempat membuat Ify tersentak kaget. Kak Alvin minta bantuin, kak Cakka juga, gimana dong? Batin Ify. “gimana Fy?”

“eh, iya, tapi nanti liat sikon dulu ya”

“oke, thanks ya Fy, gue duluan ke kelas, udah mau bel” kata Cakka yang kemudian langsung meninggalakan Ify. Ternyata ditempat tersebut tak hanya ada Ify dan Cakka yang berada disana, ada kehadiran seseorang yang kehadirannya tak mereka-Ify dan Cakka-sadari.

----------

                Ify melempar tasnya ke atas mejanya dengan keras yang membuat dua RR-Ray dan Rio-yang tadinya sedang sibuk tiba-tiba terlonjak kaget. Ray yang sudah siap menyemprot Ify, sedang kan Rio hanya cuek bebek dan kembali dengan aktivitas melamunnya

“selon neng, pagi-pagi udah bikin spot jantung aja!” cibir Ray, tetapi Ify tak mengubrisnya, ia menghempaskan dirinya secara kasar ke bangku tempat duduknya yang padahal sama sakali tidak empuk alias keras “kenapa sih lo Fy, muka lo BT banget?”

“huft… itu gue…..” belum sempat Ify menjawab, tiba-tiba Agni sudah ada disamping Ify dengan tatapan kosong dan muka yang tak bisa digambarkan. Tanpa memperdulikan tatapan aneh dari teman-temannya ia langsung mengambil posisi duduk dibangku yang sebelumnya sudah ada disamping Ify.

“kenapa Ag?” tanya Ify lirih nyaris tersamarkan dengan suara ribut anak-anak yang berada dikelas, mendengar pertanyaan Ify, Agni pun melirik Ify tajam, tatapan yang sangat jarang dikeluarkan oleh Agni

“apa urusan lo?!” tanya Agni balik dengan nada jutek dan dingin. Nada yang sangat tidak bersahabat yang dikeluarkan oleh Agni, yang membuat Ify dan Ray semakin bingung dengan sikap Agni. Hei! Kemarin dia biasa-biasa aja, kenapa dia kayak gin?! Sorak Ify dalam hati.

“Ag, lo kenapa? Kok ga biasa-biasanya lo kayak gini?!” tanya Ray yang angkat bicara,Agni pun mengalihkan pandangannya kepada Ray. Menatap Ray dengan tatapan dingin.

“lo ga perlu tau!” tegas Agni, ingin rasanya Ray dan Ify kembali menanyakan banyak pertanyaan kepada Agni, tapi apa daya, bel tanda pelajaran pertama sudah berbunyi, jadi mau tak mau mereka harus mengurungkan niat mereka, sedangkan Rio? Hanya menonton telenovela didepannya dengan banyak pernyataan muncul dibenaknya.

--------

                Shilla memasukan buku pelajarannya yang baru ia pelajari ke dalam tasnya. Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

“mau ke kantin Shill?” tanya Zahra yang memecahkan keheningan diantara mereka, ia menyadari bahwa sikap sahabatnya ini akhir-akhir ini berbeda dari biasanya. Terkadang bersikap aneh, diam dan kadang juga kembali menjadi cerewet,ingin rasanya ia bertanya ada apa yang terjadi dengan sahabatnya, tapi menurutnya sekarang bukan waktu yang tepat.

“kayaknya engga dulu deh Ra, gue udah kenyang” tolak Shilla, ya sebuah penolakan secara halus agar tak menyakiti hati sahabatnya ini

“yaudah,gue duluan ya” kata Zahra, Shilla pun tersenyum tipis tanda ia meng-iya-kan perkataan sahabatnya.

                Shilla mengeluarkan sebuah buku catatannya, ya sebuah buku untuk sekedar iseng-iseng mencoret-coret nama, atau pun menggambar atau juga menulis untaian kata-kata yang terlintas dibenaknya. Tanpa ia sadari seseorang yang sudah diduduk disampingnya, lebih tepatnya dibangku Zahra, ditatapnya orang tersebut dengan tatapan bingung.

“kenapa?” tanya shilla yang menyadari bahwa dikelas ini sepi, hanya ada dia dan orang tersebut

“gapapa, lagi ga ada kerjaan aja” jawab orang tersebut dengan gaya cueknya “kalo lo?”

“ga liat gue lagi ngapain!” jawab Shilla yang tak kalah cueknya “ga ke kantin?”

“males, diet gue hehehe” jawab orang tersebut dengan nada bercanda

“sarap lo Vin, masa cowok diet, ga tau apa badan udah kutilang-kurus tinggal tulang-gitu!” kata Shilla sambil mendorong pelan pundak orang itu-Alvin-, Alvin pun terkikik

“lagi ngapain sih?” tanya Alvin yang langsung menarik buku yang tadi dipegang Shilla. Dilihatnya isi selembar dibuku tersebut yang ternyata adalah seorang wanita, sketsa seorang wanita cantik dengan rambut yang terurai panjang, hidung yang mancung dengan dagu tirusnya.

“mirip Ify” kata Alvin yang memecahkan keheningan diantara mereka

“itu bukan Ify” jawab Shilla “dia nyokap gue”

“cantik” komentar Alvin yang masih mengamati gambar tersebut

“iya, dia cantik banget, tapi dia udah tenang dialam sana” ucap Shilla lirih, ia tertunduk dalam-dalam, matanya terpejam mencoba menutupin kesedihanya

“nyokap lo udah…”

“iya, nyokap gue udah pergi, pergi jauh untuk selama-lamanya”

“maaf…”

“gapapa kok, lo ga salah, emang ini kenyataannya” ucap Shilla dengan senyum tipis yang terlihat sangat indah. Terlihat seseorang yang sudah berada diambang pintu kelas mereka, orang tersebut sedari tai mengamati dan mendengarkan dengan seksama percakapan anatar Alvin dan Shilla tanpa diketaui diantara mereka-Alvin dan Shilla-, apa mungkin Alvin juga punya perasaan yang sama dengan gue ke Shilla, batin orang tersebut. Dia adalah…. Cakka.

--------

                Ify melirik ke arah orang yang berada disampingnya, Agni. Menurutnya dari tadi pagi sikap Agni yang sangat aneh. Ia memejamkan kedua matanya, mencoba memutar memori otaknya, apa ada yang salah dengan sikapnya atau perkataannya yang membuat Agni marah dan sakit hati kepadanya. Ia gigit bibir bawahnya, tak ada memori yang ia berhasil tangkap, yang ia ingat hanya kejadiannya tadi pagi bersama Cakka, dimana Cakka yang bertanya-tanya yang menurutnya tentang hal-hal yang sangat tidak penting. Dihelanya nafas panjang, yang berat, mencoba menghilangkan semua bebannya, tetapi itu semua percuma, sangat percuma.

“Fy, lo gapapa kan?” tanya Ray yang berusaha memastikan kondisi Ify, Ify pun menoleh  ke arah Ray dan tersenyum tipis

“gue gapapa kok Ray” jawab Ify agak lirih, hari ini ia seperti tak punya semangat untuk  melakukan sesuatu. Ditatapnya Rio yang sedari tadi sudah berada disamping Ray, Rio yang sangat acuh, seperti tak ada yang terjadi apa-apa didepannya, ia masih sibuk dengan komik yang ia baca, ia pun kembali memutar tubuhnya dan mengahap ke papan tulis. Aneh, batin Rio yang ternyata tadi menyadari bahwa Ify sempat menoleh ke arahnya.

--------

                Shilla menuruni tangga sekolahnya dengar berlari kecil, diliriknya jam tangan yang berwarna soft pink yang melingkar indah ditangan kanannya yang jarum panjangnya menunjukan ke angka 2. Gue harap belom telat! Pekiknya dalam hati, kalau saja bu Vira tidak memperpanjang mata pelajaran terakhirnya didalam kelas, ia tidak bakalan seperti ini, dasar gue ga mau korupsi waktu! Mungkin kalau ia punya motor, ia pasti tidak kayak begini, terlebih angkutan umum yang sering nge-tem dan jalanan Jakarta yang super duper macet.

“Shilla!!!” panggil seseorang yang terpaksa membuat Shilla menghentikan langkahnya, ia pun mendengus sebal dan memutar arah badannya

“ada apa sih Kka?!” tanya Shilla dengan nada malas

“lo mau kemana? Kok buru-buru banget?!”

“gue pengen ke tempat kerja gue, dan sekarang gue udah telat, sekian!” ucap Shilla tegas yang kemudian kembali membalikan badannya untuk segera pergi meninggalkan Cakka, tetapi langkahnya tertahan ketika sebuah genggaman kokoh yang menglingkar erat ditangannya yang menahannya agar tidak pergi dari tempat tersebut “apa lagi sih?!” tanya Shilla dengan nada yang dibuat-buat,, sungguh saat ini dia sama sekali tidak ada  mood untuk mengobrol dengan seseorang

“gue anter lo!” tegas Cakka yang sempat membuat Shilla terlonjak kaget, memang tidak jarang Cakka menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, tapi hal ini berbeda, ia sedang terburu-buru dan ia juga sempat membentak Cakka tadi “udah, kok malah bengong, nanti lo tambah telat” ucap Cakka yang langsung menarik tangan Shilla yang sedari tadi masih ia genggam.

---------

                Alvin memperhatikan kejadian itu dengan seksama, memang jaraknya dengan tempat kejadian yang ia amati lumaian jauh, sehingga apa yang orang itu bicarakan tak dapat terdengar olehnya. Nafasnya tersenggal-senggal menahan emosi, mukanya yang agak memerah. Tapi ia mencoba menahan semua itu, menahan semua emosinya. Ia tak boleh cemburu dengan sepupunya sendiri, toh ia juga mengetahui bahwa sepupunya juga mencinta orang yang sama dengannya. Ingin sekali ia pergi dari dunia ini untuk meninggalkan semua beban masalahnya sekarang ini, ia memang pengecut, ia tak berani mengungkapkan semuanya kepada seorang gadis yang ia cintai. Ia hanya memendam perasaannya, mungkinkan waktu akan mengikis semua perasaannya? Meninggalkan semua kenangan yang ia rekam semua tentang gadis yang ia cintai? Toh, biarlah waktu yang menjawabnya, ia hanya bisa pasrah dengan keadaannya sekarang. Mungkin ini nasib gue, toh kalo dia jodoh sama gue, pasti dia akan balik sama gue, hiburnya dalam hati.

                Ternyata tak hanya Alvin yang menyaksikan kejadian tersebut, ada seorang gadis dengan stile simplenya dengan rambut yang dikuncir ekor kuda, tangannya yang meremas-remas ujung roknya, ia memejamkan matanya dan mencoba menghirup udara untuk memenuhi rongga dadanya. Cemburu? Ya, iya sangat cemburu dengan kejadian tersebut. Ingin sekali ia menjadi seorang gadis yang tadi sedang berbicara dengan seorang pria tampan yang sudah lama menjadi pemegang tahta tertinggi dihatinya. Ia benci terhadap pemuda tersebut, bahkan sangat benci! Tapi dari awal rasa bencinya tersebut timbul benih-benih cinta. Memang cinta dan benci itu tipis kan! Ia mengerang keras. Rasa kesalnya memuncak kepada lelaki tersebut, mengapa pemuda tersebut tak pernah peka terhadap perasaannya, perasaan yang telah lama ia pendam walaupun ia tak berani mengungkapkannya. Ia pun memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut dan beranjak untuk pulang ke rumahnya

-----------

                Dimasukan buku-bukunya ke dalam tasnya, menurutnya kesal sudah sepi, hanya ada dia sendiri. Sebuah lembaran kertas terjatuh dari buku matematikanya, ia pun meraihnya dan melihat sebuah gambar. Sebuah gambar yang didalamnya tergambar 2 orang gadis cantik yang tersenyum lebar, dengan rambut panjang yang terurai indah. Dipojok bawah gambar tersebut terdapat sebuah tulisan ‘Alyssa and Ashilla’, bibirnya tak dapat tertahan untuk membuat seulas senyuman indah, gambar tersebut sangat indah, gambar buatan kakak semata wayangnya. Tiba-tiba ia terlonjak kaget, tepat ditengah-tengah gambar tersebut ada sebuah tetesan merah yang tiba-tiba muncul, awalnya ia sempat bingung, tetapi saat ia meraba hidungnya ternyata sebuah aliran sungai kecil berwarna merah telah tercipta. Oh no!!! jangan sampai ada orang yang tau, pekiknya dalam hati yang kemudian mencari-cari tissue yang ada ditasnya. Tetapi sepertinya dewi fortuna tak berpihak dengannya, tissue yang ia cari tak dapat ia temuka ditasnya, dengan cepat ia berlari menuju toilet sekolahnya.

---------

                Rio  menatap gadia yang sedari tadi duduk didepannya, menurutnya gadis ini tak menyadari kehadirannya. Ia tersentak melihat alirah cairan berwarna merah yang terjatuh dari hidung gadis tersebut, dilihatnya gadis tersebut yang Nampak kebingung mencari sesuatu dan tiba-tiba berlari meninggalkannya. Ingin sekali ia berlari mengejar gadis tersebut, tetapi apalah daya, tiba-tiba phonecellnya berdering tanda bahwa ada seseorang yang menghubunginya saat ini.

“halo… iya.. apa?.... tapi sekarang gue lagi sibuk, lagi ada urusan penting!.... oke, bentar lagi gue kesana..” katanya yang berbicara menggunakan phonecellnya. Argh… kenapa sih gue ga selalu tepat! Batinnya yang Nampak frustasi yang lemudian melangkah gontai menuju parkiran motornya.

-----------

                Ify membasuh wajahnya dengan air keran yang mengalir, dia tatap pantulan wajahnya dari sebuah kaca, untung saja mimisannya tidak terlalu parah seperti biasanya. Ia menghela nafas panjang, sejenak ia memejamkan matanya.

“argh....!!!” erangnya keras, ia Nampak sedikit frustasi. Sampai kapan ia dapat mengendalikan keadaannya yang semakin lama semakin memburuk, sampat kapan ia bisa bertahan dengan semua kebohongan ini! Ingin rasanya ia berdoa agar tuhan cepat-cepat mengambil nyawanya, membiarkan ia tenang dialam sana dengan kedua orangnya, tapi ada seseorang yang membuatnya berat meninggalkan dunia ini, Shilla. Satu-satunya keluarganya yang masih selalu ada disampingnya, selalu mendukungnya, selalu menyayanginya, seseorang yang membuatnya sangat sangat sangat berat meninggalkan dunia ini. Ia pun memutuskan untuk pulang yang sebelumnya menuju kelasnya terlebih dahulu untuk mengambil tasnya.

----------

                Rio melajukan motornya dengan kecepatan sedang, ia yang tampak sangat terpaksa untuk pulang ke rumahnya, satu-satu alasan kuat untuk menyuruhnya pulang adalah, mamanya memintanya agar segera pulang untuk membicarakan sesuatu hal. Sesungguhnya banyak sekali pertanyaan yang bermunculan dibenak Rio, yang sementara hatrus disimpan karena ia belum sampai dirumahnya.

                Diparkirkan motornya digarasi rumahnya, sebuah rumah yang terbilang mewah, derap langkahnya terdengar memasuki rumahnya, suasana rumah yang begitu sepi membuatnya semakin bingung. Mana mama? Pikirnya. Ia pun berjalan ke halaman belakang rumahnya berharap sesosok yang ia cari sedang berada disana, ternyata benar pikirannya, mamanya yang sedang duduk santai, mamanya tak sendirian, ada Gabriel yang sedang duduk disamping mamanya.

“mau ngomong apa sih ma?” tanya Rio yang to the point langsung menghampiri mamanya

“gini Rio, mama mau ngasih tau, kan kamu terlalu sibuk dengan urusan sekolah kamu, jadi mama mengusulkan bahwa kafe Z-Addict kita biar Gabriel yang mengurus semuanya. Tapi karena Gabriel belum begitu mengerti, bisa kan kamu membantu Gabriel untuk mengajarinya?” jelas tante Manda yang sempat membuat Rio tercengan. Semudah itu kah mamanya member jabatan anak bungsunya yang telah lama mengurus kafe tersebut kepada anak sulungnya yang baru beberapa hari kembali ke kehidupan mereka. Sesungguhnya ingin sekali Rio berontak kepada mamanya, tetapi toh mamanya juga ada benarnya, sekarang ia terlalu sibuk dengan urusan SMAnya yang membuat kafenya terabaikan. Mau tak mau Rio pun mensetujui argument dari mamanya

“itu doang kan ma?” tanya Rio yang masih dengan cueknya, tante Manda pun mengangguk sambil tersenyu tipis, sempat ia melirik Gabriel yang sedang tersenyum sinis kepadanya, tapi toh ia tak megubrisnya “kalo tau gini aku ga usah cepet-cepet pulang” guman Rio yang kemudian meninggalkan mamanya dan kakaknya untuk menuju ke kamarnya

---------

                Ify  berjalan disebuah pekarangan rumah yang sudah tak asing lagi baginya tetapi sangat jarang ia lewati. Diketuknya pintu rumah tersebut sambil mengucapkan salam dengan sopan.

“permisi” kata Ify sopan, perlahan pintu rumah tersebut pun terbuka, terlihat seorang anak kecil yang membuka pintu rumahnya

“eh kak Ify, tumben main ke sini” kata anak tersebut

“hehehe, lagi pengen ngobrol sama Agni, Agninya ada Zy?” tanya Ify manis kepada orang tersebut-Ozy-, ozy pun mengangguk dan kemudian mempersilahkan Ify untuk masuk ke dalam rumahnya.

                Ify melangkahkan kakinya sambil menatap isi rumah tersebu. Masih sama kayak yang dulu, pikirnya, dilihatnya Ozy yang masih belum tinggi-tinggi juga padahal usianya yang memasuki 13 tahun.

“tunggu disini dulu aja ya kak, gue manggil kak Agni dulu” katanya yang kemudian meninggalkan Ify disebuah ruang tamu, Ify menatap pigura-pigura foto yang banyak terdapat disekelilingnya. Ada foto Agni bersama Ozy dengan kedua orang tua mereka, sungguh keluarga yang sempurna, sesungguhnya Ify merasa iri dengan Agni yang masih bisa diberi kesempatan untuk lebih lama menikmata hidup dengan kedua orangtuanya, tapi toh ini semua sudah menjadi jalan takdirnya, ia hanya bisa menjalankannya dengan ikhlas

“kenapa Fy?” tanya Agni yang tiba-tiba datang yang membuyarkan lamunan Ify untuk kembali ke dunia nyata, nada bicara Agni masih seperti sama dengan tadi pagi, masih terkesan dingin.

“eng…eng…” ucapan Ify yang menggantung tanda ia masih kaget dengan kedatangan Agni yang sangat tiba-tiba “gue mau minta maaf” jawab Ify lirih, rumah Agni yang sepi dan besar yang membuat suara Ify menggema

“lo ga salah” jawab Agni tanpa sedikit pun melihat ke Ify

“lo kenapa sih Ag? Kalo gue punya salah silahkan bilang ke gue, gue ga suka dijauhin lo kayak gini, gue udah kenal lo sejak lama, ga biasanya sikap lo ke gue kayak gini” bentak Ify yang sudah tak bisa menahan emosinya, Agni pun hanya diam, ia tak bisa menjawab pernyataan Ify yang sangat benar, ia memang tiba-tiba menjauhi Ify tanpa alasan, entah mengapa setiap ia melihat Ify ia terbayang-bayang wajah Shilla, kakak semata wayang Ify. Memang bisa dibilang ia egois, Ify tak punya salah apa-apa, bahkan Ify juga tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan masalahnya sekarang ini “pliss Ag, jangan giniin gue” pinta Ify dengan nada melemah, ia meraha ada seseorang yang menubruk tubuhnya, ia pun mendongak dan melihat Agni yang sedang memeluknya, memelukanya erat

“maafin gue Fy, gue yang terlalu childis menghadapi suatu masalah” jawab Agni yang membuat Ify tersenyum

“gue selalu ada disini Ag, gue selalu ada dimana lo suka dan duka, karena gue sahabat lo, gue siap jadi pelampiasan emosi lu dan tong sampah untuk semua curhatan lo” kata Ify sambil melepaskan pelukan Agni “jadi apa masalah lo?”

-----------

                Rintik hujan jatuh membasahi bumi, malam itu suasan yang sunyi dan senyap ditambah hujan yang membuat suasan yang menjadi dingin. Rio menekuk lututnya diatas kasurnya, ditatapnya kosong pandangannya yang menerawang. Difikirannya masih terekam jelas dimana seorang gadis yang akhir-akhir ini selalu ada didekatnya,  seorang gadis yang ceria dan cerewet tiba-tiba mengeluarkan cairan darah dari hidung mancungnya dengan derasnya, ingin saat itu ia menghampiri gadis itu dan bertanya bagaimana keadaannya, tetapi saat itu ia kurang beruntung. Kalau saja Tante Manda tak menelfonnya tadi siang dan membicarakan suatu hal yang menurutnya tidak penting, ia pasti tak menjadi penasaran seperti sekarang ini. Batinnya dihujami banyak pertanyaan yang semakin membuatnya bingung sendiri. Diraih phonecellnya yang tergeletak diatas meja tepat disamping kasurnya, ditekan-tekan tomboh phonecellnya tersebut untuk mencari sebuah nomor telefon yang sudah ia simpan dibuku telefan phonecellnya. ‘Ify Alyssa’ itulah sebuah nomor kontak yang ia cari, ingin rasanya ia memencet tombol OK untuk menelfon nomor tersebut, tapi jarinya terasa kaku, jantungnya berdetak cepat, akhirnya ia memutuskan untuk mengurungkan niatnya, dan kembali menaruh phonecellnya kembali ditempat semula dengan banyak pertanyaan yang masih terngiang-ngiang difikirannya.

-------

                Ify menutup buku birunya, mala mini ia kembali berhasil menulis sebuah untaian kata yang menurut hanyanya hanya kata-kata puitis yang sangat tidak penting, ia pun mengeluarkan selembar kertas dari tasnya, sebuah gambar yang sempat ia amati pada saat disekolah tadi. Masih terlihat jelas sebuah bercak darah ditengah-tengah gambar dua orang perempuan tersebut, sejenak ia memejamkan matanya, mencoba melupakan semua masalahnya, tapi apakah itu mungkin? Tidak semudah itu keluar dari sebuah masala yang sangat rumit!

                Ify memutar badannya menuju kasurnya dan menghempaskan dirinya dikasurnya, hari ini ia sangat lelah sekali, setelah kejadian pada saat pulang sekolah tadi ditambah ia sepulang sekolah tak langsung bergegas untuk ke rumahnya, tetapi ia menyempatkan dirinya untuk mampir dirumah Agni, satu masalah dalam banyak masalah dalam hidupnya telah selesai. Tak butuh waktu lama, tak lebih dari waktu sehari Agni dan dia telah berbaikan. Benar dugaannya Agni hanya salah paham dan CEMBURU!!! Ternyata pada saat sebelum  masuk ke kelasnya, Agni sempat melihat dan mendengar percakapannya dengan kak Cakka. Hanya satu jalan keluar dari masalahnya, seorang sahabat harus terbuka dengan suatu masalah, tak ada namanya menutupi masalah dan menjauhi tanpa alasan yang jelas.

                Sebuah senyum tipis tercipta diwajah tirus Ify, menurutnya lucu sekali Agni yang telah lama ia kenal dan terkenal dengan Gerakan Anti Cowoknya itu bisa merasakan juga sebuah virus cinta dan pasalnya Agni juga merasakan sebuah virus cemburu. Sungguh lucu sekali yang tak jarang membuat Ify tersenyu sendiri. Ia kemudian menghela nafas berat, perjuanganganya tak sampai disini, masih banyak masalah yang masih belum terselesaikan olehnya dan masih banyak masalah juga yang masih menunggunya. Ify pun kemudian menutup matanya untuk bergegas menuju alam mimpinya sejenak melupakan semua masalahnya.
-------

_ade nurmyla fauziati_

Amour Pour Alyssa Et Ashilla part 11


******
                Ify berjalan disebuah tempat yang ia pun tak mengetahui nama tempat tersebut, ia yang sedang menyapu pandangannya untuk mencari seseorang, panas terik matahari yang menyengat pun tak mengurungkan niatnya untuk mencari orang tersebut. Keringat yang membasahi wajahnya yang terlihat sangat pucat, ia pun tak memperdulikan kondisinya sekarang, yang ia sangat perdulikan adalah niatnya untuk datang ketempat ini. Senyumnya mengembang ketika melihat orang yang ia cari, tanpa pikir panjang Ify pun menghampiri orang itu.

“Gabriel” panggil Ify kepada orang tersebut, Gabriel pun menoleh ke arah Ify dan mengerutkan dahinya tanda ia bingung mengapa gadis ini bisa menemuinya disini “yel, gue mau ngomong sama kamu”

“kok kamu ada disini? Mau ngomong apa? Kok kayaknya penting banget” Tanya Gabriel

“ada sesuatu yang mau gue omongin sama lo, tapi ga disini”

“dimana?”

“ikut gue aja deh” kata Ify yang langsung menarik tangan Gabriel.

-------

                Shilla melirik jam tangannya berwarna biru yang melingkar indah ditangannya. Argh, masih jam 1 lagi, mana abis ini gue masih ada siaran lagi, batinnya kesal.

“shill lo kenapa?” bisik Zahra yang merasakan kegelisahan pada teman sebangkunya ini, Shilla pun hanya menggeleng lemah, Zahra yang hanya bisa menghela nafas berat karena ia tak bisa bertanya panjang lebar lagi karena ada guru didepan yang sedang menjelaskan pelajaran yang cukup rumit

-----

                Ify menghentikan langkahnya yang membuat Gabriel juga mengehentikan langkahnya.

“mau ngomong apa?” tanya Gabriel lembut, Ify menatap teduh Gabriel

“apa lo punya masalah dengan keluarganya Rio?” tanya Ify yang membuat Gabriel tersentak kaget dan menatap Ify heran

“engga kok” bantah Gabriel, Ify pun tersenyum miring dan mengalihakan pandangannya dari Gabriel

“lo ga usah bohong yel, walau pun kita baru kenal tapi gue udah tau siapa lo”

“gue ga bohong!”

“lo anaknya Tante Manda? Saudara kembar Rio?” tanya Ify yang berbalik menatap Gabriel

“engga, gue ga punya saudara dan nyokap kayak mereka!”bantah Gabriel dengan nada meninggi

“kenapa? Lo benci sama mereka?”

“iya, karena mereka udah ninggalin gue sendirian dan dengan seenaknya mereka meminta gue kembali ke mereka, kenapa baru sekang? Gue butuh mereka dulu, bukan sekarang!”

“tapi bagaimana pun mereka keluarga lo, Rio sedarah sama lo, dan Tante Manda yang udah susah payah ngelahirin lo, tapi lo malah ngebentak dia, apa itu balasan lo kepada mereka!” kata Ify dengan nada meninggi, Gabriel pun hanya terdiam membisu yang mencerna perkataan Ify

“gue ga bisa maafin mereka Fy” jawab Gabriel lirih, Ify pun menghena nafas

“apa perlu gue berlutut dikaki lo supaya lo maafin mereka?” tanya Ify, lagi-lagi Gabriel pun hanya diam, tiba-tiba Ify menjatuhkan dirinya dikakinya Gabriel, ia mengahpus semua rasa gengsi dihadapan laki-laki ini, harga dirinya jatuh ditangan laki-laki ini, ia berlutut di hadapan Gabriel “gue minta lo maafin mereka dan kembali tinggal dengan mereka”

“Fy, bangun ga lo!” perintah Gabriel sambil memaksa Ify untuk berdiri, tetapi Ify tak mau, ia tetap berlutut dihadapan Gabriel

“apa yang bisa gue lakuin buat lo maafin Tante Manda dan Rio?” tanya Ify yang tak mengubris perintah Gabriel tadi, tetapi Gabriel hanya diam “gue mohon Yel” tiba-tiba Gabriel berjongkok dihadapan Ify dan membantu Ify berdiri

“ok, demi lo gue akan kembali ke rumah itu” jawab Gabriel sambil menatap mata Ify, raut wajah Ify pun menjadi berbinar-binar, dan langsung menghamburkan pelukkannya kepada Gabriel

“makasih banget Yel” jawab Ify, Gabriel pun hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Ini semua gue lakuin karena lo Fy, gue cinta sama lo! Batinnya. Ia pun melepaskan pelukkan Ify

“kenapa lo ngotot banget sih biar gue kembali ke rumah Tante Manda?” tanya Gabriel

“emm…” kata Ify yang tampak berpikir “karena lo masih beruntung mempunyai keluarga yang sayang sama lo, masih ada nyokap lo yang bisa ngehawatirin lo, masih ada nyokap lo yang selalu menjaga lo” jelas Ify antusias, Gabriel pun hanya tersenyum tipis melihat tingkah laku gadis yang ada dihadapannya ini

“lo bener banget Fy” jawab Gabriel sambil mengacak-acak rambut Ify, Ify pun hanya merenggut kesal

“berantakan Yel” gerutu Ify yang membuat Gabriel terkekeh, tawa Gabriel terhenti ketika melihat perbedaan diwajah Ify

“Fy lo sakit?” tanya Gabriel yang ternyata sadar dengan muka pucat Ify, Ify pun gelagapan

“eng…engga kok” bantah Ify, Gabriel pun menempelkan punggung tangannya didahi Ify “gila lo Fy, badan lo panas banget, lo sakit? Pantesan lo siang-siang gini nyamperin gue, lo pasti ga sekolah dan kabur buat nemuin gue disini!” cerosos Gabriel, Ify pun memamerkan deretan gigi putihnya

“hehehe.. 100 buat lo Yel, tapi gue gapapa kok, buktinya gue masih sehat-sehat aja, yaudah, gue duluan ya, udah mau siang nih, keburu kak Shilla pulang, nanti gue bisa ditelen dia kalau gue ketauan kabur siang-siang tengah hari bolong” cerocos Ify yang beranjak meninggalkan Gabriel, tetapi Gabriel menahannya

“lo gapapa pulang sendirian?” tanya Gabriel ragu, Ify pun hanya tersenyum

“gue gapapa kok, tenang aja lagi” jawab Ify sambil tertawa kecil “yaudah gue duluan ya, bye”

------

                Ify melangkahkan kakinya dipekarangan rumahnya, pintu rumahnya yang masih tertutup yang menandakan kakaknya belum pulang. Huh, selamet-selamet, batinnya sambil mengelus-elus dadanya

Ckkrreeeaakkkk….

Pintu ia buka, bertapa kagetnya ia ketika melihat Agni, Ray dan tentunya Rio yang sudah duduk diruang tengah, mereka yang sedang menatapnya.

“eh, kalian udah lama?” tanya Ify dengan cengiran khasnya

“dari mana aja lo Fy? Udah tau sakit mana jalan-jalan lagi” kata Ray

“tadi gue bosen dirumah, trus gue keluar aja deh, lagian gue juga punya urusan, gue gapapa kok, kayak kalian liat, gue sehat-sehat aja” jawab Ify

“alesan” cibir Rio, Ify pun hanya menatap Rio tajam sedangkan Rio hanya memasang muka polosnya

“gapapa gimana muka lo pucet banget lagi” kata Agni yang memperhatikan wajah Ify

“mmph..” Ify menutup mulutnya dan berlari melewati mereka-Agni-Ray-Rio-. Mereka bingung menatap Ify dan berjalan mengikuti Ify

“lo kenapa?” tanya Ray, yang melihat Ify berdiri didepan wastafel, Ify tak menjawab hanya mengibaskan tangannya

“heh, lo kenapa Fy?” tanya Rio yang sedari tadi diam

“mm… oooeeekkk…!!!” Ify memuntahkan isi perutnya, badannya terasa lemas

“are you okay?” tanya Agni sambil memijat-mijat punggung Ify, Ify pun hanya menggeleng lemas, tiba-tiba Rio menyodorkan Ify segelas air hangat yang tadi sempat ia ambil, Ify pun hanya mengerngitkan dahinya tanda ia bingung dengan sikap Rio

“minum aja, biar enakan, jangan dipelototin terus” kata Rio, Ify pun mengambil air tersebut dan meminumnya

“mendingan lo istirahat aja deh Fy, dari pada lo nanti makin sakit” kata Agni, Ify pun hanya tersenyum tipis “Fy, udah sore nih, kita balik ya, lo gapapa kan dirumah sendirian?” tanya Agni ragu

“hahaha, gapapa kali Ag, udah sono hush..hush…hush… pulang” kata Ify sambil mendorong-dorong Agni

“ngusir nih!”  tanya Ray

“kalo iya kenapa?” balas Ify sambil memeletkan lidahnya

“huh, yaudah kita balik dulu ya Fy” pamit Ray, Ify pun hanya mengangguk, sedangkan Rio? Ia hanya bisa diam dan langsung pergi tanpa sepatah kata pun Ify pun menghela nafas. Ckckck… lo beda banget sama Gabriel yang notabenya saudara kembar lo, dia ramah, sedangkan lo? Jutek akut, batin Ify

------

                Shilla berjalan sendirian dilorong sekolah yang sudah sepi, ia melirik jam tangannya yang jarum pendeknya menunjukan angka 2. Huh, kalau bukan bu Uchie yang ngasih tugas ke gue pasti gue ga bakal pulang se sore ini, mana jam 3 gue ada siaran lagi, runtuknya dalam hati.

“Shilla…” paggil seseorang, Shilla pun menoleh kearah belakangnya

“Alvin” pekiknya ketika melihat orang tersebut “lo belum pulang?” tanya Shilla agak kaku. Hei, tumben sekali seorang Alvin Jonathan seseorang yang ia puja-puja memanggil namanya dan mengajaknya bicara, fly fly fly, batinnya

“belom”

“ngapain lo masih disini?”

“mm…” jawaban Alvin yang menggantung, ingin rasanya ia berkata ‘nungguin lo’ tertapi mulutnya tak bisa membuka dan masih terkatup “tadi… gue ada urusan, iya ada urusan”

“oh, gue duluan ya, gue masih ada urusan” kata Shilla. Shill,, lo bodoh banget sih,, udah tau Alvin lagi ngajakin lo ngobrol lo malah pergi duluan, bodoh bodoh bodoh, Alvin itu jarang banget ngobrol sama lo, kesempatan emas buat lo buat deket sama Alvin, runtuknya dalam hati

“mau gue anterin?” tanya Alvin sambil tersenyum tipis kepada Shilla, senyum yang sangat jarang ia tunjukan kepada seseorang, apalagi dengan seorang perempuan. What?! Alvin mau nganterin gue… huuuaaa…. Batin Shilla histeris

“i..ii…iya…” jawab Shilla gugup

“yaudah yuk, nanti lo telat lagi” kata Alvin yang reflek menarik tangannya Shilla. Huuuaa… Alvin megang tangan gue, batin Shilla dengan jantungnya yang sudah marathon. “eh, sorry” kata Alvin yang menyadari ia menarik tangan Shilla, segera Alvin pun langsung melepaskan genggaman tangannya dan tersenyum kikuk kepada Shilla

“udah yuk Vin, nanti gue telat” kata Shilla yang berjalan meninggalkan Alvin, Alvin pun hanya mengikuti langkahnya

------

                Rio melangkahkan kakinya memasuki rumahnya, seperti biasa, rumahnya masih dalam keadaan sepi, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang sedang duduk diruang tamunya

“Gabriel” pekik Rio ketika melihat orang tersebut, Gabriel pun hanya tersenyum miring melihat Rio yang kaget atas kehadirannya “lo ngapain disini?!”

“gue mau balik ke rumah ini” jawab Gabriel santai

“hah?”

“eh, Rio, kamu udah pulang?” tanya Tante manda yang tiba-tiba datang dari dalam rumah

“udah Ma” jawab Rio “Ma, kok Gabriel ada disini?” tanya Rio yang masih heran dengan kehadiran Gabriel

“sekarang kamu manggil Gabriel, kakak ya” pinta Tante Manda yang semakin membuat Rio bingung

“maksud mama?”

“ya, Gabriel akan kembali ke keluarga kita”

“hah?”

“nanti mama jelasin lagi, kamu ngobrol-ngobrol dulu ya sama Gabriel,mama mau masuk dulu” kata Tante Manda yang kemudian meninggalkan Rio dan Gabriel yang masih dalam keheningan

“apa maksud lo?” tanya Rio dingin kepada Gabriel

“maksud apanya?”

“maksud lo kembali ke keluarga gue, bukannya kemarin nolak lo mentah-mentah tawaran gue? Dan tiba-tiba lo seenaknya kembali ke rumah gue”

“hei, jangan GR dulu ya, gue kesini karena permintaan Ify bukan karena permintaan lo!”

“Ify? Kenapa dengan Ify?”

“tadi siang dia minta gue buat kembali ke keluarga  lo, mungkin kalau Ify ga minta itu sama gue gue juga ga bakal masuk ke rumah ini!” jawab Gabriel yang membuat Rio terdiam. Ify, maksudnya? Jadi tadi siang Ify pergi buat ngebujuk Gabriel untuk kemali ke keluarga gue, atas dasar apa dia mau ngebantu gue? Batin Rio

“okey, gue harap lo ga macem-macem disini!” kata Rio yang langsung meninggalkan Gabriel yang memandang Rio dengan senyum sinisnya

-----

                Shilla melingkarkan tangannya dipinggang Alvin, motor yang dibawa Alvin melaju dengan kecepatan sedang, jantung Shilla yang masih marathon yang tak bisa ia kendalikan. Oh god, ini gue ga mimpi kan? Sumpah gue ga nyangka banget bisa sedeket ini sama Alvin, batinnya. Alvin pun menghentikan laju motornya didepan sebuah gedung tempat kerja Shilla

“thanks ya Vin udah mau nganterin gue” kata Shilla yang sudah turun dari motornya Alvin

“iya sama-sama, gue duluan ya” jawab Alvin sambil tersenyum manis kepada Shilla yang membuat Shilla bluhshing “Shill, lo kenapa?”

“eh, gapapa kok, iya, sekali lagi makasih ya” kata Shilla kikuk, Alvin pun pergi meninggalkan Shilla

----

                Cakka yang sedang melajukan mobilnya, tiba-tiba ia mengerem mendadak ketika melihat 2 orang yang sudah tak asing lagi baginya. Alvin? Shilla? Ngapain mereka? Apa mungkin Alvin nganterin Shilla? Atau…. Batinnya yang menggantung. Engga, mereka ga ada apa-apa, mereka Cuma temenan, hiburnya yang kemudian kembali melajukan mobilnya.

-----

                Shilla memutar kenop pintu kamar Ify, dilihatnya adik semata wayangnya yang sedang menulis sesuatu disebuah buku, mungkin itu buku diarynya, batinnya menerka-nerka, dilihatnya Ify yang menoleh ke arahnya

“kenapa kak?” Ify yang berbalik menghadap Shilla

“lo masih sakit?” Ify pun hanya menggelengkan kepalanya

“gue gapapa kok”

“lo berhenti kerja aja ya” pinta Shilla lembut sambil menatap teduh adik semata wayangnya, Ify pun menggeleng

“engga kak, gue pengen mandiri”

“tapi Fy, lo jadi kecapean, nanti lo sakit-sakitan terus, kalo oma tau keadaan lo sekarang, kita pasti disuruh pindah” jelas Shilla, Ify yang terdiam, ia Nampak sedang memikirkan perkataan Shilla, dan menghena nafas berat

“okey, nanti gue ngundurin diri ke Rio” senyum diwajah Shilla pun mengembang

“yaudah, gue balik ke kamar dulu ya” Ify pun hanya mengangguk dan kemudian merain ponselnya

============

Yo, gue ngundurin dari kefe lo,,
Bukan kerena apa-apa soalnya keadaan gue mulai ga fit,,
Thanks,,
_ify_

=========

Ify mengakhiri pesan singkatnya dan kemudian merekan tanda ok, perlahan senyum dibibirnya tertarik, sekarang ia tak punya beban untuk bekerja walaupun ia harus kembali bergantung dengan kakaknya.
Tttiiiiitttt….tttiiiiittt…….
Suara ponselnya yang bergetar tanda sebuah sms masuk
==========
Okey
=========

Sebuah pesan singkat balasan dari Rio. Ckckck, ni bocah bener-bener Limbat wanna be kali, dimana-mana pasti ngomongnya SPJ-singkat-padat-jelas-, batinnya

-----------

                Alvin memegang gitarnya sambil memainkannya asal, ia pun mulai memetik gitarnya dan mulai bernyanyi.


                Lagu berjudul ‘bukan diriku’ dan band ‘Sansons’ yang berhasil ia nyanyikan dengan sempurna, penghayatannya yang mendalam dan suaranya yang mengalun indah yang membuat siapa saja orang yang mendengarnya terpana.

“woi bro, keren banget lo nyanyinya” kata Cakka yang tiba-tiba masuk ke kamar Alvin dan langsung loncat ke kasur Alvin yang sempat membuat Alvin keget

“ngeselin banget lo, ngagetin gue aja, mana masuk ga pake permisi lagi” sunggut Alvin kesal yang membuat Cakka tertawa kecil

“lagi serius banget lo nyanyiinnya, kayaknya dalem banget itu lagu lo nyanyiin, buat siapa tuh?” goda Cakka sambil menaik turunkan alisnya, Alvin pun hanya tersenyum misterius

“want to know aje” Cakka pun mengerucutkan bibirnya

“Vin, lo tadi pergi sama Shilla?” tanya Cakka yang mengganti topic pembicaraan yang membuat Alvin tersentak kaget

“eng…eng… engga” bantah Alvin gugup, Cakka pun hanya tersenyum tipis

“tadi gue ngeliat lo, udah lu ga usah bohong” desak Cakka

“sorry Kka” jawab Alvin lirih sambil menunduk, Cakka pun hanya tersenyum miring “beneran gue ga ada apa-apanya sama Shilla, tadi gue kebetulan mau nganterin dia aja”

“gue harap seperti itu”

“lo masih ngarepin dia?” Cakka pun mengangguk cepat

“masih besar rasa cinta lo buat dia?” Cakka kembali mengangguk, Alvin menghela nafas berat dan sejenak memejamkan matanya

“yaudah, sana gue pengen tidur” Alvin yang mendorong-dorong Cakka untuk keluar dari kamarnya. Maaf kalau gue udah ngecewain lo, batin Alvin setalah Cakka keluar dari kamarnya

-----

                Ify memaksakan membuka kedua kelopak matanya yang masih sanget berat, dilihatnya jarum jam yang mengarah ke angka 5. Gue telat, teriaknya dalam hati. Memang, matahari masih belum muncul, langit pun masih gelap, banyak orang yang masih terlelap dalam tidurnya, tapi menurut Ify ia bangun jam 5 pagi adalah waktu yang cukup telat untuk sampai disekolahnya karena hari ini adalah jadwal piketnya. Dengan tergesa-gesa ia mandi dan memakai seragamnya. Good, pikirnya ketika melihat pantulan dirinya dikaca, diliriknya kembali jarum pendek jam yang menunjukan pukul 05.45. memang ia hanya membutuhkan waktu 45 menit untuk bersiap-siap, waktu yang standar bukan? Ia pun segera keluar dari kamarnya dan menghampiri Shilla.

“pagi kak” sapanya, Shilla pun menoleh ke arah Ify dan tersenyum tipis

“tumben jam segini baru keluar, udah mau sekolah? Yakin udah sembuh?” tanyanya bertubi-tubi, Ify pun tersenyum kecil yang melihat kakaknya yang protective terhadap dirinya

“hahaha, gue udah sembuh kok kak” jawab Ify yang kemudian melahap sarapannya

“lo yakin?” tanya Shilla ragu, Ify pun mengangguk mantap dan kemudian berjalan untuk mengambil sepatunya

“bareng ga nih kak?” tanya Ify tanpa menoleh ke Shilla yang sedang mengikat tali sepatunya

“gue bareng aja sama lo, takut lo pingsan dijalan lagi” jawab Shilla sambil terkekeh

“gue ga selemah itu kali” kata Ify yang kesal dengan kakaknya

“yaudah, berangkat yuk, nanti telat lagi” kata Shilla sambil mengacak-acak rambut adiknya

“berantakan kak” kata Ify kesal

“udah, tetep cantik kok” kata Shilla yang membuat Ify tersenyum puas dan kemudian berjalan menuju sekolah mereka

---------

_ade nurmyla fauziati_

" AMOUR POUR ALYSSA ET ASHILLA " part 10



==================================

                        Gabriel dan Rio sampai disuatu tempat, kedua saudara kembar itu hanya saling menatap dengan tatapan kebencian

“lo mau apa bawa gue kesini?” tanya Gabriel

“gue minta lo kembali ke rumah” jawab Rio singkat tanpa menatap Gabriel

“hah? Segampang itu lo minta gue kembali ke keluarga lo itu!”

“bukan gue yang minta, tapi nyokap”

“terserah siapa yang mau minta gue kembali ke rumah itu, yang pasti gue ga akan kembali ke keluarga lo”

“kenapa?”

“gue benci sama nyokap lo!”

“kenapa? Nyokap gue kan nyokap lo juga, lo kakak gue!” ucap Rio dengan nada membentak, Gabriel pun hanya tersenyum miring

“gue ga punya nyokap kayak gitu, gue hanya sebatang kara disini, ortu gue udah meninggal, dan gue juga ga punya adek kayak lo!” jawab Gabriel dengan nada sinis

Buuuuggghhh…

Tonjokan Rio tepat mengenai pipi kanan Gabriel, Gabriel pun hanya meringis kesakitan

“hah? Apa mau lo! Lo ga terima kasih banget sama nyokap yang udah ngelahirin lo!” bentak Rio, Gabriel pun bangun untuk berdiri

“nyokap macam apa dia? Masa lupa sama anaknya sendiri, bertahun-tahun gue mencoba hidup mandiri, bertahun-tahun gue berusaha memperhatankan hidup gue, tapi dimana dia? Dia Cuma enak-enakan hidup tanpa inget gue yang jelas-jelas anaknya, dan bilang sama nyokap lo, gue ga akan mau kembali ke rumah megah lo itu!” kata Gabriel yang langsung meninggalkan Rio yang tampak terpaku dengan perkataannya.

-------


            Seorang gadis melangkahkan kakinya disebuah jalan yang pada saat itu lumaian sepi, bis yang sedari tadi ia tunggu tak kunjung datang, ia pun memutuskan berjalan kaki menuju rumahnya, diperjalanan ia merasakan kepalanya sangat pusing dan berat. Aduh, gue kenapa lagi, mana dijalan ini sepi banget, tuhan kuatkan lah hambamu ini, batin gadis tersebut. Tetapi ia merasakan kepalanya lebih berat dan pandangannya pun kabur.

Brrruukkk…

Gadis tersebut pun pingsan


------

            Rio melajukan mobilnya disebuah jalan yang sepi, entah mengapa ia lebih memilih tidak pulang terlebih dahulu, mobilnya ia lajukan tak tentu arah, entah dimana ia sekarang berada, emosi yang sudah mengendalikan dirinya

“argghh…” erangnya sambil memukul stip mobilnya

Cccciiiittttt…..

Bunyi rem mobilnya yang berhenti mendadak ketika melihat seseorang yang sedang tergeletak dijalan raya, keadaan jalan yang pada saat itu lumaian sepi, awalnya Rio tak tertarik untuk menolong gadis tersebut, tetapi ia melihat gadis tersebut mengenakan seragam yang sama dengannya, ia pun keluar mobilnya untuk melihat gadis tersebut

“Ify..”pekiknya kaget ketika melihat gadis tersebut yang ternyata adalah… Ify, ia pun segera membawa Ify menuju mobilnya

-------

            Rio melirik gadis yang berada dijok mobil belakangnya, mobilnya yang memasuki pekarangan rumahnya, awalnya Rio memang ingin mengantarkan Ify pulang, tetapi niatnya ia urungkan karena ia mengetahui Ify hanya tinggal dengan Shilla dan mungkin sekarang Shilla juga masih bekerja. Rio menggendong Ify menuju kamarnya

“Yo, itu siapa?” tanya Tante Manda ketika melihat anaknya tak sendirian

“dia Ify mah, mama masih inget kan? Yang kemarin jenguk mama” jawab Rio, Tante Manda pun hanya menganggut-manggut

“dia kenapa?”

“tadi Rio ngeliat dia pingsan dijalan, io duluan ya, berat nih” kata Rio yang langsung meninggalkan mamanya dan menuju kamarnya, mamanya pun hanya mengamati anaknya sambil tersenyum simpul

-------

            Ify perlahan-lahan membuka matanya, dilihatnya ruangan yang sangat asing baginya, ia pun beranjak bangun dari tidurnya, kepalanya masih berat dan sedikit pusing, tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke kamar tersebut

“lo udah sadar?” tanya orang tersebut yaitu… Rio, Ify pun hanya tersenyum tipis dan mengangguk

“gue dimana?” tanya Ify

“lo dikamar gue” jawab Rio, Ify pun tersentak kaget dan menatap Rio dengan tatapan seperti ingin menelan Rio iduk-idup “gue ga ngapa-ngapain lo” Ify pun menghela nafas lega, sedang kan Rio hanya melengos

“gue kenapa bisa disini?” tanya Ify

“tadi gue ngeliat lo pingsan dijalan”

“gue pingsan lagi?”

“iya, sekarang mendingan lo makan dulu” kata Rio yang memberikan makanan ke Ify, Ify pun hanya nurut

----

            Shilla melirik jam yang terpasang diruang tengah rumahnya, matahari yang sudah terbenam dari tadi, langit pun sudah menjadi gelap, ia mengigit bibir bawahnya, ia merain ponselnya dan memencet sebuah nomor telefon yang ia sudah hafal diluar kepalanya

“nomor yang anda tuju sedang dialihkan” suara costumer service yang terdengar, bukan seseorang yang ia tuju yang menjawab telfonnya

“argh.. ga aktif lagi hpnya” kata Shilla sambil menggenggam ponselnya erat, ingin rasanya ia membanting benda tersebut untuk melampiaskan emosinya, tetapi ia tak mungkin, ponselnya yang sudah ia beli dengan uang tabungannya dengan susah payah harus hancur dalam keadaan berkeping-keping karena ulahnya “Ify lo kemana sih!!!!” teriak Shilla emosi yang ternyata sedang menunggu adik semata wayangnya yang tak kunjung pulang. Ia sangat khawatir karena ia mengetahui bahwa tadi siang adiknya itu sempat jatuh pingsan, kalau terjadi apa-apa dengan Ify, pasti ia tak akan memaafkan dirinya sendiri atas kelalaiannya

------

            Rio melihat mamanya yang sedang duduk diruang tengah sambil menonton televisi, ia pun menghampiri mamanya dan duduk disampingnya
“eh Yo, Ify mana?” tanya Tante Manda

“masih dikamar ma” jawab Rio “ma, maafin Rio ya”

“buat apa? Kamu ga salah apa-apa kok”

“Rio ga bisa bawa Gabriel kesini”

“maksud kamu?”

“tadi Rio udah coba buat ngomong sama Gabriel, tapi dia ga mau ma”

“panggil dia kak yo, dia kakak kamu”

“iya ma, kak Gabriel dia ga mau kembali lagi kesini”

“kenapa?”

“Rio juga ga tau ma, nanti Rio akan usahain lagi deh” ucap Rio, senyum lebar pun merekah diwajah mamanya Rio

-----

            Ify melangkah keluar dari kamar Rio, ia yang sedang mencari Rio untuk berpamitan pulang karena hari sudah malam, langkahnya terhenti ketika melihat Rio sedang duduk bersama Tante Manda yang sedang membicarakan sesuatu. Ia pun sedikit mendengar percakapan tersebut

“eh Ify” pekik Rio yang melihat Ify yang menyadari atas kehadiran Ify, Ify yang tampak gelagapan karena ia tertangkap basah sedang menguping pembicaraan orang hanya bisa tersenyum kikuk

“eh iya, gue pulang dulu ya Yo, udah malem, makasih banget ya, tante Ify pamit pulang dulu ya” kata Ify

“iya Ify, kamu pulang sendirian?” tanya Tante Manda, Ify pun hanya mengangguk “anterin Ify pulang gih Yo!”

“eh, ga usah tante, Ify bisa pulang sendiri kok” batah Ify sambil menyunggingkan senyumnya

“ga baik perempuan pulang males, mana sendirian lagi, kamu mau nganterin Ify kan Yo?” tanya tante Manda, Rio pun hanya mengangguk

“tapi tante…”

“udah, sekarang kamu pulang dianter Rio ya, kasian nanti keluarga kamu nungguin kamu” sela Tante Manda sambil mengelus puncak kepala Ify, Ify yang diam terpaku, sudah lama ia tak merasakan belaian seorang ibu, sudah lama ia tak merasakan kasih sayang orang tuanya, Ify menggigit bibir bawahnya mencoba menahar air matanya. Rio yang menyadari perubahan sikap Ify pun langsung menarik tangan Ify

“ma, Rio ngaterin Ify dulu ya” kata Rio yang menarik tangan Ify dan langsung meninggalkan Tante Manda, sedangkan Ify hanya pasrah tangannya ditarik oleh Rio

------

            Mobil berwarna merah tersebut menerobos gelapnya malam tersebut, didalamnya Rio dan Ify yang terlarut didalam kesepian dan keheningan, tidak ada salah satu dari mereka yang membuka mulutnya untuk mengeluarkan sepatah dua patah kata pun, Ify menatap kosong jendela mobil tersebut, yang tanpa ia sadari ini sudah memasuki daerah tempat tinggalnya

“Fy, udah nyampe” ucap Rio ketika memberhentikan tepat didepan rumah sederhana Ify

“eh iya, makasih ya Yo” kata Ify yang tersadar dari lamunannya dan beranjak untuk keluar dari mobilnya Rio, tetapi tangan Rio menahannya “kenapa?”

“harusnya gue tanya sama lo, lo kenapa? Aneh banget?” tanya Rio sambil menaikkan kedua alisnya

“gu…gue gapapa kok, gue duluan ya, udah malem” kata Ify yang tergagap dan langsung keluar dari mobilnya Rio, Rio pun hanya menghela nafas panjang

------

            Ify melangkah memasuki rumahnya, ia memang memiliki kunci cadangan yang selalu ia bawa kemana pun, keadaan rumah yang sudah gelap yang membuatnya berpikiran bahwa kakaknya sudah terlelap dalam mimpinya, tetapi ternyata dugaannya salah

Ckkrreekkk….

Suara steker lampu yang berbunyi yang membuat keadaan rumah itu menjadi terang menderang

“kak…kakak belom tidur?” tanya Ify yang kaget melihat Shilla yang berada dihadapannya karena jam sudah menunjukan pukul 11 malam, bukannya menjawab pertanyaan Ify, Shilla tiba-tiba langsung memeluk erat tubuh Ify yang membuat Ify terlonjak kaget “kak, lo kenapa?” tanya Ify lembut sambil melepaskan pelukan Shilla

“Ify, lo kemana aja? Lo kenapa ga ngabarin gue? Gue khawatir banget, gue takut kehilangan orang yang gue sayang lagi” ucap Shilla lirih, air matanya yang mulai berjatuhan

“Ify disini kok kak, Ify janji ga akan ninggalin kakak” kata Ify sambil menghapus air mata Shilla, Shilla pun tersenyum simpul kepada Ify

“mendingan sekarang lo istirahat dulu ya, besok lo ceritain semuanya ke gue ya” ucap Shilla sambil mengacak-acak rambut adiknya tersebut, Ify pun hanya mengangguk dan melangkah menuju kamarnya

------

            Air mata Ify terus mengalir membasahi pelupuk matanya, jam dinding yang sudah menunjukan pukul 2 pagi, matanya yang belum bisa terpejam, pandangannya lurus menerawang dengan air mata yang terus terjun, ia menangis tanpa isakkan suara, ia takut kalau kakaknya mengetahui keadaannya sekarang, ia takut kalau kakaknya itu menghawatirkannya. Sekarang yang ia fikirkan adalah janjinya kepada kakaknya untuk tidak meninggalkan kakaknya, ia takut ia tak bisa memenuhi janjinya itu, ia takut ia pergi terlebih dahulu meninggalkan kakaknya. Perhalan ia mencoba untuk menutup matanya untuk terlelap dalam mimpinya

-----

            Shilla membuka kamar Ify dengan perlahan, dilihatnya adiknya yang masih terlelap dalam tidurnya dengan selimut yang menyelimuti adik semata wayangnya. Shilla pun mendekati adiknya tersebut dan menarik selimut adiknya

“Fy, bangun, udah siang” kata Shilla sambil mengguncang-guncangkan badan adiknya

“emm…” erang Ify sambil berusaha membuka kedua matanya

“lo sakit Fy?” tanya Shilla yang melihat keadaan adiknya tersebut, muka yang pucat, mata yang sembab, dengan rambut yang acak-acakan, Shilla pun menempelkan punggung tangannya didahi Ify

“astaga Fy, badan lo panas banget, lo sakit Fy, lo ga usah sekolah, gue buatin makan dulu trus nanti minum obat ya” cepocos Shilla panik karena Ify yang biasanya terbilang bukan cewek yang lemah, ia jarang sekali sakit

“gue gapapa kok kak” jawab Ify lirih sambil tersenyum tipis “gue mau sekolah”

“engga, lo ga boleh sekolah, gue mau nelfon Zahra dulu buat izin gue sama lo ga masuk sekolah”

“udah, lo masuk aja, gue gapapa kok sendrian sendiri, lo juga udah kelas 12, lo ga boleh ketinggalan pelajaran sehari pun”

“beneran?” tanya Shilla yang tidak yakin dengan adiknya, Ify pun hanya mengangguk “yaudah, gue bikini lo makan dulu ya” kata Shilla yang kemudian meninggalkan Ify

------

            Shilla berjalan dilorong sekolahnya, ia tampak celingak celingukan mencari seseorang, langkahnya terhenti ketika ada seseorang yang memanggil namanya

“Shilla” panggil seseorang dibelakangnya, Shilla pun menoleh ke arah belakang, ia melihat orang tersebut yaitu… Cakka “lo ngapain disini? Ga ke kelas?”

“gue mau nyari seseorang dulu” kata Shilla yang kembali celingak celingukan “Agni” pekik Shilla ketika melihat Agni yang sedang berjalan melintas ke arahnya, merasa terpanggil Agni pun menghampiri Shilla

“kenapa kak?” tanya Agni kepada Shilla, Agni yang menyadari keberadaan Cakka pun hanya melirik Cakka sinis

“tolong bilangin kalau Ify hari ini sakit” jawab Shilla, Agni pun hanya manggut-manggut tanda ia mengerti dengan perkataan Shilla

“gue duluan ya kak,mau ada urusan” ucap Agni yang langsung meninggalkan Shilla sambil menatap sinis Cakka, Cakka pun hanya diam menunduk

“Kka, ayok ke kelas, udah mau bel nih” ajak Shilla kepada Cakka, Cakka pun hanya mengekori Shilla dari belakang

------

            Cakka dan Shilla berjalan beriringan masuk ke kelas mereka, pandangan seluruh siswa pun tertuju kepada Cakka dan Shilla, sedangkan yang dilihatin hanya cuek.

“lo bareng sama Shilla, Cakk?” tanya Alvin ketika Cakka sudah duduk disampingnya, Cakka pun hanya menggeleng

“tadi gue ketemu dia dikoridor” jawab Cakka, Alvin pun menghela nafas lega. Harus kah gue bersaing dengan sepupu gue sendiri? Batin Alvin. Galau? Itu lah yang sedang sekarang ia rasa kan, hatinya sangat bimbang memilih antara cinta dengan persaudaraan. Ia memang mencintai Shilla, bahkan sangat mencintai gadis itu, tetaoi ia juga tidak bisa egois, karena ia sendiri tau bahwa sepupunya sendiri juga mencintai gadis yang ia cintai. Munafik? Ya itu lah kata-kata yang terngiang-ngiang dikepalanya, mungkinkah dia munafik? Tapi entah lah, dia juga tak mengerti perasaannya sekarang ini.

-----

            Rio menatap kosong bangku yang tepat didepannya, saat ini bangku tersebut kosong, tak ada yang menempati, tak ada seorang cewek bawel yang bisa menyebutnya dengan sebutan ‘Mario Bros’, ia memejamkan kedua matanya, mencoba menghilangkan perasaan aneh yang sedang ia landa sekarang. Disampingnya, ray yang sedang menusuk-nusuk Agni dengan pensil yang sedari tadi ia pegang

“apaan sih Ray, sakit tau!” sunggut Agni kesal kepada Ray

“Ify mana?” tanya Ray, mendengar nama yang disebutkan Ray, Rio dengan cepat menoleh ke Ray

“ga masuk” jawab Agni jutek yang masih kesal kepada Ray

“kenapa?” sahut Rio datar, Agni dan Ray pun menatap Rio heran, seorang Mario Stevano Adytia Haling yang super duper dingin kepada cewek tiba-tiba menanyakan sebab rivalnya yang tak masuk sekolah “lo ngapain ngeliatin gue kayak gitu? Kayak mau nelen gue aja” kata Rio yang bergidik ngeri

“dia sakit” jawab Agni

“hah? Sakit apa? Masa seorang Ipy Surtipi bisa sakit sih” tanya Ray histeris

“nanti pulang sekolah gue mau jenguk dia, lo mau ikut ga?” tanya Agni

“gue mau!” jawab Rio semangat, Ray dan Agni pun kembali menatap Rio yang menurut mereka super duper aneh tersebut “eng..eng… gue Cuma…”

Tettt….teettt,,,

Bel tanda masuk pelajaran pun berbunyi. Rio menghela nafas lega karena bu Winda telah masuk ke kelasnya sehingga Ray dan Agni tak bisa mengintograsinya lagi

-------------

            Ify membolak balik lembaran novel yang sedari tadi ia baca, bosan, itu lah hal yang sekarang ia rasakan. Ify pun segera menyambar cardigan berwarna biru yang menggantung dikamarnya, dia melangkah menuju luar rumahnya.

------



__ade nurmyla fauziati__